Langsung ke konten utama

MEMILIH TEMA : MENULIS BERDASAR IDE DI KEPALA (Diskusi 2 Maret 2012)


Semangat Ibu-ibu ! Karena ini hari jumat ^^

Memilih tema memang gampang-gampang susah. Kadang-kadang tema yang kita kuasai tidak terlalu popular dan tidak cocok dengan berbagai media yang beredar di sekitar kita. Atau tema cocok, kita kuasai bahannya, tapi kok tidak dimuat-muat, jadi minder dan merasa nggak berisi. Jangan pernah berpikir begitu. Yakin deh, setiap kita punya keahlian masing-masing, yang orang lain belum tentu punya.

Sebenarnya saya jarang menulis, blogging, atau bikin note. Jumlah media cetak yang saya jajaki juga masih sangat terbatas. Hanya saja , kelihatannya saya cukup oke dalam menentukan kemana tulisan saya harus dikirim, pada saat yang tepat. Jadi tingkat keberhasilannya tinggi. (Tolong jangan dicontoh ketidakproduktifan saya.)

Coba ibu-ibu lakukan pemetaan ini, apakah ibu-ibu menulis BERDASAR IDE DI KEPALA, ATAU BERDASAR TEMA YANG DIMINTA MEDIA/LOMBA ?

Keduanya bisa dipelajari dan dikuasai dengan baik. Hari ini, mari kita diskusikan hasil pemetaan yang pertama dulu ya, yaitu menulis berdasar ide di kepala.
(Menulis berdasar tren media dibahas minggu depan yaaa, Insya Alloh)

Apapun ide anda, tulislah ! Setelah sebuah artikel selesai anda buat sesuai ide yang anda miliki, giliran memilih media mana yang akan disasar.

Pertama tentukan media dengan misi yang sesuai dengan tulisan kita. Ini tentu saja setelah anda menjelajahi karakter berbagai media baru bisa menentukan.

Kedua, setelah menemukan media dengan tema besarnya sesuai, periksa lagi artikel anda, sudahkah gaya bahasa dan model artikelnya cocok untuk media tersebut. Jika belum cocok, lakukan sedikit perubahan dengan tidak merubah ide artikel. Perubahan ini bisa saja hanya sebatas bahasa, tapi bisa juga melebar, mengarah pada perubahan batas usia pembaca. Silakan dilakukan perubahan seperlunya.

Ada banyak media dengan berbagai karakter. Jelajahi, pahami karakternya dan tentukan pilihan sesuai artikel yang anda tulis. *saya suka nongkrong di kios koran di kampus, beramah-tamah dengan pemiliknya agar bisa intip-intip media disitu. Sesekali beli juga, malu dong numpang baca doang, hihihi…

Ini contoh ide yang terstimulasi setelah saya gabung di IIDN : )
http://asacinta.blogspot.com/2011/04/mama-mama-penulis.html .
Asa & Cintaku: MAMA - MAMA PENULIS

Dheavannea Dhea dan 25 orang lainnya menyukai ini.



Ety Abdul : gampang2 susah Mba Arin- Murtiyarini...sy mau nulis ke media lokal aja bingung mo nulis apa, sy perhatikan kolom opini tdk setiap hari ada ..kalo pas ada pas ada moment peringatan apa gitu. ide ada beberapa tp maju mundur mau nulis

Arin- Murtiyarini : Itu level berikutnya mba Ety Abdul, sekarang tulis aja yang mba pengen tulis, baru cari media yg cocok. Koran nggak harus opini yang muluk-muluk kan ? interestnya nulis apa mba ? mba Ety Abdul , tema apa yang biasa mba tulis dan merasa nggak cucok untuk koran ?

Ety Abdul
interesnya ya yg deket sm ibu seperti soal anak,sekolah, perempuan
kmrn mo nulis soal kekerasan yg dilakukan anak2..tp di koran itu lg rame soal transportasi, sementara kalo nulis soal itu saya dak paham

Arin- Murtiyarini
itu tema-tema tak lekang waktu mba Ety Abdul , tulislah.. tinggal dipoles, kalo untuk koran curhatnya jangan kentara ya , hehehe. Nggak harus ngikuti headline mba Ety Abdul , selalu ada pojok koran yang bisa diisi dengan tema apa saja. Koran kan dinamis, ngikuti arus masyarakat, bukan sebaliknya.

Ety Abdul
oh gitu ya mba Arin- Murtiyarini...makasih tipsnya

Arin- Murtiyarini
Ini aku curhat ya, ttg lomba jurnalistik jamsostek yg kemaren kuikuti. Awalnya udah gentar duluan, karena syaratnya mesti masuk media dulu, mana waktu mepet, udah gitu tema jamsostek nggak terlalu paham. Ada tendensi iklan + lomba pula, biasanya media jarang mau. Tapi namanya lomba dengan hadiah yang lumayan kan sayang untuk dilewatkan, so aku bikinlah tulisan ttg jamsostek. Nggak terlalu dalam ulasannya, dan tema nya juga lagi nggak booming. Nekat kukirim ke koran lokal. Dan besok paginya langsung dimuat. Nyesel banget kenapa nggak dari dulu-dulu nyoba kirim ke koran.
ini ada mba Lentera Dian Winanda , yg pernah kerja di koran,mungkin bisa bantu kasih tips

Lentera Dian Winanda
ralat mbak bukan koran, tp media onlinenya. hehehehe... klo ikut lomba nulis gtu emang agak berat, yg pasti harus mengerti benar temanya. Biar nanti tulisannya juga sistematik. Saya juga lagi belajar byk nih mbak. mohon bagi2 tips yang lain

Arin- Murtiyarini
oke, kalau media online biasanya redaksi pilih berita/opini yg gimana ? bisa dibagi disini linknya, biar ibu-ibu ini menyerbu kesana, hehe,,

Lentera Dian Winanda
biasanya sih untuk tema yang "tak lekang waktu" itu tema tentang feminisme... kekerasan thd perempuan, iklan produk kecantikan yg menyesasatkan.
klo media online sih biasanya tema yg beragam, tapi tetep aja nulisnya di citizen journalism
klo di kompas ada kompasiana, klo di suaramerdeka.com ada suara warga

Arin- Murtiyarini
kalo kompasiana kan nggak dimoderatori, mediaindonesia dimoderatori, gmn dg suaramerdeka ?

Dewi Umi'y Azka Fathi
duh ibu2 hebat semua jadi pengen bisa nulis dan hasil tulisannya dibaca semua orang tapi belum berani... gimana caranya ya ibu2 biar berani nulis...

Lentera Dian Winanda

suaramerdeka ga dimoderatori mbak, cuma biasanya ada pewarta terbaik yg dipilih setiap bulan. trus si pewarta terbaik itu ditampilkan profilnya dan diberi bingkisan

Arin- Murtiyarini
Wah..boleh juga tuh dicoba, ayo..ayo..siapa mau bingkisan :)

Arin- Murtiyarini
Mba Dewi Umi'y Azka Fathi , di IIDN ini juga ada motivator utk penulis (yg jelas bukan aku, hehe), silakan dirunut postingan di bawah biar termotivasi.

Rita Syukri
bisa nulis ke Republika Online kok ibu2..inbox ya caranya..takut dibilang 'iklan' ;)

Lentera Dian Winanda

ayo ibu2... silakan menulis... media mana saja, yang penting belajar terus untuk menulis....

Arin- Murtiyarini

Tuh mba Ety Abdul , banyak lahan untuk menulis..

Ety Abdul
maaf td keputus..iya Mba Arin- Murtiyarini..sy cb ah drpada nyesel..Mba Rita SY mau dong d inbox cara nulis ke republika online

Candra Nila Murti D

lha kayak mbak @Arin ini bener2 langka,..nulis lima kali dimuat enam kali,..nulis duabelas dimuat duapuluh, ibarat saking hebatnya insting dan cara penempatan dimedia dan tentu saja tulisannya pasti oke,..siip mbak, saya banyak belajar dari sliramu, tengkiu banyaaak

Rita Syukri
inbo x ke saya aja langsung mb Ety Abdul :)

Rani Iriani Safari
menyimak dulu...menarik sekali

Arin- Murtiyarini
Kompasiana, walaupun tidak dimoderatori, tapi sudah bisa digunakan untuk ikut lomba-lomba jurnalistik lho, soalnya dianggap besar dan banyak pengunjung.
Pake indera penciuman mba Candra Nila Murti D, hehehe...
Mba Rita SY , kalo yg udah kuposting disini boleh nggak ya utk republika online ? ;)

Candra Nila Murti D
sayangnya aku sering pilek,..jadi penciumanku tak terlalu tajam,..makasih mbak,..

Rani Iriani Safari
Ukhti@Arin- Murtiyarini dari dulu saya kalau menulis berasal dari ide kepala karena melihat realita yang terjadi,contoh dulu ketika lagi rame perempuan siswi sekolah tidak boleh pakai kerudung (waktu itu SMA) saya greget sekali..saya tuangkan ke dalam tulisan. Tapi itu kadang opini yang ditulis ada curhat kekesalan. Nah supaya tidak kebablasan caranya bagaimana??

Rita Syukri
mb Arin- Murtiyarini, inbox aja ya..ntr ada editor dan redakturnya kok buat seleksi , bisa apa nggaknya dimuat :)

Arin- Murtiyarini
Memang seemosi apapun kita menanggapi sesuatu, nulis harus tetep kalem mba Rani Iriani Safari, boleh tajam tapi cerdas dan elegan.
Karena pendapat pembaca tidak selalu sama dengan kita. Menulis dengan emosi justru menjauhkan dukungan pada opini kita

Rita Syukri
setuju mb Arin- Murtiyarini, miris membacanya..belakangan ini banyak yang seenaknya aja mengumbar kata2 kasar dan jauh dari santun dalam membuat tulisan apalagi mengomentarinya :(

Rani Iriani Safari
Yaaacch itu caranya gimana?? di asah terus ya??

Arin- Murtiyarini
Kata siapa ya, sori lupa...katanya menulis dengan hati, jadi harus dimulai dari hatinya dulu mba Rani Iriani Safari , kalo saya menulis dengan tangan mbak, hehe..

Rani Iriani Safari
Hkhkhk....iya,dengan tangan tapi hati berbicara dulu,janjian dengan tangan. Masih ada sedikit sekarang mah mungkin faktor 'u',tapi tetep kl di baca lg kadang malyuuuu sendiri...

Arin- Murtiyarini
Okay, kalopun menulis pas emosi, tulislah.. baca lagi 2 hari kemudian, apakah masih sama? Bisa jadi ide tetap sama, pendapat tidak berubah, hanya pilihan kata jadi lebih halus.
Oya, emosi disini dalam arti emosi negatif ya, kalo untuk fiksi malah dicari tulisan yang mengundang emosi

Lentera Dian Winanda
oh ya kayaknya selain tema dan emosi, diksi jg sangat diperlukan. Mari memperbanyak diksi.

Lies R Wiryosentono
ternyata bermain hati susah juga ya mba Arin- Murtiyarini...berarti sama dgn tergantung mood ga mba?

Rani Iriani Safari
iya karena saya banyak nulisnya fiksi jd kadang masih terbawa. memang kl nulis non fiksi sy endapkan dl bbrp hari lalu dibaca lg. nhn tips2nya mengingatkan..

Arin- Murtiyarini
Mba Lentera Dian Winanda , diksi itu apa mba? gmn contohnya ? kenapa diperbanyak? *percayalah, ini beneran nanya

Lentera Dian Winanda
diksi itu pilihan kata, harus diperbanyak krn kalau kita kaya dg diksi, menulis itu semakin mudah. hehehe saya juga masih hrs memperkaya diri dengan diksi

Arin- Murtiyarini
Mba Lies R Wiryosentono , mungkin karena aku nulis non fiksi, jadi jarang main hati, hehehe.. yang penting, setiap ada ide, aku tulis di blok note, lalu aku buat pemetaan-pemetaan dari ide itu. Isinya sih nyusul kalo sudah mood nulis

Lentera Dian Winanda
kadang kalau kita nulis, udah bikin kerangka dsbnya, eh tiba2 dari satu paragraf ke paragraf lain kita bingung mau nerusinnya gimana, nah klo kita kaya diksi bikin "jembatan" dr satu paragraf ke paragraf lainnya akan semakin lancaaarrr... :)

Rani Iriani Safari

diksi itu pilihan kata yang indah,biasa banyak digunakan dalam puisi

Arin- Murtiyarini

harus indah ya mba Rani Iriani Safari ?

Rani Iriani Safari

tapi kl dlm non fiksi biasanya jarang digunakan karena makna dlm diksi itu kadang menyamarkan arti,contoh sang surya=matahari,gelap gulita alamku=malam

Rani Iriani Safari
itulah ukhti@Arin- Murtiyarini karena saya banyak nulis fiksi terutama puisi jd untuk menulis non fiksi agak susah,hrs diulang-ulang bacanya.hal apalagi selain mengulang baca
pntn ketekan enternya. apakah ada hal lain??oiya cara pemetaan itu bgmn??

Arin- Murtiyarini
pemetaan itu semacam kerangka atau outline. Karena aku bikin artikel, biasanya simpel aja, latar belakang, kasus-kasus, penyelesaian dll

Rani Iriani Safari
mana yg lbh dulu, dalam pemetaan bikin outline dulu atau menulis dulu (corat coret grs bsrnya)??

Arin- Murtiyarini
yang perlu diingat target pembaca, jadi menulis sekaligus membayangkan jadi pembaca, apa yg pembaca perlukan. Misalnya nih, kasus residu pestisida pada sayur, pemetaannya sbb : awal kejadian / penyebab, akibat pada konsumen, tips memilih sayur minim residu pestisida, dan tips mengolah sayur yang mengandung pestisida biar bisa diminimalkan.

Arin- Murtiyarini
Bagaimana memberi solusi pada pembaca, bukan hanya menceritakan kasus, menakut-nakuti tanpa solusi. Jadi dari contoh tema pestisida diatas,walaupun sayuran organik lebih ideal, pembaca tetap boleh mengkonsumsi sayuran biasa, diajari ngolahnya, nggak harus cari yang organik karena kenyataannya di pasar organik masih jarang dan mahal.

Arin- Murtiyarini
outline aku baru kenal di IIDN ini mba Rani Iriani Safari , sepahamku outline utk proposal buku ya? kalo pemetaan yg kumaksud simpel aja seperti kusebut diatas

Rani Iriani Safari
Iya,berarti corat coret garis besarnya kl menurut bahasa saya mah,hehe...

Arin- Murtiyarini

iya kali ya mba Rani Iriani Safari, GBHM, garis besar haluan menulis
Aku sebutnya peta, untuk menunjukkan arah & tujuan
Permisi, mau makan siang dulu, makasih udah mampir di lapak ini :)

Komentar