Langsung ke konten utama

ONE STOP SERVICE POS INDONESIA



(Radar Bogor, 12 Nov 2011)

Oleh : Murtiyarini

Sejak berdirinya, Pos Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan status mulai dari Jawatan PTT (Post, Telegraph dan Telephone), kemudian menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel), pada tahun 1965 berganti menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro), dan pada tahun 1978 berubah menjadi Perum Pos dan Giro maka pada Juni 1995 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).

Dalam usianya lebih dari 2,5 abad, tepatnya 265 tahun pada 26 Agustus 2011, PT.Pos Indonesia (Persero) dihadapkan pada berbagai tantangan perubahan paradigma komunikasi dan pengiriman. Dua dekade terakhir, internet dan seluler telah mengguncang dunia telekomunikasi dan tentu saja sangat berpengaruh pada Pos Indonesia dengan model komunikasi surat menyurat.

Untuk surat atau berkas penting yang harus dikirimkan dalam bentuk fisik, terdapat banyak jasa pengiriman yang menjanjikan ketepatan waktu, jangkauan dan keamanan barang kiriman, menjadi pesaing Pos Indonesia. Orang tidak lagi menaruh kepercayaan pada bus surat yang terdapat di tepi jalan. Kantor pos dulu juga hanya terdapat di kecamatan-kecamatan, sementara jasa kurir lain telah membuka banyak agen dan cabang, bahkan dalam satu kompleks perumahan bisa terdapat lebih dari satu agen. Satu lagi tantangan Pos Indonesia, jasa pengiriman uang wesel pos yang dulu masih sangat sederhana, membuat orang beralih ke jasa transfer bank yang juga telah memperbanyak cabang hingga daerah.

Lantas bagaimana strategi PT. Pos Indonesia menghadapi tantangan tersebut diatas? Dalam program penyehatan, secara umum Pos Indonesia melakukan langkah strategis yaitu fokus pada 3 core bisnis (bisnis mail, bisnis logistik dan bisnis jasa keuangan), penguatan kemampuan infrastruktur dan IT sehingga mampu menciptakan sistem jaringan operasi yang akurat, cepat dan efisien, perbaikan kualitas sumber daya manusia, serta perbaikan sistem keuangan dan manajemen risiko.
Pos Indonesia kini memanfaatkan insfrastruktur jejaring yang dimilikinya yang mencapai sekitar 24 ribu titik layanan yang menjangkau 100 persen kota/kabupaten, hampir 100 persen kecamatan dan 42 persen kelurahan/desa, dan 940 lokasi transmigrasi terpencil di Indonesia. Seiring dengan perkembangan informasi, komunikasi dan teknologi, Pos Indonesia merupakan BUMN dengan jejaring terluas di Indonesia memiliki 3.792 Kantor Pos dan 1.811 Mobil Pos yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Saat ini terdapat 4.006 Kantor Pos dan Mobil Pos yang sudah dilengkapi dengan teknologi secara on-line.

Meskipun masih banyak menggunakan gedung warisan Belanda, kantor pos besar di kota-kota telah melakukan modernisasi loket dengan pengadaan sarana dan peralatan penunjang komputer, jaringan internet, timbangan elektronik untuk paket pos, timbangan surat, mesin cap dan mesin hitung uang Begitu juga dengan kantor-kantor pos di tingkat kecamatan. Modernisasi loket ini bertujuan untuk mening¬katkan mutu dan efisiensi pelayanan serta memperluas kesempatan untuk melakukan diversifikasi jenis pelayanan.

Armada mobil keliling yang dilengkapi dengan sistem teknologi telekomunikasi yang baik telah memudahkan masyarakat dalam melakukan berbagai pembayaran hanya dari satu lokasi. Peningkatan pelayanan Pos Indonesia, didukung dengan tarif yang termurah diantara jasa pengiriman lainnya, serta jangkauan yang luas ke pelosok negeri menjadikan Pos Indonesia sebagai ‘idola’ masyarakat. Metode ‘jemput bola’ mobil keliling PT Pos Indonesia berhasil meningkatkan kembali jumlah pelanggan. Melalui mobil Pos ini masyarakat dapat melakukan berbagai pembayaran tagihan seperti listrik, telepon, air, pajak, kredit sepeda motor, kredit rumah (BTN), TV kabel, pembelian tiket kereta api, benda pos, pengiriman wesel melalui Western Union dan transaksi lainnya sesuai kebijakan PT Pos Indonesia di cabang masing-masing.

Gencarnya pengembangan salah satu core bisnis jasa keuangan juga semakin memposisikan Pos Indonesia sebagai agen sistem pembayaran nasional yang terunggul dibanding agen-agen lainnya dikarenakan jaminan Pos Indonesia dalam penyiapan/ ketersediaan dana di seluruh Kantor Pos. Sebagai contoh sejak tahun 2001, Pos Indonesia dan Western Union telah berhasil melayani pengiriman uang senilai US$ 3,26 milyar baik secara internasional dari dan ke Indonesia, maupun transfer domestik dalam negeri. Jenis layanan bisnis jasa keuangan pos adalah remittance, pospay, bankchanneling, fund distribution (sektor penyaluran dana pemerintah dan BUMN). Pos Indonesia juga telah dipercaya sebagai tempat pembayaran pajak, terlihat dari persentase tertinggi nilai pajak yang dibayarkan melalui Pos Indonesia yaitu mencapai 70 persen.

Di usia lebih dari dua setengah abad, Pos Indonesia telah mendapatkan citra sebagai “one stop service” yang mampu melayani masyarakat hingga ke pelosok daerah di Indonesia.

Komentar