Langsung ke konten utama

Kesasar Ke Lereng Gunung Lawu

Maksud hati ingin memperpendek rute perjalanan,

ternyata justru membawa kami ke medan yang berat.

Mudik tahun 2009, adalah mudik ke sekian menggunakan mobil. Biasanya suamiku, Mas Ari menyetir sendiri selama perjalanan Bogor (Jawa Barat) hingga Trenggalek (Jawa Timur) selama kurang lebih 24 jam perjalanan. Jarak yang jauh ditambah dengan kemacetan di berbagai titik jalur utama, membuat kami ingin mencoba jalur-jalur alternatif. Modal utamanya adalah : selembar peta mudik!

Enggan mengikuti arus balik kebanyakan orang, kami mencoba mencari jalur yang lebih singkat. Coba lihat peta di bawah ini, biasanya kami memilih jalur Ponorogo-Madiun-Ngawi-Sragen-Surakarta. Nah, kali itu kami mencoba jalur yang lebih singkat, Ponorogo-Madiun-Magetan-Tawangmangu-Surakarta. 

"Yakin mau coba jalan alternatif, Mas?" tanyaku.
"Nggak 100%, sih. Tapi coba aja yuk, toh kita nggak terburu-buru harus segera sampai Bogor," jawab Mas Ari "Mobil juga sudah dicek kok, perlengkapan juga komplit."


Sepanjang Trenggalek, Ponorogo hingga Magetan kami disuguhi pemandangan menyejukkan mata. Padi yang baru ditanam tampak menghijau, berlatar belakang gunung-gunung dan langit jernih. Inilah wisata perjalanan yang kami sukai, melihat ketenangan.

Meninggalkan wilayah Magetan, kami memasuki jalan yang sepi dan sedikit menanjak. Perasaanku mulai was-was, namun terlanjur jauh untuk kembali. Di sisi lain, pemandangan yang disuguhkan alam kian cantik. Perkebunan hortikultura di kanan dan kiri jalan. Perkebunan kol, brokoli, wortel, kembang kol dan sawi menandakan daerah ini adalah dataran tinggi. Kami matikan AC dan membuka jendela mobil lebar-lebar, angin dingin berhembus ke dalam mobil. Segar.



Pemandangan antara Trenggalek-Ponorogo
Mobil terus melaju di jalan yang menanjak. Mas Ari mulai menurunkan persneling mobil. Jalan semakin menanjak dan menanjak. Sebelah kiri terlihat lereng dengan kebun sayur mayur, di sebelah kanan ada dinding gunung. Tak lama terlihat danau di bawah lereng. Danau dikelilingi rumah-rumah makan dan penginapan. Dari kejauhan tampak tulisan "Telaga Sarangan" dan barulah kami menyadari bahwa kami melewati tempat wisata yang terkenal di tepian Magetan.

Perjalanan berlanjut, tak lama kemudian kami tiba di jalan yang semakin lebar, jalur 2 arah dan melandai. Tampaknya ini adalah daerah wisata yang pada hari-hari lain ramai dikunjungi orang. Dugaan saya tidak salah, kami tiba di tempat wisata Cemoro Sewu. Dinamakan Cemoro Sewu artinya Cemara Seribu, karena disekitar tempat ini ditumbuhi pohon-pohon Cemara. Bisa dibilang hutan Cemara yang telah mengalami modifikasi fungsi untuk wisata. 

Mobil berhenti di pinggir jalan. Sebelah kiri tampak sedikit kebun sayur mayur, berlatar pohon cemara dan pegunungan. Entah gunung apa. Dan saat kami menengok ke sebelah kanan, berdua kami sama-sama terkaget-kaget membaca tulisan "Jalur pendakian puncak Lawu, Cemoro Sewu". Astaga, kami ada di lereng Gunung Lawu. Mendadak hati saya tergetar memandang dinding gunung yang tinggi menjulang. Inilah gunung Lawu, gunung yang melegenda itu. Dan kami ada di lerengnya, mendaki dengan mobil tanpa persiapan khusus, terutama persiapan mental.





Kami baru menyadari bahwa kami lalai membaca peta. Kami melupakan tanda adanya pegunungan di rute yang kami pilih.

Sejenak kami beristirahat. Terutama mengistirahatkan mobil yang mesinnya baru bekerja keras untuk menanjak. 
"Seberapa jauh lagi kita menanjak ? " tanyaku.
"Entahlah, semoga nggak jauh lagi." Mas Ari pun tidak yakin. "Kapok aku lewat jalan alternatif. Kapok memercayai peta begitu saja," lanjutnya.
"Ya, lain kali mesti cari info dulu. Kurasa orang-orang punya alasan memilih jalur yang jauh, ternyata karena jalur yang dekat ini mendaki gunung," kataku. Kuambil termos vacuum flask berisi air panas dari rumah ibuku. Masih cukup panas untuk menyeduh teh. Lumayan untuk menenangkan diri. Walaupun panik nyatanya kami masih sempat berfoto-foto di lereng Gunung Lawu.


Menikmati teh hangat di Cemoro Sewu, lereng Gunung Lawu
Tak lupa pose di Cemoro Sewu
Mas Ari dan Cinta, pose juga. 

Hari semakin siang, panas tak terasa karena suhu pegunungan yang dingin. Kami melanjutkan perjalanan. Medan yang kami lalui kian berat. Jalan beraspal itu kian menanjak curam. Mobil berjalan pelan. Saya komat-kamit berdoa semoga mesin mampu mendaki. Sementara kami tidak tahu seberapa jauh harus mendaki.

Di kanan kiri terdapat pepohonan. Sekilas saya melihat Polisi Brimob berjaga-jaga di pinggiran hutan. Untuk apa? Apakah daerah sini tidak aman? Ataukah mereka disiapkan untuk menolong mobil yang tidak kuat menanjak? Oh, tidak, semoga tidak keduanya.

Untungnya tak lama kemudian jalanan mulai menurun. Tapi ini justru harus diwaspadai, turunan sama tajamnya dengan tanjakan. Suami terus menerus menginjak rem. Sementara jalan berkelok dan disekitarnya adalah lereng dan jurang.

Jalan turun ini mengarah pada perumahan vila-vila di Tawangmangu. Ya, akhirnya kami tahu juga kawasan wisata Tawangmangu. Indah dan sejuk. Andaikan kami bisa datang lain waktu dengan persiapan yang lebih baik.

Selepas Tawangmangu jalan mendatar menuju Surakarta. Lega tak terkira kami bisa melalui dataran tinggi Gunung Lawu.

Sempat saya berseloroh "Bagaimana kalau mobil kita aus bannya, atau nggak kuat menanjak?"
"Ya, apa boleh buat, terpaksa ganti ban atau diderek dilereng gunung, hahaha" Mas Ari sudah bisa tertawa.
"Emang bawa peralatan?" Tanyaku.
"Iyalah, mana berani bepergian tanpa peralatan. Untung, ada dongkrak yang beberapa minggu lalu kubeli. Ada juga tali derek. Mobil juga sudah kuisi oli baru sebelum berangkat," jelas Mas Ari melegakanku
"Dan untung aku membawa vacuum flask, penting banget untuk menyeduh teh agar tenang, juga susu anak-anak," sahutku.
"Dasar orang Jawa, apapun yang terjadi tetap untung," kata suamiku.
Hahahaha...(pas di atas gunung tadi mana bisa tertawa)

Our travelling gone wrong, but no problem, we're backed up by ACE hardware.

Setiap bepergian kami selalu mempersiapkan segala sesuatunya lebih matang, antara lain: 
  • Pastikan kita tahu tempat yang akan dikunjungi, jarak tempuh, dan apa yang akan ditemui disana.
  • Jika hendak menginap, pesan hotel jauh hari sebelumnya. 
  • Bawa perlengkapan anak-anak. Karena membawa anak membutuhkan perlengkapan ekstra seperti makan-minum dan perlengkapannya, bantal, dan selimut. 
  • Pastikan kondisi mobil prima, cek mesin sebelum berangkat, cukupi bahan bakar dan sediakan perlengkapan darurat dalam mobil. 
  • Bawa P3K, payung, lampu darurat. 
  • Untuk kenyamanan lengkapi mobil dengan tempat sampah, bahan penyerap bau, dan pengharum mobil. Situasi kadang membuat tegang, dan wewangian di mobil bisa menenangkan. 
  • Pilih bawaan yang benar-benar dibutuhkan. Tidak perlu semua benda dibawa. Simpan dalam koper atau kontainer yang rapi agar tidak memenuhi mobil. 

Untuk aneka kebutuhan travelling bisa didapatkan di one stop shop : ACE hardware Dari perlengkapan makan, tas, koper, peralatan mobil, bantal, hingga kursi bayi, semua ada di ACE hardware Komplit, nggak perlu pindah-pindah toko. Kami biasanya ke ACE hardware yang ada di Jl. Pajajaran Bogor.

Serius kapok dengan pengalaman tadi? 
Enggak kok, asal dipersiapkan dengan matang travelling akan lebih aman dan menyenangkan. Urusan travelling beres!


Toko ACE Hardware di Jl. Pajajaran Bogor
Mencari cairan pembersih wiper, oli dan cairan radiator.
Lihat-lihat dongkrak

Tulisan ini diikutkan dalam "When Travelling Gone Wrong" Writing Competition yang diselenggarakan oleh ACE hardware dan menjadi juara 1.
Hadiah berupa Voucher senilai Rp. 1 juta dan produk

Komentar

  1. Waaaah... nyasar yang seru. Fotonya kompleeeeet. Sukses, Mak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, sudah berlalu baru bisa cerita, pas kejadian keluar keringat dingin.
      Mana postinganmu mak Nia? Ntar aku mampir

      Hapus
  2. Waaahhh kesasar tapi keren ketika dituangkan lewat tulisan... Baca tulisanmu jadi kayak ikut serta dalam perjalananmu... Hehehe... Keren abis... Salut buat km Rin... Salam ya buat mas Ari... Salam dari Manado... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Piet, ternyata gunung Jaaz gak seseram gunung Lawu hehehe..
      Salam kembali untuk Manado, kapan-kapan mau deh nyasar ke Manado

      Hapus
  3. Waaaah fotonya komplit, mbaaa... sayang, dulu aku ke Ace gak pake foto-foto :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mampir aja lagi mbak, ini kebetulan kemaren ada yg dicari jadi foto2

      Hapus
  4. Uhui, tulisan bu guru emang yahud.....niaaat banget ngontes deh...

    BalasHapus
  5. kerennn..bener2 dipersiapkan. mlipir dulu ahh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semua tersedia begitu saja mba Sri..ayuk ikutan

      Hapus
  6. Ini sih nyasar asyik namannya, Mak. Nambah pengalaman pula, aku juga mau ni nyasar kayak begini. ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yg paling aku takutkan mobil gak kuat nanjak mak wie, gak mungkin kan aku dan anak2 ndorong

      Hapus
  7. Nyasar yang seru tuh mak, mau deh nyasar kaya gini juga :)

    BalasHapus
  8. Aduh mak kok serem amat. Aku suka outdoor begini sih. Tapi anak2ku salah didik, ngikut bapaknya, gak suka outdoor, banyak ngeluh wkwkkwkkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwk...kalau kami semua gak suka outdoor Mak, setidaknya sampai saat ini, anak2 masih kecil dan rempong. Ini juga gak sengaja

      Hapus
  9. Wah, mbak Arin..selamat ya..udah menangin blog ini... menang terus nih mbak...selamat juga buat Miyako kemarin ya..walau aku gak ikutan dua-duanya,(karena telat infonya, hihih) tapi senang aja kalau ngeliat emak2 KEB bisa jadi jadi pemenangnya, hehehhe....sukses ya mbak.....

    BalasHapus
  10. Terimakasih mba Eka. Aku lupa infonya kemaren dapat dr mana, sering2 aja cek dokumen KEB. Yuk kita ngontes hihihi

    BalasHapus
  11. waaahhh seruuu banget prjalanannnya. selalu ada cerita seru dari tiap perjalanan yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru banget...tapi nggak mau lagi deh yang gak terencana gini

      Hapus

Posting Komentar