Langsung ke konten utama

Mendampingi Cinta pada Masa Sulit


Banyak hal yang membanggakan dari diri Cinta (5 tahun). Kelembutannya, empatinya, kegemarannya membantu Mama, begitu girly dengan baju dan aksesoris pink keunguan, sekaligus cerdas...semuanya membuat saya selalu kangen. Di sisi lain, sifat-sifatnya yang “cewek” banget itu juga mungkin sudah satu paket dengan sifatnya yang kurang berani dan banyak pertimbangan. Di usia yang masih kecil itu menurut saya Cinta sudah memikirkan untung-rugi, sebab-akibat ketika dia akan melakukan sesuatu yang baru. Yang tampak kemudian adalah sikap ragu-ragu.

Bagi saya tetap membanggakan. Justru ketika Cinta berusaha keras mengumpulkan keberanian, di situlah saya melihat kehebatannya. Seperti suatu kejadian di awal Cinta sekolah. Cinta sudah berani saya tinggal sendiri, tapi ternyata menurut laporan Bu Guru, Cinta tidak mau melakukan gerakan senam. Perlahan saya lakukan pendekatan pada Cinta, berbicara dengannya dari hati ke hati setiap pulang sekolah. Dimulai dari menanyakan apakah bekalnya habis dimakan, apa saja permainan yang Cinta lakukan hari ini, siapa saja nama teman-temannya, hingga akhirnya saya berhasil menanyakan alasan Cinta tidak mau senam pagi. Alasannya sederhana dan umum, yaitu malu. Apalagi dengan musik keras dan tempat senam menyerupai panggung.

Perlahan saya nasehati Cinta setiap hari. Saya jelaskan manfaat senam pagi untuknya, juga bahwa selama senam tidak ada yang khusus melihat atau menilai, jadi tidak perlu malu atau takut salah. Butuh waktu sekitar seminggu menyemangatinya. Dan ketika kemudian Cinta berhasil menyingkirkan rasa malu itu, dia kelihatan begitu gembira. “Mama, hari ini Cinta mau senam lho..” katanya ceria. “Oya? Betul kan seperti kata mama, suatu saat Cinta pasti berani. Mama bangga sekali pada Cinta” Begitu saya sampaikan penghargaan untuknya. Dan setelah itu, terbukalah pintu-pintu keberanian Cinta pada kegiatan-kegiatan berikutnya.

Saya bangga dengan usahanya yang tidak mudah, bangga dengan semangatnya yang pantang menyerah hingga akhirnya merobohkan benteng rasa malu yang semula ada. Apa yang terlihat mudah bagi kita, kadangkala terlihat sulit di mata anak. Dengan terus menghargai, tidak menjatuhkan, dan menguatkan keyakinan, suatu saat anak akan mencapai suatu keberhasilan.

Ditulis untuk Lomba MomsGoBlogging diselenggarakan Komunitas Majalah Ayahbunda
dan memenangkan hadiah hiburan berupa USB dan paket dari Gain Advance

Komentar