25 tahun. Lebih dari separuh hidup saya, berada di bawah naungan Departemen Proteksi Tanaman. Sebuah jalan hidup, yang membuat saya semakin bersyukur, dan bersyukur. Betapa Tuhan melimpahkan rahmat terus menerus, sehingga hidup saya mengalir indah, tidak terlalu mudah, tapi juga tidak susah. 1996 Adalah Sebuah Awal. Tahun itu, saya diterima di Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan (HPT nama lama Departemen Proteksi Tanaman). Saya tidak memilih jurusan ini. Tepatnya saya dipilihkan oleh Kakak tertua, yaitu Mbak Profesor Sriati . Waktu itu pengetahuan saya tentang jurusan-jurusan perguruan tinggi sangat minim. Bahkan jika ditanya saya mau jadi apa, minatnya apa, mau kerja dimana, saya tidak tau jawabannya. "Pilihkan saja mbak, yang penting masuk perguruan tinggi negeri", begitu kata saya ke mbak Sri sambil menyodorkan form lamaran. Batin saya, bisa diterima di universitas negeri sudah syukur, saya tidak berani berharap banyak dengan kisaran rangking yang 'hanya' berada di
Ada peribahasa, Rumput tetangga lebih hijau. Hmm, bisa enggak ya membuat rumput sendiri yang hijau juga? Biar enggak lihat rumput tetangga terus, hehe. Hikmah pandemi buat kami salah satunya, saya jadi sempat mengurus halaman samping di depan rumah. Dulu banget memang sudah pernah kami tanami rumput, tetapi karena renovasi tahap I, rumput musnah, diratakan dengan tanah dan kerikil. Tinggal pohon-pohon besar yang bertahan. Tapi untuk menanam rumput, kami menunggu renovasi tahap 2 yang sementara ini cukup. Oke, saya akan berbagi gimana serunya menanam rumput oleh kita sendiri, di halaman yang lumayan (sekitar 90 meter). Kebutuhan Rumput. Rumput yang kami tanam adalah rumput gajah mini. Harga per 30 cm persegi adalah Rp.28.000. Saya membeli rumput via online Tokopedia. Sellernya dari Bogor juga, jadi bisa menggunakan ojek online. Sekali transaksi pengiriman maksimal 1 karung berisi 7 paket x 30 cm persegi. Untuk luasan tanah sekitar 90 meter, total saya membeli 6 kali secara bertahap.