Langsung ke konten utama

Mencari Kampus Terbaik


Cerita ini tentang perjuangan mencari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk Cinta, dengan harapan juga bisa menjawab keingintahuan para pejuang PTN yang sudah pernah mencoba, atau masih akan mencoba di tahun mendatang. Apa yang saya tuangkan di sini berdasarkan pengalaman pribadi dari sudut pandang dan intepretasi sendiri atas informasi-informasi terkait penerimaan mahasiswa baru 2023. Jika ada perbedaan pengalaman atau informasi baru silakan tulis di kolom komentar.

Saya tidak akan membahas teknis seleksi karena itu berubah setiap tahunnya. Saya akan membahas proses menentukan pilihan.

Mulai Cinta masuk ke kelas 10 SMA (tahun 2020), pertanyaan-pertanyaan terkait minat mulai menjadi pembicaraan dalam obrolan-obrolan dalam keluarga. 

Kakak Cinta mau kuliah dimana? Jurusan apa?

Jawabannya, Pengen ke Universitas Padjajaran atau Universitas Gajah Mada. Alasannya karena ingin keluar dari Kota Bogor, alias pengen nge-kos. Jurusan yang terlontar pertama kali diinginkan adalah Bahasa dan Kebudayaan Korea, yang saat ini ada di Universitas Indonesia dan UGM. Hmm.

Waktu mendengar minatnya pertama kali, sempat saya berpikir, nanti kerjanya apa ya? Tapi saya luruskan lagi pikiran itu, emang kalau jurusan-jurusan yang populer, selalu mudah dapat kerja? Teringat perjalanan karir saya dan suami dari fresh graduate hingga sekarang, kami membuktikan bahwa rejeki itu sudah ada yang ngatur. Jadi jurusan kurang populerpun, Insya Allah ada rejekinya. Yang terpenting dari kuliah ini adalah pembentukan pola pikir dan proses mencari jati diri.

Memilih Jurusan Terbaik.

Terbaik menurut siapa? Inginnya terbaik menurut Allah dan menurut kita. Kita boleh punya keinginan, namun jangan lupa ada campur tangan Tuhan. Realita kadang kala tak sesuai keinginan. Ini yang harus diyakini sebagai pilihan yang dipilihkan Tuhan.

Banyak cerita, kegagalan-kegagalan tidak masuk PTN favorit. Ada anak yang pintar, tetapi tidak diterima. Ada yang biasa-biasa saja nilainya, malah diterima. Harus dipahami, bahwa setiap tahapan seleksi ada kriteria penilaian yang berbeda, setiap jurusan punya kuota dan jumlah peminat berbeda, sehingga persaingan yang luar biasa membuat passing grade setiap jurusan tidak bisa diprediksi.

Jadi bukan sekedar pintar atau enggak, melainkan soal bagiamana bisa menempatkan diri pada pilihan yang realistis. Tantangannya, rata-rata siswa SMA punya semangat tinggi. Jika sudah punya pilihan tertentu, bertahan pada pilihan itu. PR bagi orang tua adalah menjelaskan realita-realita, peluang dan kemungkinan yang akan dihadapi, serta tau posisi kemampuan anak dengan tidak menjatuhkan semangat anak. Bukan tidak mungkin, anak dengan prestasi biasa saja bisa masuk PTN yang jurusannya tidak terlalu ketat.

Lebih memperjuangkan minat, atau yang penting masuk PTN ?

Dari diskusi-diskusi kami, diputuskan minat menjadi pertimbangan nomor satu, kemudian mencari PTN yang memiliki jurusan yang diminati tersebut, lalu mengurutkan tingkat favoritnya, baru kemudian memadupadan keketatan jurusan di PTN tersebut dengan kemampuan siswa.

Artinya, tidak memaksakan memilih jurusan yang tidak diminati dengan alasan sepi peminat yang penting masuk PTN. Harus diingat, nanti belajarnya selama 4 tahun lho, tidak mudah belajar pada sesuatu yang tidak kita minati.

Opsi terakhir, ya ke PTS (swasta). Opsi ini juga harus dipikirkan sejak awal karena memilih PTS juga harus dilihat dari berbagai aspek sebagaimana PTN.

Landasan pertimbangan.

Dari sisi minat, setelah tahu minat anak secara khusus (dalam hal ini Cinta ingin ke jurusan Bahasa Korea / Komunikasi), kita perlu mencari tahu juga minat selain itu tetapi masih mendekati. Terlihat minta Cinta di bidang Soshum walaupun dari jurusan MIPA saat SMA. Untuk bidang Soshum kami jadikan alternatif pilihan adalah antropologi, psikologi, jurnalistik dan sosiologi.

Dari sisi PTN, kriteria kami adalah jarak dari rumah, hehehe. Ternyata, anak udah gede pun, tetap saja orangtua inginnya dekat dengan anak. Sebagai prioritas adalah 3 PTN besar yaitu UGM, IPB University, UI. Cinta boleh ke Yogya tapi hanya untuk UGM, tidak untuk PTN lain. Kalau bukan UGM, ya di sekitar Bogor aja. Boleh ke UB karena di Malang ada Budhe dan Pakdhe. Boleh ke Unpad karena di Bandung juga masih mudah dijangkau dari Bogor.

Dari sisi kemampuan anak, ini yang paling penting untuk diketahui agar tepat memilih PTN. Berkat mengikuti bimbel dan sering ikut try out, Cinta tahu skor try out UTBK untuk dijadikan acuan segimana kemampuan dia dan di PTN mana skor tersebut bisa diterima. 

Orang IPB main ke UGM

Di internet atau Youtube banyak beredar bocoran skor UTBK untuk tahun sebelumnya pada jurusan tertentu. Informasi tersebut tidak sepenuhnya valid. Perlu diingat, info itu hanya dari survei sebagian anak yang diterima dan dikumpulkan. Info itu bukan info resmi. Perguruan tinggi tidak pernah merilis skor terendah (passing grade) masing-masing program studi karena angkanya selalu berubah seiring kuota dan jumlah peminat yang juga mengalami dinamika.

Ada pergeseran minat dari tahun ke tahun. 20 tahun lalu, jurusan sains dan teknik lebih favorit menjadi pilihan. Sekarang-sekarang ini, anak-anak cenderung lebih menyukai jurusan soshum. Komunikasi, Psikologi menjadi juaranya. Namun begitu, Kedokteran masih tetap menjadi bintang. Di situs SNPMB dirilis kuota tahun ini dan jumlah peminat tahun lalu dari masing-masing program studi di PTN sehingga bisa diperkirakan peluangnya.

Untuk memilih program studi ini, sebaiknya kita melihat kurikulum secara teliti, jangan hanya melihat nama program studinya saja. Misalnya, untuk Sains Komunikasi di IPB University, kurikulumnya diarahkan kepada komunikasi sosial pedesaan, berbeda dari jurusan Komunikasi pada umumnya. Ada juga jurusan Ilmu Konsumen dan Keluarga di IPB University, yang didalamnya mencakup kurikulum mempelajari perilaku dan psikologi konsumen, dan keluarga. Antara Ilmu Komputer di IPB dan Ilmu Komputer dan UB juga berbeda kurikulumnya. Jadi sangat penting untuk menengok satu per satu kurikulum ini. Dimana lihatnya? ada di masing-masing situs resmi perguruan tinggi.

UB
UNM



Memilih Kampus Terbaik.

Kriteria kampus terbaik itu macam-macam. Dari sudut pandang fasilitas, kampus yang baik tentu sarana dan prasarana menunjang perkuliahan. Dari sisi budaya belajar, kampus yang baik yang mampu membangkitkan jiwa pembelajar, kritis, enterpreneur serta memciptakan budaya belajar yang bahagia bagi mahasiwa. Dari sisi indikator-indikator perguruan tinggi, banyak rilisan pemenang-pemenang  yang diadakan beberapa lembaga yang memberikan rating pada perguruan tinggi.

Contohnya: universitas juara umum PKM terbanyak, universitas terbaik versi Kemdikbud dll. Googling untuk tahu lebih banyak dan obyektif ya. Kalau baca dari tulisan ini, tentuuuu IPB University unggulannya 🤣

Untuk lebih meresapi, kami melakukan campus tour ke universitas di sekitar Bogor. Juga melalui youtube banyak video campus tour.

Dari hasil kampus tour, pilihan pertama jatuh ke IPB University ... yeaaay... 
Bukan karena memang udah kenal IPB sejak lama ya, tapi karena setelah dibanding-bandingkan, sepertinya mahasiswa IPB tampak bahagia.  Belajar dengan bahagia jadi salah satu kriteria penting dalam memilih kampus.

Main ke Fakultas Psikologi UI sehari sebelum pengumuman UTBK jaga-jaga agar anaknya gak down

Ikhtiar kami lakukan bersama, sekeluarga.

Cinta yang berjuang, lainnya membentuk support system. Selama setahun kami membatasi bepergian jarak jauh. Tidak mudik, tidak traveling. Weekend sebatas main dalam kota saja. Orang dulu bilang, tirakat atau prihatin, yaitu membatasi bersenang-senang demi fokus mencapai satu tujuan.

Sejak kelas 10 SMA , Cinta mengikuti bimbingan belajar di Ganesha Operation untuk memelihara kestabilan nilai rapor. Target kami adalah masuk siswa eligible sehingga bisa mendaftar jalur undangan nilai rapor alias SNBP.

Cinta bimbel di Ganesha Operation dekat rumah. Saat sekolah masih tatap muka 50%, GO sudah 100% tatap muka. GO menambah materi pelajaran sekolah yang sulit dipahami hanya dari zoom atau sekolah yang hanya 2 jam per hari.

Strategi SNBP

Setelah minat ditemukan dan PTN ditentukan, saatnya mendaftar SNBP (jalur rapot). Seleksi SNBP ini diolah di dapur PTN dan menjadi kewenangan PTN. Dari berbagai bocoran yang saya dengar, PTN sudah mengantongi index sekolah untuk diurutkan. Sehingga nama-nama pelamar yang masuk diurutkan berdasarkan index sekolah, lalu satu sekolah diambil satu teratas hingga kuota terpenuhi. Karena itu, diharapkan tidak ada persaingan 2 siswa dari sekolah sama untuk satu program studi, karena hanya akan diambil salah satunya.

Cinta melamar ke Sains Komunikasi dan Ilmu Konsumen Keluarga di IPB University. Dia gagal di Seleksi SNBP karena faktor persaingan teman satu sekolah. Ada teman dengan peringkat di atasnya yang juga mendaftar di jurusan yang sama. Kami tahu persaingan ini, tetapi tetap dilakukan karena lagi-lagi kembali ke minat, memang inginnya di situ. Jadi ya apa boleh buat.

Seleksi SNBT (Test UTBK)

Sembari  menunggu proses berikutnya, kami menemukan jurusan yang sebelumnya tak terlihat yaitu Komunikasi Digital dan Media. Kurikulumya sangat menarik. Tidak terlihat karena ada di kelompok D4 / Sarjana terapan. Rupanya kami terlalu terpaku pada pencarian Sarjana S1. Kami lupa kalau tahun ini ada Sarjana Terapan D4 yang juga dimasukkan dalam seleksi nasional.

Cinta menurunkan ekspektasi. Dia mengeliminir Sains Komunikasi dari pilihan. Selanjutnya menjadi pilihan pertama ada IKK dan pilihan kedua adalah Komunikasi Digital dan Media. IKK diletakan pada pilihan pertama karena S1. Padahal hati kecilnya ingin yang pilihan kedua, tapi masih ragu karena faktor D4 yang belum populer.

Tuhan memilihkan yang terbaik. Hasil UTBK menempatkan Cinta sebagai mahasiwa Komunikasi Digital dan Media IPB. Sujud syukur kami panjatkan. Tidak ada keraguan lagi dan tidak ingin mendaftar jalur mandiri seperti yang sudah kami siapkan sebelumnya sebagai alternatif. Cinta sudah puas dengan hasil usahanya dari keringat sendiri dengan skor UTBK. 

Saya bilang ke Cinta:

Kampus Terbaik bukan dilihat dari nama besar kampusnya. Melainkan dari bagaimana nanti setelah bergabung kamu bisa kuliah sebaik-baiknya, bahagia, dan merasakan manfaat lebih dari mendapatkan ijazah.

Jadi dimanapun kuliahnya, Kampus Terbaik ditentukan olehmu ☺️

Selamat menjadi mahasiswa Cyyyn

Emaknya demen foto di sini. Kampus siapa tuuh? ☺️

Emaknya demen sama yang kuning, kutam pake jaket kuning ;)

Komentar