Langsung ke konten utama

Godaan-godaan dalam Menabung dan Cara Jenius Menjaga Prioritas




Jika Anda diminta memilih antara kedua kebutuhan, biaya kesehatan atau biaya pendidikan, mana yang Anda prioritaskan? 

Jika Anda diminta memilih antara membeli rumah atau mengontrak rumah sambil membeli mobil, mana yang Anda prioritaskan? 

Seringkali pilihan hidup - yang hampir selalu berhubungan dengan biaya - dalam posisi sama pentingnya. Pada titik itu, tidak mudah memilih prioritas.

Ada kalanya prioritas didasarkan pada tingkat kebutuhan terhadap 'sesuatu' tersebut, seberapa banyak anggota keluarga yang membutuhkan, dan mana yang lebih cepat harus dipenuhi.

Ada kalanya, kita tidak mendapatkan kesempatan lama untuk berpikir, hanya dalam hitungan hari, bahkan jam dan menit, harus membuat keputusan penting yang menguras tabungan.

Saya belajar dari kegagalan-kegagalan dalam menabung. Sekian tahun menabung, menyisihkan uang, membuat pos-pos tertentu, hingga tiba pada satu kesimpulan : keberhasilan menabung ditentukan oleh keteguhan niat.

Menabung untuk pendidikan anak dan godaan-godaannya.

Pendidikan anak adalah prioritas utama bagi keluarga saya. Walaupun masih lama, namun biaya kuliah terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Karena itu, menabung untuk kuliah anak perlu dilakukan sedini mungkin. Konon, para pakar menyarankan untuk tabungan pendidikan ini bukan ditentukan seberapa banyak besaran tiap bulannya, namun ditentukan sedini apa kita memulainya. Berapapun nilainya, mulailah menabung sejak usia dini anak-anak.

Dari perhitungan masa pensiun saya dan suami, maka titik krusial biaya pendidikan adalah saat anak-anak memasuki kuliah. Yang mana pada saat itu saya dan suami kemungkinan menjelang atau sudah pensiun bekerja. Karena itu tabungan pendidikan anak-anak ditargetkan untuk biaya kuliah mereka.

Godaan-godaan yang pernah menyebabkan saya harus "mengganggu" tabungan pendidikan adalah biaya-biaya kecil namun mendesak seperti uang kegiatan akhir tahun, biaya studi tour, kebutuhan peralatan sekolah yang hampir selalu dilupakan dan dianggap enteng. Nyatanya, pada waktunya tiba, terpaksa mengutak atik tabungan pendidikan yang harusnya dijaga keutuhannya.

Menabung untuk renovasi rumah dan godaan-godaannya.

Mobil dan rumah yang saat ini saya miliki terbeli dengan cara mencicil dan nekat. Begitu terkumpul uang muka dan berhitung cicilannya dapat terpenuhi dari penghasilan saya dan dan suami, saat itulah kami nekat membeli. Bisa dibilang nekat, karena kami berani berhutang pada perusahaan multifinance dan KPR bank. Kali berikutnya saya tidak ingin nekat lagi. Saya ingin merencanakan mimpi.

Kini tiba saatnya rumah perlu direnovasi. Tapi mau menggunakan uang yang mana? Mau pinjam ke bank mana? Sementara cicilan KPR rumah dan mobil belum lunas.

Dalam 2 tahun terakhir saya berusaha fokus pada mimpi : Renovasi Rumah. Saya memisahkan tabungan untuk renovasi dari biaya kebutuhan harian. Sumber penghasilan pun saya pisahkan. Tabungan untuk renovasi rumah saya sisihkan dari bonus kerja, uang lembur dan uang tak rutin lainnya. Sejauh ini cara memisahkan tabungan ini cukup efektif untuk membatasi saya dari keinginan-keinginan di luar prioritas.

Godaan dalam menabung untuk renovasi rumah ini adalah munculnya kebutuhan-kebutuhan mendesak seperti atap bocor, kusen jendela kena rayap, kran bocor dan biaya lain terkait pemeliharaan rumah. Biasanya, biaya perbaikan ini merembet dari satu kerusakan ke kerusakan lainnya dengan dalih mumpung ada tukang jadi sekalian saja diperbaiki. Tanpa disadari, separuh tabungan terkuras.

Menabung untuk liburan ke luar negeri dan godaan-godaannya.

Mungkin dari tingkat kepentingan, liburan bukan hal yang seharusnya menjadi prioritas. Namun bagi saya, ada waktu yang ingin saya kejar, yaitu memberikan pengalaman liburan berkesan di usia anak-anak.

Saya pun menabung untuk liburan keluarga ke luar negeri. Sayangnya, karena bukan kebutuhan pokok dan mendesak, tabungan liburan ini sering menjadi korban ketika ada kebutuhan mendadak, mendesak hingga kebutuhan kecil-kecil lainnya. 

Godaan yang tidak bisa saya tahan baru-baru ini adalah menguras tabungan liburan untuk bersenang-senang saat mudik. Memang sih, masih sama-sama untuk liburan, namun bukan liburan yang saya rencanakan.


Belajar dari kegagalan.

Dari ketiga nasib tabungan-tabungan saya di atas, ada beberapa poin yang menjadi penyebab kegagalan dalam menabung yaitu :
  1. Hadirnya biaya-biaya mendesak yang tidak diperkirakan sebelumnya, atau kebutuhan rutin tahunan yang terus dilupakan.
  2. Merembetnya kebutuhan, yang tadinya hanya satu kebutuhan yang mendesak, namun dengan alasan sekalian dalam pengerjaan atau pembelanjaan, sehingga budget belanja ditambah.
  3. Peruntukan tabungan tidak dianggap kebutuhan penting sehingga dianggap tidak masalah apabila digunakan.
  4. Menyerah di tengah jalan. Biasanya, semakin banyak terkumpul tabungan, semakin kita bangga melihat hasilnya dan semakin enggan untuk menggerogotinya. Sebaliknya, sekalinya tabungan diutak-atik dan digunakan sebagian, niat menabung akan berkurang. Ibarat mencuil sebongkah tanah dari gunung, maka semakin ingin untuk mencuilnya lagi dan lagi. Dan gunung pun runtuh.
Cara Jenius menjaga Prioritas.
Sudah banyak yang tahu, cara terbaik menabung adalah menjaga niat menabung dan memisahkan tabungan sesuai prioritas-prioritas yang diimpikan. Namun bagaimana jika prioritas-prioritas kita banyak? Haruskah membuat satu persatu tabungan di bank?

Saya berkenalan dengan tabungan Jenius BTPN (www.jenius.com) dengan cara mengunduh aplikasinya di smartphone. 

Saya membuka tabungan tanpa harus ke kantor bank. Proses pembukaan rekening saya lakukan sambil menikmati makan siang di warung nasi. Setelah registrasi, unggah foto diri dan unggah foto ktp, dan saya pun mendapatkan nomor rekening yang sudah bisa berfungsi untuk menerima kiriman atau top up uang. Hanya saja, untuk bisa melakukan penarikan atau transfer, saya perlu menghubungi petugas Jenius untuk mengaktifkan rekening saya tersebut. Petugas dapat dipanggil ke lokasi kita berada, atau mendatangi counter Jenius di mal. Saya memilih mendatangi counter Jenius di Mal Botani. Saat itu juga saya membuat kartu atm yang sudah bisa digunakan bertransaksi pada tempat-tempat bertanda Visa, Prima, dan ATM bersama.

Jenius dapat dikendalikan dari smartphone kita. Ada menu In & outuntuk melihat histori transaksi, Card centeruntuk penggunaan kartu ATM , Send it untuk transfer, Split bill untuk berbagi tagihan bill dengan teman, Pay me untuk membantu menagih invoice atau hutang, dan Save ituntuk menabung dengan opsi khusus. Dari rekening itu kita bisa menyisihkan tabungan ke dalam pos-pos tertentu. Ada tiga pilihan yaitu save it : Flexi Saver, berupa tabungan yang bisa ditarik kapan saja, Dream Saver, yaitu tabungan untuk tujuan tertentu, dan Maxi Saver, yaitu tabungan jangka panjang untuk tujuan dengan biaya besar.

Saya paling tertarik dengan fitur Dream Saver yang membantu menyisihkan dana dari rekening utama untuk menabung bagi kebutuhan-kebutuhan jangka pendek. Saya pikir ini pilihan Jenius yang cocok untuk keperluan seperti biaya study tour, pembelian sepatu sekolah, membeli panci baru, biaya mudik dan kebutuhan lain. Kita bisa menentukan kapan tabungan akan dicairkan ke rekening utama, cicilan harian atau mingguan atau bulanan. Besaran uang muka dan cicilan juga dapat ditentukan sesuai kemampuan. Pada waktu yang ditentukan, tabungan itu akan cair ke rekening utama. Kita bisa membuat banyak mimpi dari fitur ini. Jadi tidak perlu membuka tabungan baru untuk masing-masing keinginan tersebut.




Saya sudah mencoba fitur Dream Saver ini untuk membeli sepatu. Saya memilih waktu cair 2 hari. Secara otomatis, uang dari rekening akan tersedot dan tersimpan di Dream Saver. Saat target budget terpenuhi, uang tersebut kembali ke rekening utama. Tidak hanya itu, saya mendapatkan bonus 1 rupiah dari tabungan senilai Rp. 50.000.

Ternyata dengan Jenius ini mudah sekali untuk menabung sesuai prioritas hidup. Saya akan mencoba menyusun financial planning dan menitipkan mimpi pada Jenius. Ibarat punya asisten pribadi untuk pengelolaan keuangan.

Satu kebutuhan yang sama, belum tentu menempati prioritas yang sama antara masing-masing individu. Dengan banyaknya kebutuhan, kita sendiri lah yang bisa menentukan prioritas karena hal ini sifatnya sangat personal. Mulailah menabung mimpi dari hari ini.

*Tulisan ini menjadi juara dalam lomba blog Jenius yang diselenggarakan di kompasiana.com


Komentar