Langsung ke konten utama

Lulus dari Departemen Proteksi Tanaman



25 tahun. Lebih dari separuh hidup saya, berada di bawah naungan Departemen Proteksi Tanaman. Sebuah jalan hidup, yang  membuat saya semakin bersyukur, dan bersyukur. Betapa Tuhan melimpahkan rahmat terus menerus, sehingga hidup saya mengalir indah, tidak terlalu mudah, tapi juga tidak susah. 

1996 Adalah Sebuah Awal. Tahun itu, saya diterima di Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan (HPT nama lama Departemen Proteksi Tanaman). Saya tidak memilih jurusan ini. Tepatnya saya dipilihkan oleh Kakak tertua, yaitu Mbak Profesor Sriati. Waktu itu pengetahuan saya tentang jurusan-jurusan perguruan tinggi sangat minim. Bahkan jika ditanya saya mau jadi apa, minatnya apa, mau kerja dimana, saya tidak tau jawabannya. "Pilihkan saja mbak, yang penting masuk perguruan tinggi negeri", begitu kata saya ke mbak Sri sambil menyodorkan form lamaran. 

Batin saya, bisa diterima di universitas negeri sudah syukur, saya tidak berani berharap banyak dengan kisaran rangking yang 'hanya' berada di urutan  5-11 di kelas Fisika.  Lamaranpun terkirim. Berkas lamaran perguruan tinggi melalui jalur undangan peminatan (Ujian Seleksi Masuk IPB) telah dikumpulkan kolektif via sekolah. Sembari saya juga masih mengikuti bimbingan belajar di Teknos Malang, kota domisili Kakak kedua, Mbak Sriana. Ya buat jaga-jaga kalau harus ikut UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Dua minggu mengikuti bimbingan belajar justru membuat saya panik. Pasalnya nilai test harian hanya di kisaran 5-6 saja. Sementara ada satu anak dari kota Malang yang nilainya selalu 9-10. Bisa diprediksi dia bakal masuk perguruan tinggi keren pilihannya. Sekali-kalinya saya bisa mendapat nilai bagus, bahkan di atas anak itu, adalah nilai test harian terakhir yang saya lakukan di Teknos. Karena pada hari itu datang kabar gembira dari Trenggalek, bahwa saya diterima di IPB jalur USMI. Alhamdulillah..sujud syukur, dan seketika saya berkemas untuk kembali ke Trenggalek.

1999 Jadian. Ehm..
Setelah melalui masa kuliah bersama, kemana-mana bersama, saya pun menemukan tambatan hati yang membuat nyaman, yaitu Ari Budiawan. Dia teman seangkatan di Jurusan HPT. Jadiannya kami disebut oleh teman-teman sebagai inbreeding, istilah buat yang pacaran dan menemukan jodoh dari satu jurusan yang sama. Dan dibilang juga cuci gudang, karena jadiannya sudah mepet-mepet kelulusan. Hahah.. Padahal kami dekat sejak semester 3. Bermula dari berteman, trus jadi teman dekat tempat curhat segala rupa,  termasuk curhat soal cowok-cowok yang naksir saya saat itu, akhirnya di tahun ketiga kami mencoba berkomitmen menjadi pacar dan berencana lebih lanjut. Tahun itu juga pertama kalinya dia ke Trenggalek, kota kecil yang tak pernah ada dalam bayangannya. Orangtua dan kakak kakak saya menyambut baik tanpa saya perlu jelaskan panjang lebar. Menemukan jodoh di Jurusan HPT ini adalah salah satu hal yang sangat sangat saya syukuri. Ya gimana enggak, dianya baik sama saya, pengertian, nyambung alias se-frekuensi, dan support banget dengan cita-cita saya. Apalagi cobak?

Bersama Orangtua Asuh dari Women Internasional Club Jakarta, 2000.

Yang tengah paling ganteng

2001 Lulus.
Saya agak telat lulusnya, karena pacaran melulu. Hahaha. Sebenarnya penelitian saya sudah kelar di awal tahun 2020. Eh, pas mau nulis skripsi butuh ancang-ancang yang lama. Padahal begitu mood dan menulis, sebulan juga beres skripsinya. Ya sudahlah, yang penting lulus. Barengan pula sama pacar lulusnya. Wisuda bareng dan jadi ajang pertemuan kedua pihak orangtua. 
Bapak Emak saat saya wisuda. 2001

2003. Bekerja Honorer dan Menikah.
Saya sempat meninggalkan Jurusan HPT tahun 2002, tapi enggak jauh-jauh, saya freelancer di LSM PEKA (Peduli Konservasi Alam Indonesia). Pendirinya adalah dosen HPT, yaitu Ibu Prof Damayanti Buchori, yang pernah menjadi dosen pembimbing saya. Dari PEKA ini, lantas saya direkrut ke Pusat Kajian PHT di Jurusan HPT. Waktu itu Bu Damayanti adalah ketua Pusat Kajian PHT. Saya mulai bekerja kembali di kampus sebagai tenaga honorer. Gajinya kala itu Rp.500.000 per bulan.  Job desk saya sebagai pengumpul data base penelitian-penelitian hama dan penyakit, menyelenggarakan pelatihan terkait hama dan penyakit. Hingga akhirnya dari situ saya punya kemampuan administrasi running sebuah kantor, juga membuat proposal, memulai kerjasama dan  A to Z menyelenggarakan event baik nasional maupun internasional. Kerjaan-kerjaan serabutan yang akhirnya membuat saya mengusai banyak hal. Nilai plusnya, jadi tau hotel yang recommended di mana, catering yang enak di mana, tempat meeting dan gathering yang oke di mana. 

Di tahun yang sama, saya menikah dengan orang yang sama, yaitu pacar dan teman sejak 1996. Sempat ingin resign karena menikah LDR Bogor Cikampek, tapi karena suami support pada karir saya, dia tidak ingin saya berhenti di rumah saja, akhirnya dia mengalah dan kami tetap berdomisili di Bogor.
Dalam sebuah event di Hotel Salak Bogor, 2003.

PKPHT Squad. Arin, Farih, Ninin

Berfoto dengan Rieke Dyah Pitaloka, dalam Farmer day 2006.

2005. Pendataan CPNS.
Kebijakan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono kala itu adalah mengangkat semua honorer di instansi negeri. Saya lupa apakah ada rekruitmen CPNS secara nasional untuk publik, tetapi yang saya tahu, honorer diutamakan, dan semua tenaga honorer se IPB diproses menjadi CPNS.  Tentu saja tidak diangkat begitu saja, kami tetap melalui test TPA, test kesehatan, tes psikologi, dan tes bebas narkoba. Saya ikuti arusnya.  Toh saya juga selama ini sudah lelah mengikuti lamaran CPNS maupun swasta di luar IPB. Saya sudah merasa nyaman bekerja di sini. Tidak ada target honor yang gede, targetnya hanya rasa nyaman saja.  Rejekinya bayi kali ya, pada tahun itu Cinta lahir dan saya ingat saat proses pemberkasan CPNS saya menggendong dia kemana-mana.

2009. Resmi menjadi ASN. Yeaaay...Alhamdulillah. Dan 2010 saya melahirkan Asa, 8 bulan kemudian saya dipanggil untuk prajabatan dan menjadi PNS di tahun 2011. Seiring itu, nama Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan berubah menjadi Departemen Proteksi Tanaman.

2014. Menjadi Bendahara.
Inilah titik balik diri saya yang sekarang. Dari keahlian menyelenggarakan event, mondar mandir sana sini, akhirnya saya dipercaya menjadi bendahara oleh Ketua Departemen Proteksi Tanaman Dr Ir Abdjad Asih Nawangsih. Awalnya saya menerima pekerjaan ini dengan biasa saja, tanpa tahu tantangannya, termakan rayuan bendahara sebelumnya yang katanya gampang. Padahal ternyata, tanggung jawabnya sangat berat. Hahaha. 

Tapi saya bertekat untuk bisa menjawab tantangan ini. Tahun-tahun pertama saya perlu adaptasi, trial and eror pada pekerjaan ini. Pontang-panting sana sini. Saya banyak melakukan urusan rumah tangga kantor. Banyak pekerjaan tumplek-blek ke saya. Karena apa? karena saya dianggap mampu. Kenapa saya? Kemana yang lain? Sampai sempat berpikir, emang di kantor ini pegawainya saya aja ya? hahaha. Lagi lagi harus disyukuri bahwa saya dianggap mampu.

Jadinya imagenya gini, kalau mau makanan enak, tanya Arin. Kalau mau nyari model baju seragam, tanya Arin. Mau cari souvenir buat kolega, tanya Arin. Mau desain ruangan kantor, tanya Arin. Sampai-sampai saya bawa nastar yang harganya murah pun, disangka nastar dari bakery mahal. Wkakaka.

Nyatanya saya bertahan 7 tahun sebagai bendahara. Saya menjadi menguasai banyak keahlian baru. Kematangan berpikir. Dan satu hal yang saya syukuri dari pekerjaan bendahara adalah : Jadi tahu watak asli seseorang ketika berurusan dengan uang. 

Apa sih tantangannya? 
  • Jadi bendahara itu dikira bisa dihutangi dengan mudah. Whoi...ini uang negara, bukan koperasi simpan pinjam. 
  • Jadi bendahara itu dikira bisa mengeluarkan uang untuk dirinya sendiri. Tiap saya nanya legalitas untuk hak saya, dijawabnya "keluarin saja sendiri, kan uangnya sama kamu" Loh..loh.. kok gitu mikirnya. 
  • Jadi bendahara itu kudu rajin nagih-nagih legal berkas pendukung keluarnya sebuah dana belanja. Karena kalau legal itu tidak ada, nanti dikiranya untuk belanja bulanan pribadi wkwk. Enak yang makan duitnya, gak enak di saya dong.
  • Jadi bendahara itu sering difitnah dan dikambing-hitamkan. Contoh: terlambatnya sebuah kegiatan dibilang karena tidak ada uang. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah belum ada pengajuan dan belum siapnya kegiatan itu sendiri untuk dilaksanakan.  Emangnya saya cenayang yang bisa menebak besok mau belanja apa. 
  • Jadi bendahara itu kudu siap berhadapan dengan auditor, sementara mereka yang menggunakan uang tinggal ngumpet aja.
  • Jadi bendahara itu kudu jeli mana kuitansi asli atau palsu, harga asli atau harga mark up, jadi hapal tulisan seseorang. Pokoknya kayak detektif deh.
Tantangan-tantangan sebagai bendahara menjadikan saya orang yang 'galak', sangat berhati-hati, mengembangkan rasa tidak percaya, selalu berpegang pada literasi dan bukti, berpikir kuantitatif, mencermati hak dan kewajiban pegawai, dan berusaha menganggap semua orang sama. Saya jadi tahu, bahwa pelit tidaknya seseorang, mata duitannya seseorang, itu tidak selalu berkorelasi dengan penghasilan. Ada lho orang yang penghasilan rendah tapi tulus, suka menolong. Ada juga orang berpenghasilan tinggi tapi pelit. Ada juga orang yang belum bekerja sudah nanyain honornya. 

Dengan segala tantangan itu, saya menyukai pekerjaan sebagai bendahara. Saya mendapatkan passion di situ. Saya bekerja dengan hati. Saya anggap itu adalah seni pekerjaan.
Bendahara cantik Faperta. 2018

2021. Tahun terberat. 
Selain menjadi bendahara, saya juga didaulat menjadi koordinator kebersihan dalam rangkat persiapan akreditasi internasional ASIIN. Tugasnya banyak, dari penghapusan inventaris rusak, merapikan beberapa ruangan, dan peremajaan tanaman se Departemen loh. Tugas tambahan ini cukup menyita energi, waktu dan pikiran. Saya yang selama ini berjibaku sendiri di keuangan Departemen, masih ditambahi dengan pekerjaan segitu banyaknya. Sementara, bagian pekerjaan lainnya rata-rata terdiri dari 2 orang atau lebih. Ya karena ini tugas, jadi saya coba jalani. Sekaligus sebagai tantangan baru, dan saya harus bisa. 

Namun begitu, tahun ini berat buat hati saya. Berat untuk menjaga hati tetap ikhlas bekerja. Perubahan pimpinan. Pandemi di tahun kedua. Sulitnya komunikasi. Membuat saya merasa harus ektra berhati-hati dengan pengelolaan keuangan ini. Saya menguatkan tameng agar belanja tetap on the track, melindungi Departemen dari defisit, dan menjaga keuangan Departemen tetap akuntabel. Tekanan. Ambigu. Standar ganda membuat saya ingin mengakhiri pekerjaan bendahara ini. Tapi saya tidak tahu caranya. Yang terpikirkan saat itu adalah pensiun dini. Saya berharap pekerjaan ini berakhir dengan khusnul khotimah, saat performa saya masih bagus, dan terjaga hingga saat ini.  Doa saya tak terucapkan, tapi Allah Maha Tahu keinginan hambanya yang terdalam. 

Desember minggu ke 2, di tengah persiapan laporan akhir tahun, Direktorat keuangan IPB mengumumkan perubahan besar dalam sistem keuangan. Unit terkecil keuangan bukan lagi di departemen, melainkan di fakultas. Pengelolaan keuangan unit tidak hanya oleh bendahara, tetapi juga ada pembelanja, supervisor dan akuntan. Peran - peran yang dulu tumplek-blek di pundak bendahara, kini dipecah, sehingga, fakultas membutuhkan akuntan. 

27 Desember 2021, saya lulus dari Departemen Proteksi Tanaman. Diumumkan dalam rapat pimpinan bahwa saya pindah tugas ke Fakultas Pertanian sebagai akuntan, mulai 1 Januari 2022. Informasi ini cepat menyebar ke seluruh dosen dan pegawai.  Kejutan besar bagi semua pihak. Berbagai reaksi. Saya sendiri antara bahagia dan sedih. Bahagia untuk terkabulnya keinginan saya. Sedih untuk banyak hal yang tak bisa saya sebutkan.

Semua mengalir dengan indah. Allah memilihkan waktu yang tepat untuk saya. Alhamdulillah tak hingga. Betapa sayangnya Allah sayangnya pada saya. Rencana pensiun dini pun, akan saya pikir-pikir dulu. Karena semangat saya kembali ada. Di kantor baru.

Terimakasih tak hingga untuk guru-guruku. Untuk teman-temanku. Spesial untuk kedua guru yang saya anggap ibu di Departemen Proteksi Tanaman : Prof. Damayanti Buchori dan Prof. Sri Hendrastuti Hidayat. Terimakasih Departemen Proteksi Tanaman untuk 25 tahun bersama.

*Bogor, 15 Januari 2022 adalah sebuah farewell gathering, klimaks dari segala rasa.

Bapak Ibu Dosen Dept PTN. Dalam sebuah konsinyasi 2018

Bapak Ibu Dosen Dept PTN. Dalam sebuah konsinyasi 2018

Halal bihalal 2019
Halal bihalal 2019

Halal bihalal 2019
Genk TU PTN yang ceria
TU PTN Selalu di hati

Sesaat sebelum kejutan akhir tahun
Beberes ruangan, 27 Desember 2021

Farewell

Komentar

  1. Mudanya imut banget, Mbak.

    Semoga kedepannya makin sukses lagi ya, banyak berkah dengan jabatan barunya.

    BalasHapus
  2. wah selamat ya Mba Arin, selamat berkarya di tempat yang baru

    BalasHapus
  3. Selamat mba, berkarir di tempat baru

    BalasHapus
  4. Dari kampus balik lg ke kampus. Selamat mba Arin, smg makin jaya, lucu bgt mudanya ❤️❤️

    BalasHapus

Posting Komentar