Langsung ke konten utama

BUKU dan BLOG SANG PEMIMPIN (Juara Harapan 2 Lomba Esai Kepemudaan 2010 Menpora-Lingkar Pena)

BUKU DAN BLOG SANG PEMIMPIN
Oleh : Murtiyarini

Penulis dan Pemimpin
Pemimpin yang diharapkan oleh rakyatnya adalah seorang pemimpin yang selalu berada di garis depan membuka jalan pada perubahan yang lebih baik. Perubahan terjadi apabila pemimpin itu memiliki jiwa kepemimpinan. Menurut Seth godin, seorang ahli perubahan dan kepemimpinan menyarankan 7 sifat yang membuat pemimpin mampu menghadapi segala tantangan di abad 21 adalah challenge (tantangan), culture (budaya), curiosity ( ingin tahu) , charisma (berkarisma) communicate (berkomunikasi), connect (terhubung) dan commit (komitmen).

Dari semua itu, definisi terpendek dari kepemimpinan adalah pengaruh. Memimpin pada dasarnya adalah mempengaruhi. Ada orang yang mempengaruhi tapi tidak memimpin. Tapi semua orang yang memimpin pasti mempengaruhi.


Bicara masalah pengaruh, selain pemimpin, profesi lain yang juga mempunyai kemampuan mempengaruhi suatu komunitas tertentu adalah penulis. Melalui tulisannya, seorang penulis yang handal dapat membawa pembaca menyelami alam pikirnya dan lebih jauh terbawa pada pemahaman yang ditulis, meskipun tidak semuanya demikian. Sayangnya, tidak semua penulis bisa memimpin, dan tak semua pemimpin bisa menulis. Jika saja kedua kekuatan itu bersatu, menjadi pemimpin yang bisa menulis, maka membawa pengaruh yang lebih besar. Kekuatan untuk menggugah rakyat, membangkitkan nasionalisme, membangun semangat untuk maju.

Menulis secara tidak langsung berhubungan dengan sifat-sifat kepemimpinan dalam kadar yang sangat relatif. Tahapan merumuskan tujuan dan mengatur strategi dalam menulis juga dapat diterapkan di kehidupan berbangsa dan bernegara. Segala keputusan dan tindakan yang akan diambil pun bisa lebih terfokus, dan terarah untuk mencapai tujuan tersebut. 

Langkah berikutnya adalah mengumpulkan data ataupun informasi yang cukup untuk membangun tulisannya sehingga terciptalah suatu informasi baru. Jadi, tahap persiapan ini merupakan sarana belajar yang ampuh untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Seorang pemimpin idealnya mengerti dan memahami negara yang dipimpinnya, meliputi kehidupan sosial rakyatnya, keadaan alamnya, hukum yang berlaku, kondisi politik, hubungan internasional dan banyak lagi dalam aspek-aspek bernegara.

Tahap berikutnya adalah menyusun kerangka dasar penulisan. Disini kemampuan berpikir sistematis sangat diperlukan. Kebiasaan ini juga akan terbawa ke aspek-aspek kehidupan lainnya, misalnya dalam menyatakan pendapat, dalam menyusun perencanaan, dan dalam membuat laporan. Untuk melakukan semua ini diperlukan kemampuan intelektual. Secara garis besar, orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dibanding yang tidak.

Dahsyatnya Sebuah Tulisan

Sejarah membuktikan bahwa tulisan dapat berdampak sangat dahsyat. Tulisan dapat menggulingkan sebuah rezim atau sebaliknya mencegah perang, tulisan dapat membangkitkan semangat hidup, menyelamatkan nyawa, mengasah otak, dan mendatangkan rejeki.

Bagaimana tulisan orang dapat mempengaruhi massa? Kiyosaki dengan bukunya yang terkenal Rich Dad Poor Dad dan berbagai tulisan lainnya digunakan untuk ”mempengaruhi orang” melihat pentingnya memiliki semangat wirausaha. R.A. Kartini juga menggunakan tulisan untuk mempengaruhi orang lain agar mau memberi kesempatan yang sama pada wanita untuk mengecap pendidikan.

Dalam buku sejarah Indonesia disebutkan sebuah buku berjudul Max Havelaar karya Multatuli (nama alias Eduard Douwes Dekker (2/3/1820 – 19/2/1887) yang pada bulan Maret 2010 diupayakan masuk ke dalam daftar warisan dunia UNESCO. Buku yang menguak kekejaman yang terjadi di Nederlands-Indie (Hindia Belanda) mempunyai pengaruh luar biasa, menjadi sebuah bentuk gugatan terhadap pemerintah kolonial, menggungah semangat dan membakar geram kaum pribumi. Karya gemilang yang diterbitkan pertama kali pada 150 tahun lalu itu kini masih aktual dan menjadi sumber inspirasi untuk tata perdagangan dunia yang adil.

Menulis juga menjadi sarana berbagi pengalaman, dan berbagi pengetahuan. Dari tulisan orang juga dapat hidup abadi melalui karyanya. Sebut saja Sutan Takdir Alisyahbana, Chairil Anwar, Hamka, dan Muhammad Hatta sampai sekarang pun tetap abadi melalui hasil tulisan mereka.

Tahun 2006, dunia perbukuan Indonesia digemparkan oleh buku karangan Andrea Hirata yang berjudul Laskar Pelangi. Buku tersebut menghipnotis jutaan pembaca. Laskar Pelangi adalah cerita masa kecil yang sebenarnya sederhana, ditulis oleh penulis yang sebelumnya bukan siapa-siapa. Dengan kemampuan menulis, Andrea berhasil membawa jutaan rakyat Indonesia mengenal 10 anak dari propinsi Bangka Belitung yang menjalani hidup dengan jiwa juang tinggi. Bayangkan seandainya ada buku serupa, dengan kekuatan sama dahsyatnya bertema kebangsaan, nasionalis, kepemimpinan, kebangkitan yang bisa menggugah semangat bangsa ini, maka sang penulis kemungkinan besar akan dikandidatkan sebagai calon pemimpin bangsa.

Tulisan Para Pemimpin
Menulis adalah pekerjaan prestis. Para pemimpin-pemimpin kita terdahulu (dan sekarang) juga menulis buku. Presiden pertama RI terkenal dengan bukunya Di Bawah Bendera Revolusi (DBR). Buku ini menghimpun tulisan-tulisan Bung Karno di masa penjajahan Belanda, pertama kali diterbitkan pada tahun 1959. Terakhir kali, tahun 1965 buku itu untuk keempat kalinya dicetak ulang. Ini menunjukkan bahwa keinginan rakyat Indonesia untuk memiliki buku itu sangat besar. Buku-buku lain karya Bung Karno adalah “Indonesia Menggugat”, “Indonesia Merdeka” dan “Sarinah (Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia)”

Presiden kedua, Suharto, meskipun dibantu dengan oleh penulis yang juga orang-orang terdekat beliau, menyadari perlunya membuat buku-buku pada masa pemerintahannya. Tahun 1976, pandangan Presiden Soeharto tentang Pancasila ditulis oleh Krissantono dan diterbitkan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Tim dokumentasi Presiden RI pernah pula menerbitkan buku Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1983-11 Maret 1988 pada 1992. Buku ini diedit oleh Nazaruddin Sjamsuddin. Lalu pada 1996 terbit pula buku Managemen Presiden Soeharto, Penuturan 17 Menteri dengan editor Riant Nugroho Dwidjowijoto.

Presiden Indonesia yang juga terkenal aktif menulis adalah Gus Dur. Berbekal keluasan pengetahuan dan wawasan keilmuan hasil pergulatannya dengan buku, Gus Dur piawai menulis. Buku-bukunya yang populer antara lain “Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman” berupa kumpulan tulisan mengenai pemikiran Gus Dur, “Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat” merangkum 24 artikel Gus Dur dalam harian KOMPAS, dan “Islamku Islam Anda Islam Kita” berisi esai-esai Gus Dur dari sudut pandang korban dalam hampir semua kasus yang dibahas, tanpa pandang bulu.

Bahkan Presiden tersingkat masa jabatannya, yaitu BJ Habibie, sempat menulis sebuah buku pada masa pemerintahannya, berjudul “Detik-detik yang Menentukan – Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi”. Sebelum itu, Habibie sebagai ilmuwan juga telah menulis di banyak jurnal ilmiah berbahasa Jerman mengenai keahliannya di bidang teknologi pesawat terbang.

Presiden kita saat ini, Susilo Bambang Yudhoyono juga menuangkan pemikirannya dalam buku-buku berjudul “Indonesia Unggul” ,“Menuju Perubahan Menegakkan Civil Society”, “Transformin Indonesia” dan “Indonesia on The Move”. Beberapa buku lain yang juga berisikan pemikiran SBY dibantu penulisannya oleh orang-orang terdekatnya seperti Dino Pati Djalal dalam bukunya “Harus Bisa” dan Bahrudin Supadri dalam bukunya “Seri Lebih Dekat dengan SBY”. Pada masa pemilu, Susilo juga menulis buku “Berkarya Membangun Bangsa”

Membangkitkan Budaya Menulis
Pemuda sebaiknya mengisi waktu luangnya dengan membaca buku. Sistem pendidikan kita memang kurang menuntut siswa untuk membaca. Kurangnya minat baca masih menjadi permasalahan sumber daya manusia di Indonesia. Sebuah studi lima tahunan yang dilakukan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) terhadap minat baca anak Indonesia, menyebutkan bahwa siswa sekolah dasar (SD) di Indonesia menduduki posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian. Apalagi menulis? Menulis, merupakan tingkat lanjutan yang dimiliki seseorang yang gemar membaca. Seseorang yang gemar membaca akan memiliki cakrawala ilmu yang luas, pikiran terbuka pikiran, dan akan dengan mudah menuangkan pemikiran melalui tulisan. Sampai manakah kemampuan pemuda sebagai calon-calon pemimpin kita dalam hal menulis?

Dalam lingkup pendidikan sekolah, guru-guru jarang meningkatkan kapasitas dirinya dan muridnya untuk membaca dan menuangkan pemikiran mereka lewat tulisan. Siswa menulis biasanya karena ada kewajiban tugas sekolah yang harus ditunaikan. Bahkan, tugas paper yang dibuat pun tinggal copy-paste tanpa analisis kritis dan penuangan pemikiran orisinal. Nah, bagaimana mungkin calon-calon pemimpin bangsa jarang, bahkan tidak pernah “membaca” Indonesia saat ini?

Padahal jika dipikirkan betul-betul, menulis merupakan jalan yang lebih bijak sebagai ganti protes dan demo di jalan yang ujung-ujungnya berakhir bentrok. Andai saja banyak mahasiswa yang lebih memilih menulis untuk menghimpun gerakan pemikiran dalam tubuh masyarakat, membuka wawasan dan menyentuh cakrawala yang masih tertutup, niscaya tidak perlu lagi jatuh korban dari aksi-aksi anarkhis.

Bangsa yang tidak mempunyai budaya membaca buku dan menulis buku, maka akan kehilangan seluruh atau sebagaian sejarah kehidupan bangsa sehingga tidak dapat dipelajari oleh generasi penerusnya. Agar menjadi budaya, membaca buku dan menulis buku harus dilatih setiap hari. Salah satunya di sekolah, dan di dukung oleh lingkungan keluarga. Harus ditanamkan dalam pengertian para calon pemimpin bangsa, bahwa membaca dan menulis adalah salah satu langkah untuk memperbaiki kualitas hidup dan kesejahtaraan bangsa.

Apa yang bisa dilakukan oleh para guru dan dosen untuk menumbuhkan budaya menulis calon pemimpin bangsa ini? Pertama, menumbuhkan kemauan kuat akan menumbuhkan tekad yang kuat. Menumbuhkan budaya menulis salah satunya dengan melakukan edukasi untuk meningkatkan pemahaman para mahasiswa dan siswa, juga dosen dan guru untuk menulis. Menulis tidaklah selalu identik dengan karya ilmiah yang sulit dan formal. Kegemaran menulis dapat ditumbuhkan dengan cara yang lebih menyenangkan, misalnya membuat esai bebas atau menulis di blog.

Kedua, menekankan kejujuran hati yang akan melahirkan ketulusan berkarya, bebas plagiasi, menuntun kita menulis dengan bebas, mengembangkan pemikiran secara orisinal, tanpa beban, dan apa adanya. Ketulusan dalam menulis dapat menghasilkan sebuah tulisan berkarakter dan natural. Ketiga, adalah memberi kebebasan berpikir agar muncul keberanian mengungkapkan gagasan dan kepercayaan diri yang akan menuntun pada keleluasaan berbahasa , kebebasan mengeksplorasi data dan kosakata dalam menulis. Keempat, menjaga kontinuitas dan terus mengasah kemampuan misalnya menulis pada berbagai kegiatan, koran kampus, mengikuti lomba esai, menulis buku bersama atau mengirimkan tulisan pada media .

Mencari Wadah Menulis untuk Calon Pemimpin
Bisa dibilang, kurangnya wadah untuk menulis bukan lagi menjadi alasan. Saat ini siapapun dapat menulis, dan tulisannya dapat dengan mudah dipublikasikan. Memang dalam sejarahnya, penulis jaman dulu tidak semudah sekarang untuk menulis dalam artian tulisannya bisa dibaca khalayak ramai.
Menurut Ajip Rosidi (sastrawan dan mantan ketua IKAPI), secara garis besar, usaha penerbitan buku di Indonesia dibagi dalam tiga jalur, yaitu usaha penerbitan buku pelajaran, usaha penerbitan buku bacaan umum (termasuk sastra dan hiburan), dan usaha penerbitan buku agama. Pada tahun 1908, lahirlah penerbit Balai Pustaka yang kita kenal hingga saat ini. Sekitar tahun 1950-an, penerbit swasta nasional mulai bermunculan. Pada tahun 1955, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih dan menasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia. Kemudian pemerintah berusaha mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha penerbitan buku nasional. Sejak akhir tahun 1965, subsidi bagi penerbit dihapus. Akibatnya, karena hanya 25% penerbit yang bertahan, situasi perbukuan mengalami kemunduran. Pada masa itu penerbitan buku juga melalui sensor dan persetujuan Kejaksaan Agung.

Sejak pemerintahan Gus Dur, pers mendapatkan kebebasannya dan dunia tulis menulis berkembang pesat. Siapapun berhak mengeluarkan pendapatnya, termasuk dalam bentuk tulisan. Dunia penerbitan pun semakin mudah, kritis dan beragam. Tak hanya melalui penerbit, berbagai situs yang mewadahi tulisan-tulisan lepas seperti Kompasiana dan Blogdetik dapat menjadi sarana seseorang untuk menulis dan langsung dibaca banyak orang tanpa sensor. Kalau menginginkan yang lebih personal, penulis dapat membuat blog pribadi yang telah tersedia secara gratis oleh rumah-rumah blog seperti Multiply atau Blogspot.

Konvergensi dari komputer, telekomunikasi dan media masa membawa perubahan dengan hadirnya hadirnya berbagai media, gaya hidup baru, tantangan berkarir, perubahan regulasi, isu-isu sosial dan kekuatan baru yang dinamis dalam masyarakat. Konvergensi teknologi itu juga membawa perubahan dalam pengertian proses komunikasi yang terkait dengan trend media saat ini. Dengan munculnya jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan lain sebagainya, proses komunikasi tidak lagi hanya diprakarsai oleh sumber atau media tapi oleh penerima komunikasi yang berinteraksi sesamanya.

Hal lain yang tidak bisa diabaikan adalah segi politik, secara garis besar, trend perubahan teknologi, ekonomi dan politik, berimplikasi terhadap trend perkembangan industri majalah, buku dan suratkabar dalam hal produksi, distribusi. Beberapa tahun terakhir produksi buku di Indonesia meningkat dari berbagai genre, begitu beragam. Penerbitan dan distribusi juga semakin mudah. Begitupun dengan perkembangan majalah. Segmentasi beragam mengikut usia, hobi,- hadirnya web ‘zines’, genre: investigasi, digest, majalah berita dan majalah bergambar. Sedangkan untuk suratkabar, saat ini produksi bisa dilakukan dengan komputerisasi dan cetak jarak jauh, juga diramaikan dengan hadirnya edisi internet untuk suratkabar, lebih personal.

Selain itu, seperti dijelaskan Jacob Utama (2001), pers dalam suatu negara akan selalu dipengaruhi oleh pikiran dasar dan orientasi pokok yang sedang berlaku dalam masyarakatnya. Pers Indonesia juga terbawa oleh orientasi pembangunan. Pers tidak hanya melaporkan pembangunan, namun juga diharapkan pendapat dan sumbangan pemikirannya tentang model pembangunan.
Media internet dapat menggabungkan kelebihan media cetak dalam hal ketahanan informasi dan media elektronik yang cepat dalam menyampaikan isi berita. Mengikuti tantangan zaman itulah, kemudian hadir pula versi online beberapa suratkabar seperti Bisnis Indonesia, Kompas, Media Indonesia, Republika, Seputar Indonesia, dan Sinar Harapan. Sedangkan untuk majalah online telah hadir Femina, Gatra, Gamma, Cosmopolitan, Tempo dan lain-lain.
Kelompok-kelompok penulis yang kemudian bermunculan menjadi penghubung antara penulis senior dengan penulis-penulis baru. Forum Lingkar Pena adalah salah satunya. Penulis muda, bahkan penulis anak-anak pun banyak meramaikan toko buku dengan buku-buku mereka, misalnya novel teenlit dan buku dari kelompok kecil-kecil punya karya.

Lomba-lomba menulis essay dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta juga merupakan ajang penggodokan kemampuan menulis calon pemimpin. Dalam kegiatan tersebut, luasnya wawasan dan pola pikir diuji. Selain lomba, tentu saja calon pemimpin dapat menulis secara mandiri, melalui blog pribadi, situs media maupun media cetak. Berbagai sarana dan media menulis tersebut di atas selayaknya dapat dimanfaatkan oleh mereka yang ingin menjadi pemimpin bangsa ini untuk menuangkan pemikirannya, menanamkan pola-pola pembangunan sedari awal, memperkenalkan konsep kebangsaan dari berbagai aspek kehidupan dan dari unsur sekecil-kecilnya. Persiapan menjadi pemimpin bangsa tidaklah singkat dan mudah. Banyak para calon pemimpin yang muncul mendadak menjelang pemilu, sementara rakyat tidak terlalu mengenal sosoknya.

Melalui tulisan, seharusnya calon pemimpin tersebut dapat memperkenalkan dirinya, visi dan misinya kelak. Melalui tulisan juga pemimpin dapat menjalin hubungan yang lebih akrab dengan rakyat.
Sudahkah calon-calon pemimpin kita menulis, dalam bentuk buku, artikel, kolom atau setidaknya dalam blog pribadi yang dapat dibaca oleh masyarakat? Atau, kita berharap dari blogger-blogger muda, novelis, kolumnis dan penulis lainnya yang sekarang ini bermunculan, ada seorang pemimpin berkualitas di masa depan? Semoga. 

****

Tulisan ini menjadi pemenang harapan 2 lomba menulis tentang "kepemimpinan" yang diselenggarakan Menteri Pemuda dan Olahraga bersama Lingkar Pena.

http://forumlingkarpena.net/2010/10/pengumuman-pemenang-lomba-menulis-esai-kepemimpinan-pemuda-dan-penghargaan-penulis-artikel-kepemudaan-kerja-sama-kementerian-pemuda-olahraga-ri-dengan-flp-tahun-2010/

Daftar Pustaka

http://esqmagazine.com/pendidikan/2010/07/08/rendah-minat-baca-anak-indonesia.html
http://guskar.com/2010/02/07/buku-buku-gus-dur/ www.hsutadi.blogspot.com http://htanzil.multiply.com/journal/item/28/Soeharto_Dalam_Dunia_Buku http://id.wikipedia.org/wiki/Bacharuddin_Jusuf_Habibie#Karya_Habibie http://indonesiabuku.com/?p=6439 www.kiki.dagdigdug.com/2009/05/08/miskinnya-budaya-intelektual-mahasiswa/ http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/04/10/105170/19/Budaya-Menulis-Mencegah-Penjiplakan http://wijayalabs.blogdetik.com/2009/02/01/kepemimpinan-sby/ http://yayasanbungkarno.or.id Utama, Jacob. (2001) “Pers Indonesia Berkomunikasi dalam Masyarakat yang Tidak Tulus”. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Komentar

  1. SeLamat ya Mba Arin tuLisan nya menang Esay Menpora..!! Keren.Com (^_^)

    BalasHapus
  2. Ternyata sesederhana itu hehehee...tahun depan ikutan lagi yaa

    BalasHapus

Posting Komentar