Langsung ke konten utama

Cerita Ramadhan Asaku


Ramadhan tahun ini premium sekali buat saya dan Asa (8 tahun). Ini adalah tahun pertama Asa sukses puasa penuh hingga Maghrib sebanyak 20 hari dari total 29 hari puasa. Yeaay, congratulation My Boy! 

Hari-hari pertama Ramadhan sangat butuh perjuangan menahan sabar, haus dan lapar menunggu berkumandangnya bedug maghrib. Keberhasilan Asa tak lepas dari motivasi yang saya berikan. 

“Ayo Nak, Mama yakin kamu bakal kuat. Tenang saja, puasa tidak akan membuat kita sakit, justru puasa membuat tubuh lebih sehat” dan saya menjelaskan proses kaitan puasa dan kesehatan dengan bahasa yang dia mengerti.

“Berapa lama lagi berbuka?” Tanya Asa. 
“Sabar, jangan ditungguin, nanti terasa lama, mendingan kita lakukan hal-hal menyenangkan dan berguna, “ ajak saya. Semua hal baik di bulan Ramadhan ini berlipat ganda pahalanya. Lalu biasanya kami isi dengan bermain, bercerita, memasak bersama, atau sambil merapikan rumah. 

“Berapa lama lagi, Ma?” Tanya Asa lagi.
“Kita main pasir yuk, bikin istana.” Saya mencoba mengalihkan perhatian. Kami pun bermain.

“3 jam lagi ya Ma?” Tanyanya lagi seusai bermain. Saya geli setiap mendengar pertanyaannya yang berulang. “Eh, bobok siang dulu yuk, kan tidur bernilai ibadah juga. Biar tidak terasa lama menunggu Maghrib” ajak saya. 

Begitu bangun, “Sudah Maghrib ya Ma?” tanya Asa. “Belum sayang, satu jam lagi. Mandi dulu yuk, biar segar, lalu kita ke masjid,” kata Saya. Kami membawa takjil air minum dan snack Lotte Choco Pie untuk persiapan berbuka. 

Pas di Masjid, “Tinggal berapa menit lagi Ma?” Tanya Asa. “Kok bedugnya belum ditabuh?”
Hm, kesabaran si Mama diuji. Tapi tetap berusaha memotivasi biar lulus sampai maghrib. “Main tebak-tebakan yuk. Siapa Nabi yang masuk ke dalam perut ikan paus?” tanya Saya memulai acara tebak-tebakan. Dan akhirnya kami saling berbalas tanya dan jawab. 

Begitulah cara-cara saya membuat Asa bertahan puasa hingga Maghrib. Pastinya ada puluhan pertanyaan “kapan berbuka?” yang diulang-ulang dan saya harus bersabar memotivasinya. Perjuangan itulah yang menjadi premium moments Ramadhan saya dan Asa.

Alhamdulillah, banyak premium moments Ramadhan yang saya dan Asa rasakan. Intinya soal bagaimana saya memotivasi Asa bisa puasa penuh.  Puasa ini adalah “perjuangan kami”. Dimulai dari usaha melakukan sholat berjamaah, melawan kantuk agar bisa meraih berkah makan sahur, berpuasa hingga magrib dan berusaha bersabar.

Setiap perjuangan ada hasilnya. Banyak kebaikan yang bisa kita petik dari puasa Ramadhan, antara lain:
1. Belajar menghargai waktu. Ibadah-ibadah yang kita lakukan telah ditentukan waktunya. Sahur ada batas waktunya. Sholat ada batas waktunya. Dan untuk berbuka pun kita menunggu saat waktunya tiba.
2. Menghargai makanan/minuman. Jadi, jangan sia-siakan makanan yang kita miliki, jangan mubazir terhadap makanan, karena kita tahu susahnya menahan lapar. Membeli takjil tidak perlu berlebihan, secukupnya saja. Misalnya sekotak Lotte Choco Pie cukup untuk sekeluarga.
3. Berempati pada sesama. Saat berpuasa kita berusaha merasakan apa yang dirasakan orang-orang yang tidak mampu. Kaum Dhuafa tidak selalu bisa makan sepanjang tahun, sedangkan kita hanya menahan lapar hingga maghrib. Jadi ingin lebih sering berbagi pada sesama agar mengurangi derita lapar yang mereka rasakan.


Ramadhan bulan berbagi. Asa belajar memahami arti berbagi dan merasakan bahwa berbagi itu menyenangkan. Sharing is fun.  Saya mengajak Asa dalam mengantarkan zakat fitrah melalui amil di masjid, berbagi bingkisan lebaran untuk pensiunan, mengantar takjil dan makan sahur untuk Satpam, berbagi bingkisan sembako untuk Asisten Rumah Tangga, dan menunaikan zakat mal untuk para tukang becak.  Asa paling suka saat saya minta membantu merekatkan dan menyusun kardus lalu memasukkan isinya. Asa terlihat tekun dan semangat saat memasukkan uang ke dalam amplop-amplop bernuansa Idul Fitri. Setelah itu dia juga melihat proses membaginya. Sembari saya terus sampaikan padanya kenapa kita harus berbagi. Bahwa dalam rejeki kita ada hak orang lain yang harus kita tunaikan.    Saya ingin mengajak Asa merasakan nikmatnya momen saat kita bisa berbuat sesuatu untuk orang lain dan membahagiakan mereka.   

“Aku mau berbagi Lotte Choco Pie dengan Mama ya,” katanya sambil menyodorkan sekotak Lotte Choco Pie pada suatu sore seusai mengantarkan bingkisan lebaran. “Terimakasih sayang, kue enak ini kita makan sama-sama ya,” Kata saya.  Semoga kebaikan Ramadhan terbawa dalam kehidupan kita sehari-hari ya Nak.

Oiya, satu lagi cerita Ramadhan Asa.
“Ramadhan ini asyik ya, banyak bertemu orang,”komentar Asa. Iya, pasalnya selama Ramadhan Asa saya ajak ikut iftar (berbuka bersama). Di antaranya iftar dengan teman-teman kantor Mama dan iftar di rumah Om &Tante-nya.  Saat iftar itu Asa tidak canggung mengobrol dengan orang-orang dewasa temannya Mama. Dia juga mengobrol dengan anaknya teman Mama. Asyik, jadi tambah teman baru ya. Asa juga senang sekali bisa bertemu saudara sepupu anak dari Om dan Tante.  Ya, momen premium Ramadhan adalah meningkatnya kesempatan bersilaturahmi. 

Oiya, ada satu kejadian lucu saat kami mudik. Dalam perjalanan, Asa sempat berkenalan dengan anak kecil seusianya. Rupanya anak itu hendak mudik juga dengan keluarganya. “Namanya Excel dan kami janjian mau ketemu lagi setelah hari raya,” kata Asa. Saya heran dan bertanya, “Kamu sudah tahu alamat rumahnya?”  Sejenak Asa bingung, “Oiya ya, aku lupa menanyakannya” Hahaha.

**Cerita Ramadhan ini diikutkan dalam lomba #PremiumRamadhanTogether LotteChocoPie dan menjadi Juara ke 3

Komentar