Langsung ke konten utama

Peran "Si Merah" dalam Kehamilanku


“Penuhi kebutuhan zat besi semasa kehamilan” bukanlah nasehat klise semata

Ketika hamil kedua (di usia 32 tahun), saya rutin memeriksakan kehamilan setiap bulan ke dr. Inayatullah Rifai, SPOG di RS Azra Bogor. Memasuki usia kehamilan 7 bulan, dokter meminta saya melakukan tes darah, dan diketahui hemoglobin (hb) saya rendah.  Hal ini tidak terjadi pada kehamilan saya yang pertama.  Dokter pun memperingatkan saya dan memberikan berbagai tindakan penanggulangan anemia.  

Transfusi sebelum melahirkan.

Karena tekanan darah saya tinggi, dan mengarah pada pre eklamsia, dokter menyarankan proses induksi melahirkan pada usia kehamilan 37 minggu.  Saya kembali menjalani pemeriksaan darah.  Rupanya Hb saya naik, namun masih di bawah batas normal.  

Proses induksi terpaksa ditunda karena kadar hemoglobin saya rendah. Saya harus menjalani tranfusi darah sebelum proses induksi. Persalinan baru dimulai ketika Hb sudah mencapai 11 gr/dl. Proses pembukaan dan kelahiran terasa lebih lama dan sulit dibandingkan persalinan anak pertama.  Salah satu penyebab lamanya persalinan adalah karena Hb saya rendah.

Kurang darah atau anemia bukan hal baru yang saya dengar.  Pengalaman saya yang cukup melelahkan dan menegangkan menjelang melahirkan telah menyadarkan bahwa “penuhi kebutuhan zat besi semasa kehamilan” bukanlah nasehat klise semata.  Hemoglobin, zat yang terkandung dalam sel darah merah ini menjadi salah satu penentu keberhasilan persalinan.  

Kenapa Hb turun saat hamil ?

Disebutkan dalam banyak literatur, frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi, yaitu 63,5%. Saat hamil, volume plasma darah meningkat hingga 30% - 40%, namun sel darah hanya meningkat 18% sehingga terjadi pengenceran darah dan menyebabkan kadar hemoglobin rendah , yaitu dibawah 11 gr/dl.  Kondisi ini dinamakan anemia kehamilan.

Pada  awal kehamilan, saya sering mengalami mual sehingga pola makan terganggu dan asupan nutrisi kurang, termasuk kurangnya zat besi pembentuk sel darah merah.  Sedangkan pada trimester akhir kehamilan, anemia terjadi karena janin mengambil cadangan zat besi dari ibu dan menimbunnya untuk cadangan selama satu bulan pertama sesudah lahir. Jadi saat saya sudah doyan makan, rupanya kebutuhan janin akan zat besi juga lebih banyak.

Seharusnya, saya perhatikan gejala anemia.

Ada penyesalan karena saya merasa "sok kuat" saat hamil, dan mengabaikan gejala-gejala anemia yang tak selalu tampak jelas.

Hemoglobin diperlukan sepanjang masa kehamilan.  Tugas utamanya adalah sebagai alat angkut oksigen dari paru – paru ke seluruh jaringan tubuh dan janin. Dengan berkurangnya hemoglobin, sirkulasi oksigen dalam tubuh akan menurun, inilah yang menyebabkan pusing, ngantuk dan letih. Ibu hamil perlu waspada jika sering mengalami pucat, lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh dan gangguan dalam proses penyembuhan luka.  

Hm, dulu saya merasa letih, sedikit pusing dan kurang nafsu makan adalah hal-hal biasa dalam kehamilan. Iya benar itu hal biasa, tapi harus diatasi.

Seharusnya, sebelum merencanakan kehamilan, saya melakukan serangkaian tes pra kehamilan, termasuk pemeriksaan kadar hemoglobin. Apabila saat sebelum hamil  hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, dikhawatirkan pada saat hamil kadarnya akan lebih rendah lagi.  Dengan mengetahui gejala lebih awal maka bisa dilakukan upaya peningkatan hemoglobin sejak awal kehamilan.

Untungnya, dokter meminta saya melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin pada pertengahan kehamilan.  Hal ini penting karena kelancaran proses persalinan sangat ditentukan oleh kecukupan hemoglobin dalam darah. 

Anemia menyebabkan proses persalinan lebih lama.

dr. Inayatullah Rifai, SPOG menjelaskan tentang mengapa perlunya saya mencapai kadar hemoglobin normal. 

Anemia yang terus berlanjut dapat mempersulit proses persalinan.  Anemia dapat menghambat metabolisme tubuh dalam merespon hormon-hormon yang berperan dalam proses persalinan. Akibatnya, pembukaan berjalan lambat atau terhambat,  otot rahim lelah berkontraksi, gangguan his, dan tidak adanya kontraksi rahim yang menjadikan proses persalinan berjalan lama. 

Lebih lanjut, anemia dapat menyebabkan terjadinya keguguran, kelahiran prematur, syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca-bersalin, pendarahan pada sang ibu karena rahim sulit mengkerut kembali dan rentan infeksi.  Sedangkan bagi janin, anemia menyebabkan  pertumbuhan janin terganggu, kematian janin, keguguran, cacat bawaan, berat badan lahir rendah (BBLR). 

Bagi ibu yang menderita anemia berat dan akan menjalani persalinan, terutama yang didahului dengan proses induksi,  perlu dilakukan transfusi darah sebelumnya agar respon tubuh baik.  

Seberapa banyak zat besi dibutuhkan?

Ibu hamil membutuhkan tambahan zat besi sebanyak  2-3 mg /hari.  Biasanya dokter akan meresepkan tablet tambah darah pada 90 hari pertama masa kehamilan.  Setiap tablet mengandung 200 mg ferrosulfat,  setara dengan 60 miligram zat besi dan 0.25 mg asam folat. Pemberian zat besi dan asam folat akan lebih efektif dalam pembentukan hemoglobin. 

Saya pun mendapatkan tablet tambah darah tersebut. Adapun merknya bisa berbeda-beda antara resep dokter yang satu dengan lainnya. Tak masalah, itu hanya soal merk. Yang penting kandunganya sama. Vitamin tambah darah ini juga bisa didapatkan di Puskesmas.

Sebagian ibu hamil mengalami efek samping setelah meminum tablet tambah darah, yaitu mual, nyeri lambung, muntah, diare, atau sembelit. Untuk mencegah efek samping tersebut saya mengkonsumsi tablet tambah darah di malam hari setelah makan.

Kebutuhan zat besi juga dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi (Fe) contohnya yaitu, daging tanpa lemak, kacang-kacangan, dan sayuran yang memiliki warna hijau tua seperti bayam, kangkung  dan brokoli. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Sebaliknya, minuman berkafein sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan makanan yang mengandung zat besi karena dapat mengganggu proses penyerapan zat besi.   

Nah, nah...jadi ingat semasa hamil saya suka minum teh, dan kopi. Itulah kenapa minum teh dan kopi dibatasi maksimal 2 cangkir per hari. 

Juni 2010, Asaku Mulia lahir secara normal. Alhamdulillah kami ibu dan anak sehat. Pengalaman kekurangan HB saat hamil hingga proses tranfusi harus dilakukan menjadikan pelajaran berharga yang ingin saya bagi. 
Pasca lahiran saya masih penasaran soal anemia ini.  Dari berbagai sumber yang saya baca di internet, beberapa faktor yang memperberat anemia antara lain:
  1. Semakin muda umur ibu hamil, semakin berisiko untuk terjadinya anemia. Menurut penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ibu remaja memiliki prevalensi anemia kehamilan lebih tinggi dibanding ibu berusia 20 sampai 35 tahun karena remaja membutuhkan zat besi lebih banyak untuk pertumbuhan. 
  2. Keadaan fisiologis ibu hamil, yaitu peningkatan volume plasma yang tidak diikuti peningkatan hemoglobin. 
  3. Keadaan imunologis, misalnya adanya penyakit yang mengganggu jumlah sel darah merah dalam tubuh, yaitu lupus dan talasemia. 
  4. Kebiasaan pola makan, apakah sudah kaya akan zat besi, asam folat dan vitamin B12 .
  5. Sosial ekonomi,  yaitu pendapatan yang rendah berpengaruh pada ketersediaan makanan.  
  6. Ibu dengan riwayat premature, penyakit diabetes, ginjal dan hipertensi sebelumnya lebih berisiko mengalami anemia. 
  7. Ras kulit hitam memiliki 2 kali lipat risiko anemia pada kehamilan dibanding dengan kulit putih. 
  8. Di daerah tropis seperti Indonesia zat besi lebih banyak keluar melalui keringat. 
Sebuah pelajaran berharga dari kehamilan saya yang kedua. Bahwa ibu jangan pernah mengabaikan kebutuhan  tubuh akan "si merah". 


Komentar

  1. Balasan
    1. Iya, nyobain proses IMD walaupun penuh perjuangan :)

      Hapus
  2. duh perjuangan banget ya hamilnya mba Arin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Secara fisik nggak terlalu terasa berat, tapi pas cek darah ternyata gawat

      Hapus
  3. terima kasih ya mbak atas partisipasinya ^^

    BalasHapus
  4. Nambah Ilmu nih mbak. Perjuangan Ibu Hamil memang luar biasa,

    BalasHapus
  5. Menjaga kesehatan ketika hamil memang sebuah keharusan ya mbak.. Terima kasih sharing-nya mbak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus. Tapi perlu disupport. Jangan hanya beban si ibu terus.

      Hapus
  6. waah baru tau mbak Arin sampai kekurangan zat besi saat hamil. Untung mama dan bayinya sehat ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kasus kayak aku gini banyak lho.. kudu waspada

      Hapus
  7. selamat ya mak Arin, barusan OL dan buka netbook ada nama jawara langsung capcus deh :)

    BalasHapus
  8. Waahhh sampai harus transfusi yaa. Smoga ga kejadian lagi ya pada kehamilan berikutnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. ibu2 yg lagi hamil jaga kesehatan yaaa

      Hapus
  9. sharing yang bermanfaat...selamat sudah menang :)

    BalasHapus
  10. Wiiiih, keren bingggooo emang ceritanya mak Arin :))
    Congratsss ya udah JUARA!
    Btw, lebaran mudik ke Trenggalek nggak Mak?
    Aku juga mau ke Trenggalek :) Kalo iya, mungkin kita bisa kopdar di Alun2 :)

    BalasHapus
  11. Satu yang bikin nyesel sampe sekarang; gak punya foto waktu hamil baik anak 1 maupun ke-2, hiks.

    BalasHapus
  12. iya nih aku juga butuh zat besi.. thanks sharingnya mbak.. congrat ya atas kemenangannya :-)

    BalasHapus
  13. Pantesan tulisan ini menang, memang bagus menurutku...didukung dgn data2.. Selamat ya Mba Arin, aku baca pengumumannya tulisan ini juara 1...

    BalasHapus
  14. Selamat ya Mbak jadi pemenang pertama

    BalasHapus
  15. baru paham setelah baca ini. saya kayaknya ber-hb rendah (meski belum cek). melahirkan dua kali kesulitan semua. yang satu terpaksa divakum, yg kedua sudah buka sepuluh ga bisa keluar dan terpaksa dicaesar. barangkali karena hb ini.
    ya, ya. kl mau hamil lagi next time harus waspada. makasih sudah berbagi ya mak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi mbak..coba dicek walau sekarang gak lagi hamil. Jangan sepelekan anemia

      Hapus
  16. ya ampun itu menggemaskan banget yang baru lahir ^_^
    aku juga, di wanti-wanti dokter kandungan soal "Si merah" ini pas hamil dulu :D

    BalasHapus
  17. selamat ya mbak *telat dah* :)
    btw seneng yaaah mudahan ketularan jugaaa *elus2perut* hihihi
    skrg jadi tau kenapa kafein dibatasi sekali ketika hamil.ternyata ini toh jawabannya...trims mbak infonya bermanfaat sekali.

    BalasHapus
  18. Aku lg hamil anak pertama jg ini skrg msuk uk 35 week dan bru ktauan hb rendah 8,8
    Tp kta dokter masi disuruh pengobatan alamiah aja ... minum madu, sari kurma , buah beetroot ama bayem merah
    Ibu arin brp ya kog smpai transfusi ???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hb ku sekitar 8 juga mba. Tapi ceknya sehari pas mau lahiran. Jadi kalau aku pake madu dan sari kurma gak keburu deh kayaknya hehehe

      Hapus
  19. Hb sy jg rendah.. sy minta tranfusi darah kok gk boleh sama dokternya.. katanya beresiko.

    BalasHapus
  20. Mudah mudahan sy jg lancar lairanya..... bs normal kya mbk ini

    BalasHapus

Posting Komentar