Langsung ke konten utama

Menjadi Penulis Betulan, kapan ya?

Walaupun dalam deskripsi blog di atas saya tulis "writer", sebenarnya saya merasa belum menjadi penulis betulan.

Apa sih maksudnya penulis betulan?


Deskripsinya agak susah ya, hingga sekarang saya belum bisa menemukan arti penulis betulan.


Contoh penulis betulan banyak, Dewi Dee Lestari, Andrea Hirata, Sita Karina, Fira Basuki, Alberthine Endah, Clara Ng dan lain-lain, mereka bisa dipastikan penulis betulan.
Eh, penulis best seller tepatnya. Sudah pasti kan, penulis best seller adalah penulis betulan.


Kalau penulis buku fiksi- non fiksi, tapi nggak best seller gimana?  Dalam definisi saya, mereka juga penulis betulan. Mau bukunya hanya bertahan 3 bulan di rak buku depan, mau bukunya dicetak indie, mau bukunya banyak tapi namanya belum dikenal karena tidak pernah best seller, buat saya mereka adalah penulis betulan.  Lebih bagus daripada saya yang masih menjadi writer wannabe. Dengan catatan, kalau acuannya pada buku yang telah ditulis.

Penulis cerpen atau artikel untuk koran dan majalah, sudah tergolong penulis betulan belum ya?


Saya tergolong kategori ini. Tapi karena frekuensinya tidak rutin, jadi saya merasa belum jadi penulis betulan.


Tapi saking inginnya menyandang kata "penulis" sebagai identitas saya, bolehlah kalau disebut penulis lepas atau freelancer. Golongan ini juga mencakup penulis lepas untuk konten web atau resensi.


Penulis cerpen atau artikel lepas (artinya tidak terikat ke satu penerbitan media), banyak yang sangat produktif. Namanya dikenal sebagai penulis di berbagai majalah. Setiap bulan mejeng di beberapa media. Keren banget !!


Lantas, redaktur media apakah juga disebut penulis ? Buat saya mereka juga penulis, yaitu penulis artikel. Atau kalau yang ditulis berita atau liputan, bisa disebut jurnalis. Profesi redaktur atau jurnalis ini sebenarnya cita-cita saya nomor satu. Lebih dari keinginan menulis buku. 

Penulis  blog, kenapa tidak?

Saya sih berharap penulis yang suka menulis di blog juga masuk kategori penulis betulan.  Soalnya tulisannya tidak kalah bagus dengan penulis buku atau penulis media.  Blogger menulis spontan.  Sebagian dari mereka enggan melalui proses seleksi di penerbit atau media, mendingan langsung ditulis di blog dan dibaca banyak orang. Nggak butuh royalti kali ya? hihihi. Padahal kalau dihitung dari jumlah pengunjung blog, nggak sedikit yang tergolong best seller.


Tidak semua blogger penulis, tapi sebagian blogger penulis. Maksudnya, ada sebagian blogger foto, craft atau art.


Nah, saya juga tergolong penulis blog.  Beberapa teman mengatakan, kalau tulisan saya di blog dibukukan, sudah lebih dari satu buku bisa lahirkan.  Tapi saya juga tahu diri, penerbit mana yang mau menerbitkan tulisan campur-campur di blog saya ini?

Dahlan Iskan itu penulis atau menteri?


Salah satu tokoh masyarakat, dan juga pejabat, yang banyak menulis buku adalah Dahlan Iskan.  Beliau tergolong penulis atau menteri ya? Yang pasti buku-bukunya laris manis, dan banyak.


Itu contoh satu orang saja tokoh masyarakat yang menulis.  Kita lihat ada dokter menulis, ahli gizi menulis, peneliti menulis, psikolog menulis, guru menulis, budayawan menulis, dan sebagainya.  Mereka menulis berdasarkan kepakaran.  Dugaan saya, tujuan menulis juga bukan untuk best seller, melainkan untuk menyampaikan materi kepakarannya dalam bentuk buku. Tujuan mulianya agar bisa dibaca dan mendidik banyak orang.


Dalam hal ini, saya suka malu sendiri.  Saya menulis soal parenting, bisa! Walaupun bukan pakar ilmu keluarga. Menulis soal global warming, bisa ! Walaupun bukan saintis. Menulis soal kesehatan, bisa ! Padahal bukan dokter. Boleh ya??? Namanya juga belajar menulis alias writer wannabe. Toh informasi di internet sudah banyak dan mudah diakses.


Dengan alasan itulah saya belum berani membukukan tulisan-tulisan di blog (selain juga belum ada yang mau menerbitkannya).  Karena saya ingin menjadi penulis yang bertanggung jawab, artinya materi yang saya tulis adalah yang benar-benar saya pahami. Bukan sekedar copy paste informasi.




Sampai kapan saya jadi writer wannabe?

Menulis untuk media sudah pernah. Tapi saya masih merasa jadi writer wannabe.  Menulis untuk blog juga sudah pernah, sering malah. Tapi saya masih merasa jadi writer wannabe.  Menulis untuk buku, sudah pernah menulis. Tapi belum terbit, jadi masih writer wannabe juga. 


Beberapa draft buku tersimpan di komputer pribadi.  Kapan mau diterbitkan? Hm, belum tahu.  Menunggu diterima penerbit? Sebenarnya enggak, buat saya cetak indie pun tak masalah. Tapi merasa belum "jadi" saja bukunya. Masih ada kurang ini - itu. Takut mengecewakan.


Dan kalaupun nanti buku saya sudah terbit, belum tentu saya berhenti merasa menjadi writer wannabe.  


Tulisan ini menjadi salah satu dari 17 tulisan yang akan di bukukan oleh mozaic publisher

Komentar

  1. Balasan
    1. aaah...mak Lidya selalu menjadi komentator pertama. Nanti beli bukuku ya mak..

      Hapus
    2. hayukkk diterbitin saja bukunya. atau perlu editor nih? #sodorinlamaran. wkwkwk

      Hapus
    3. jadi alih profesi dari blogger ke editor nih? :D :D

      Hapus
  2. Pengen belajar sama penulis buku ah..... biar ketularan....

    Salam

    BalasHapus
  3. lho bukannya dirimu memang penulis mak? *garuk2 :)

    BalasHapus
  4. Semoga bukunya lekas terbit, Mak.

    Kalau saya malah ndak pernah berpikir jadi "Penulis". Karena buat saya menulis di blog adalah pengingat untuk diri sendiri, syukur2 kalo bermanfaat buat orang lain. *ini edisi egois*. Hehe

    BalasHapus
  5. yaa kalau buat saya blog sama writer sih hampir sama maknanya, sama-sama menuangkan ide dan gagasan lewat tulisan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat...blogger juga writer, asalkan nggak copas

      Hapus
  6. mak Arin sudah layak disebut penulis betulan, karena tulisannya benar2 bermanfaat, menulis dengan hati, dan hasilnya bagus ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, akhirnya dapat pengakuan penulis betulan ^_^

      Hapus
  7. pengagum tulisan dan buah pikiran mak Arin (walopun jarang komen heheheh..)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak harus komen kok mba..intip2 aja juga boleeeeh.... :))

      Hapus
  8. saya juga writer wannabe mbak, hehehe. semoga cepat membuat buku2 best seller selanjutnya ya mbak ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiiin...seneng banget kalau bukunya best seller.

      Hapus
  9. Kalau saya selalu merasa writer wannabe, karena dengan itu kita selalu butuh untuk terus belajar menulis lebih baik lagi, lagi dan lagi :)
    Tak pernah berhenti belajar.
    Mau itu menulis buku atau menulis blog, dirimu sudah menjadi penulis lho. Bukan penulis ecek-ecek :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Idem mak Indah...saya juga merasanya gitu terus..apalagi belum punya buku sendiri. Hehehe

      Hapus
  10. berarti saya penulis betulan mba...dua punya 3 blog :)

    BalasHapus
  11. Segera terbitkan bukumu Jeng
    Selamat ya jadi Srikandi Favorit
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Segera pak de...maturnuwun supportnya. Ennngg..tapi saya srikandi inspiratif pak de, yg favorit Mugniar

      Hapus
    2. hihiiii ikutan ngekek ah baca jawaban terakhir Mak Arin

      Aku juga pengin jadi writer wannabe sekelas Mak Arin nih, karya2nya sungguh menginspirasi.

      Hapus
    3. Emang ada ya kelas writer wannabe? Aku mau dong daftar...

      Hapus
    4. Mesti ngakak lagi nih mak uniek baca jawabanku :p

      Hapus
  12. eya ampuun... mak Arin writer wannabe .. lah kalo aku apa yaa *garuk-garuk paha - wannabe writer's wannabe :p

    BalasHapus

Posting Komentar