Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Ingin Rumah Lebih Rapi

Perasaan baru kemaren merapikan kamar, kenapa sekarang sudah berantakan lagi? Kenapa ya?  Jawabanya : karena kita hidup dan beraktifitas. Jadi nikmati saja. Saya sempat mengalami mempunyai rumah (kontrakan) yang rapi. Tepatnya pada awal-awal pernikahan. Saat barang-barang belum banyak dan anak-anak belum lahir. Seiring waktu, barang-barang bertambah, jumlah mainan pun meningkat pesat. Dan saya semakin tidak punya energi untuk membereskan rumah. Rasanya percuma, untuk apa membereskan rumah kalau sejam kemudian kembali seperti kapal pecah?  Kini, anak-anak saya sudah usia sekolah. Semula saya pikir rumah akan lebih rapi, ternyata di usia kreatif ini, tumpukan barang semakin banyak, terutama barang bekas. Habis minum air mineral, eh botolnya tidak boleh dibuang. Mau dibuat celengan, katanya. Kardus-kardus bekas pun menumpuk di pojok kamar, untuk dijadikan rumah-rumahan, katanya. Sebagian memang sudah berubah bentuk menjadi benda kreasi, sebagian besar lainnya masih

Merayakan Hari Ibu dengan Banana Cheese Cake Talubi, Oleh-oleh Khas Bogor

Hari Ibu buat saya tidak ada yang berbeda dari hari lain.  Tidak ada lagi Ibu yang bisa saya beri ucapan selamat. Tidak ada juga ucapan selamat dari orang-orang terdekat, suami dan anak-anak . Kecewa? Enggak kok. Keluarga kecil saya memang minim selebrasi. Contohnya, suami baru mengucapkan selamat ultah setelah saya bawa pulang potongan kue dari teman-teman di kantor, itupun sudah sore hari dan baru ingat. Enggak apa-apa, cinta kita tidak sebatas selebrasi.  Hari Ibu tahun ini jatuh pada Hari Jumat. Saya kerja seperti biasa. Anak-anak di rumah saja karena mereka sedang libur sekolah. Kami tidak ada agenda khusus walaupun hari berikutnya saya bakal long weekend sepanjang 4 hari karena libur Natal. Tidak ada harapan spesial di Hari Ibu ini, pikiran saya terkuras pada satu hal : laporan tutup buku akhir tahun harus beres tepat waktu.  Eh, kok tetiba sore ketika saya masih di angkutan umum, si kakak kirim pesan: Mama, ada kiriman kue dari Bika Talubi. Banyak, 3 kotak

Luluskah Saya sebagai Blogger Kesehatan ?

Dua bulan ini pikiran saya terfokus pada tugas akhir Danone Blogger Academy. Sejak awal dimulai, kami sudah tahu bahwa akhir dari akademi ini adalah bisa membuat sebuah karya akhir yang menerapkan semua ilmu yang diberikan selama akademi menulis maupun visit ke Pabrik Danone Group. Untuk karya akhir untuk DBA, saya memilih topik tentang hidrasi di tempat kerja. Baca : Kantor Peduli Hidrasi Sabtu, 16 Desember 2017, tibalah waktunya wisuda. Kami menyebutnya Graduation Night. Sebuah gelaran private di Hotel Santika Premiere, Slipi. Saya sengaja menginap karena ingin mengajak anak mendampingi. Serasa wisuda sarjana belasan tahun silam, butuh pendamping dari orang spesial. Acara dimulai dengan dinner dan ramah tamah. Sambil menikmati hidangan, para tamu berkesempatan melakukan foto wefio yang hasilnya dalam bentuk gif seolah 3 dimensi. Yang seperti ini lho.. Proses Wefio foto dg banyak kamera  Acara dihadiri kembali oleh para narasumber lho, termasuk Prof Rind

Kantor Peduli Hidrasi, Karyawan Sehat dan Produktif

Jika Anda seorang bos atau pimpinan, tentu kesal menemukan kejadian-kejadian berikut ini di kantor.  Si A, bekerja di bagian administrasi, baru saja melakukan kesalahan fatal, yaitu salah mengetikkan alamat email. Akibatnya, suatu urusan rahasia terkirim kepada orang yang bukan seharusnya menerima.  Sementara itu Si B, akhir-akhir ini sering menghilang dari ruangan pada jam kerja. Usut punya usut Si B ditemukan tidur di Mushola karena ngantuk dan lelah. Lebih parah lagi, Si C, belum masuk kerja karena baru opname di rumah sakit akibat konstipasi berat. Bagaimana roda kegiatan kantor berjalan baik jika produktifitas karyawan menurun? Dalam sebuah rapat kantor, keadaan ini menjadi bahasan, lebih tepatnya obrolan, karena fokusnya ngalor ngidul dan cenderung ngerumpi. Mereka membicarakan rekan kerjanya sambil menikmati kopi atau teh, dan snack. Giliran rapat serius dimulai, hanya selang 20 menit kemudian satu per satu mulai menguap. Ketika salah seorang menanyakan hal ya

Perempuan Penikmat Kopi

Perempuan penikmat kopi itu adalah saya. Secangkir kopi Kapal Api Spesial yang mengepulkan uap gurih dan harum bisa membuat saya merasakan tiba-tiba waktu melambat. Tubuh menjadi rileks, dan suasana yang semula riuh menjadi sunyi. Seolah saat itu hanya ada saya dan secangkir kopi yang terangkat mendekati indera penciuman. Sungguh sebuah moment yang mewah. Dan buat saya, hanya Kopi Kapal Api Spesial yang bisa menghadirkan kemewahan itu. Batas toleransi minum kopi saya sudah cukup tinggi. Ya karena saya ingin selalu menikmati relaksasi bersama Kopi Kapal Api. Namun kesibukan harian akhirnya membentuk kebiasaan dengan sendirinya, sehingga 3 kali dalam sehari menjadi rutinitas saya minum kopi Kapal Api. Yaitu secangkir untuk membuka hari, secangkir saat rehat siang di kantor, dan malam hari sebelum tidur.  Kapal Api first. Saat bepergian pun, dari warung ke warung, yang pertama saya tanyakan adalah “Ada Kopi Kapal Api?” Menikmati suasana baru di tempat baru terasa l

Penyambung Rindu

Sesungguhnya, yang menjadi penghambat pertemuan bukanlah jarak, melainkan waktu. Rindu. Saya dan Mbak Sri adalah si bungsu dan si sulung dalam 7 bersaudara. Ketika saya lahir, Mbak Sri meninggalkan kampung halaman Trenggalek untuk kuliah di Bogor. Satu semester berlalu, Mbak Sri pulang dan mengendong saya yang masih bayi. Sayangnya, saya belum mengenalnya sebagai kakak kandung. Libur berikutnya pun demikian. Saat usia saya satu tahun dan mulai mengenali wajah-wajah, saya merasa asing pada mula kepulangan mbak Sri ke kampung halaman. Butuh waktu beberapa hari untuk akrab. Berkat usaha Mbak Sri sebagai kakak yang sangat ramah, akhirnya saya lengket dengannya. Giliran waktunya Mbak Sri kembali kuliah, dengan tangisan meraung-raung saya melepas keberangkatannya.