Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018

Dari Tabungan Blog Terbeli Rumah

Apa bisa beli rumah dari penghasilan blog? Bisa. Saya telah membuktikannya. Ya, tahun ini saya boleh sedikit berbangga dengan keberhasilan membeli rumah kedua dari penghasilan blog. Antara percaya dan tidak, akhirnya saya bisa menabung sedikit demi sedikit selama 3 tahun dan berhasil membeli sebuah rumah. Rencananya, rumah kedua tersebut akan saya gunakan untuk memuat koleksi portofolio blog. Ya, semacam museum atau galeri pribadi. Saya akan menamainya Rumah Asacinta. Sebenarnya, penghasilan blog yang saya terima tidak rutin dan tidak sebanyak penghasilan saya sebagai PNS. Alhamdulillah, yang tidak rutin tersebut tetap bisa terkumpul. Apa rahasianya? Semoga tulisan ini menginspirasi pembaca untuk menabung. Menabung itu butuh motivasi. Sekian tahun saya memiliki penghasilan sendiri, saya pernah berada pada perasaan bahwa jerih payah sia-sia karena tidak memiliki tabungan yang berarti. Banyak faktor yang menjadi penyebab kegagalan dalam menabung. Saya berusaha men

Silaturahmi Lotte Choco Pie & Carissa Puteri

Dari cerita Ramadhan yang saya ikutkan dalam lomba menulis  #PremiumRamadhanTogether yang diselenggarakan Lotte ChocoPie, saya berhasil memenangkan juara ke 3 dan berkesempatan diundang meet and greet bersama Carissa Puteri dan Quenzino (putranya) yang cakeeepnya enggak ketulungan.  Acara bertajuk Silaturahmi @lottechocopie.id tersebut diadakan pada 15 Juli 2018 di SIKU Darmawangsa Cafe. Ternyata enggak boleh bawa anak. Ini meleset dari dugaan saya karena pada acara-acara sebelumnya yang diadakan Lotte ChocoPie biasanya merupakan kegiatan ibu dan anak. Kali ini beda, silaturahmi siang ini saya berkesempatan ngobrol-ngobrol face to face with Carissa Puteri soal melatih dan mendampingi anak berpuasa Ramadhan. Hadir pula Psikolog Anna Surti Ariani, Brand Manager Ochi Maharani dan 4 moms pemenang lomba. Sambil terpana memandang kecantikan Carissa Puteri yang tengah hamil 7 bulan, bersama putranya Q, saya dan para undangan kembali menceritakan secara lisan pengalaman men

Mengembalikan Fitrah Susu

Susu masih menjadi barang mewah bagi masyarakat Indonesia dikarenakan daya beli masyarakat yang belum bisa meraih harga susu. Selain itu, masyarakat Indonesia ternyata juga kurang menyukai susu karena kondisi perut yang peka terhadap susu, dengan efek diare atau mual. Faktor – faktor di atas menjadikan tingkat konsumsi susu di Indonesia masih terendah di Asia, yaitu 11,09 liter per kapita per tahun. Sementara masyarakat Malaysia dan Filipina mencapai 22,1 liter, Thailand 33,7 liter , India 42,08 liter, bahkan Vietnam lebih tinggi dari Indonesia yaitu 12,1 liter per kapita per tahun (sumber: Republika 2012 ) Mirisnya lagi, dari konsumsi masyarakat yang rendah tersebut, hanya 30% diperoleh dari produksi susu dalam negeri, sisanya 70% adalah susu impor. Tingginya persentase susu impor ini karena masyarakat lebih banyak mengkonsumsi susu bubuk yang lebih banyak adalah produk luar negeri, dibandingkan mengkonsumsi susu segar cair. Untuk mendorong meningkatnya daya beli susu masyar

Persaingan Rendang

Foto dari http://www.gazetagazeta.com/2017/08/rendang-najsmaczniejsze-danie-na-swiecie/ Cinta itu berawal dari perut. Tapi bukan karena itu suami jatuh cinta pada saya. Dia tahu saya tidak pandai memasak, apalagi memasak menu favoritnya, rending. Puluhan kali saya memasak rendang, tapi belum pernah berhasil sempurna. Memasak rendang bagi saya adalah obsesi. Bukan sekedar enak atau tidak,juga bagaimana saya bisa menyamai rendang buatan ibu mertua yang menjadi kebanggaan suami.  Ada saja yang menjadi alasan rendang saya “gagal”. Saya sudah merujuk pada berbagai resep di internet. Makin banyak googling, makin bingung deh. Setiap daerah beda-beda komposisi bumbunya. Akhirnya saya pernah menyerah pada bumbu instan. Itupun juga tidak membuat rendang saya jadi enak, hahaha.  “Rendang buatan ibu itu warnanya coklat, bukan merah Dik,” kata suami mengomentari rendang buatan saya. Entah mengapa kok merah ya? Saya juga heran. Setelah konsultasi dengan ibu mertua, ternyata re

Cerita Ramadhan Asaku

Ramadhan tahun ini premium sekali buat saya dan Asa (8 tahun). Ini adalah tahun pertama Asa sukses puasa penuh hingga Maghrib sebanyak 20 hari dari total 29 hari puasa. Yeaay, congratulation My Boy!  Hari-hari pertama Ramadhan sangat butuh perjuangan menahan sabar, haus dan lapar menunggu berkumandangnya bedug maghrib. Keberhasilan Asa tak lepas dari motivasi yang saya berikan.  “Ayo Nak, Mama yakin kamu bakal kuat. Tenang saja, puasa tidak akan membuat kita sakit, justru puasa membuat tubuh lebih sehat” dan saya menjelaskan proses kaitan puasa dan kesehatan dengan bahasa yang dia mengerti. “Berapa lama lagi berbuka?” Tanya Asa.  “Sabar, jangan ditungguin, nanti terasa lama, mendingan kita lakukan hal-hal menyenangkan dan berguna, “ ajak saya. Semua hal baik di bulan Ramadhan ini berlipat ganda pahalanya. Lalu biasanya kami isi dengan bermain, bercerita, memasak bersama, atau sambil merapikan rumah.  “Berapa lama lagi, Ma?” Tanya Asa lagi. “Kita main p

Semangkuk Bubur Kacang Hijau dan Berubahnya Semangat Kerja

Percayakah Anda, semangkuk bubur kacang hijau dapat membawa perubahan yang besar? Lebih dari kuantitasnya yang mampu menyumbang kalori, di balik semangkuk bubur kacang hijau itu, terjadi proses perubahan-perubahan di lingkungan kerja.  “Bagaimana jika setiap Jumat Pagi, kita luangkan waktu untuk berkumpul sambil menikmati semangkuk bubur kacang hijau?” Usul Farih Evita Ekasari, tiga tahun lalu. Saat itu, Farih baru bertugas sebagai Kepala Tata Usaha (KTU) Departemen Proteksi Tanaman.  Pada waktu yang hampir bersamaan, saya ditugaskan sebagai Pemegang Kas Unit (Bendahara). Kami berdua berada dalam ruang yang sama, Ruang Tata Usaha, yang mana sebagian besar terdiri dari perempuan. Kami merasa, inilah saatnya kami harus membuat perubahan.  Lebih dari 50% tenaga kependidikan adalah perempuan. Kami banyak berdiskusi tentang situasi kerja di unit, terutama di kalangan Tenaga Kependidikan. Tidak dipungkiri, terjadi kesenjangan yang demikian besar antara Tenaga Kependidikan, ya