Langsung ke konten utama

Internet Aman untuk Perempuan dan Anak [Sebuah Diskusi KPPPA dan Blogger]

Coba search di youtube dengan kata kunci "Predator Online" , "Predator Social Media" maka akan terlihat banyak video bagaimana predator anak beraksi melalui media internet. Syereeem.



PR bagi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) adalah upaya melindungi perempuan dan anak dari dampak dampak negatif internet. Sebagaimana banyak diberitakan bahwa akhir- akhir ini kejahatan terhadap perempuan dan anak melalui media internet meningkat. Penyebab utamanya adalah karena rendahnya pengetahuan dan ketrampilan di bidang TIK.


Pak Indriyatno Bayumurti dari KPPA menunjukkan video dari youtube tentang riset yang menunjukkan betapa mudahnya anak-anak percaya pada kenalan di sosial media dan terperangkap.  Ironinya, para orangtua mereka tidak percaya kalau anaknya melakukan hal itu, orangtua percaya pada sikap manis anak di rumah.

Namun kita juga tidak perlu takut berlebihan. Bagaimanapun perkembangan TIK yang ditandai adanya internet telah membawa kita pada era baru, era digital. Manfaat internet telah kita rasakan sebagai komoditi dan kekuatan bagi yang mengusainya  Internet membuat seseorang mampu mengelola informasi, menangkap peluang, berbisnis, menyelesaikan pekerjaan dan lain sebagainya. Teknologi Informasi telah memberikan manfaat pada berbagai aspek kehidupan.



Kejahatan internet berkembang sesudahnya. Sasaran paling banyak adalah perempuan dan anak, karena mereka adalah golongan yang paling rendah tingkat pemahaman terhadap internet. Kasus-kasus kejahatan baru yang berkembang dan beritanya sampai ke masyarakat tanpa pemahaman yang memadai akan menjadi kepanikan semata. Perlu adanya edukasi agar internet tidak ditakuti.



Dalam upaya meningkatkan pemahaman pada internet aman, KPPPA tengah menyiapkan Pedoman Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Bagi Perempuan. Saat ini masih dalam bentuk draft yang butuh masukan untuk penyempurnaan isinya. Untuk itulah saya dan para blogger diundang dalam diskusi 2 hari di Hotel Salak Bogor, tanggal 7-8 Desember 2015 lalu. Saya dan belasan blogger lain diundang oleh mba Ani Berta, blogger yang sebelumnya telah bekerjasama dengan KPPA.



Acara berlangsung efektif. Kami diminta mencermati draft Pedoman TIK tersebut. Pedoman ini mencakup pengenalan internet, manfaat internet, cara berinternet aman hingga pembuatan blog. Kompetensi yang diharapkan antara lain kompetensi dasar berinternet, kompetensi  TIK dalam rumah tangga, kompetensi TIK dalam ekonomi, dan kompetensi TIK dalam sosial.



Mba Ari dari Kominfo mengemas masukannya dalam presentasi. Beliau menyoroti bahwa sebaiknya yang dikenalkan pada anak adalah memilih web aman terpercaya dan bukan sosial media.


Banyak masukan dari blogger pada draft ini. Selaku pengguna internet dengan intensitas tinggi, blogger sangat tepat untuk dimintai pendapat dan berdiskusi.



Mbak Haya Aliya Zaki mengusulkan perlunya pedoman mengambil data yang bersumber dari tulisan/foto orang lain dengan memperhatikan Hak Kekayaan Intelektual. Tujuannya agar anak-anak tahu bawa copy paste gambar/tulisan tanpa ijin itu tidak diperkenankan.



Mengingat kultur perempuan di Indonesia banyak yang aktif di pengajian / majelis taklim, agar pemahaman internet aman ini disisipkan dalam kegiatan tersebut, dimana pengaruh ustad/ustadzah sangat besar. Ide ini disampaikan oleh mba Nefertite Fatriyanti.



Mba Dessy Yusnita Ristianto pun menceritakan pengamatannya pada anak-anak yang banyak bergadget ria dan kemudian menderita silinder atau rabun mata. Jadi usulnya, perlu ditambahkan pedoman bergadget secara sehat.



Saya tak mau ketinggalan, mengusulkan adanya pendekatan psikologis dalam  cara penyampaian yang bersahabat pada anak sehigga antara orangtua dan anak tidak terjadi "perang" terus soal pelarangan gadget dan internet. Memang sudah ada fitur parental control, tapi petunjuk teknis saja tidak cukup, orangtua perlu belajar cara mendekati anak.



Acara diskusi 2 hari ini berkesan buat saya karena menambah banyak wawasan baru. Semoga pedomannya cepat jadi dan segera bisa diakses semua kalangan.



Internet adalah sahabat kita, asalkan tahu cara aman penggunaannya.




Komentar

  1. usulnya mantap-mantap nih. bener itu soal mengambil data berupa foto, masih abai dan banyak yang belum tahu

    BalasHapus
    Balasan
    1. btw..akupun belum tau cara ceki2 tulisan atau foto kita ada dimana aja.

      Hapus
  2. Siap, mbak, nanti saya sampaikan pada para ustadzah.
    Kalo disekitarku, masalah anak berinternet tidak aman justru kadang dari orangtua yang tidak paham mbak. para ibu2 disini sudah males duluan kalo disuruh belajar. dan malah bangga bila bisa memberi lebih padahal belum waktunya. yang ginian kurasa juga PR bagi siapa saja semua yang lebih ngerti.

    BalasHapus
  3. Oh, bener juga yah, edukasi mengenai internet baik dan sehat jika dipadu-padankan melalui aktivitas keagamaan tentu akan lebih mudah dipahami oleh publik. Semoga saja akan ada dan akan banyak "aktor" di bidang tersebut yang dapat mengedukasi publik agar bisa bersahabat dengan internet. :)

    Salam kenal, Mba Arin. :)
    http://penjajakata.com/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata..pengguna internet belum semuanya paham rambu2 lho

      Hapus
  4. Ini acara yang kemarin itu yah, bagus nih programnya mbak..
    Semoga bisa segera berjalan nih programnya KPPA ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya..ada beberapa tahap diskusi. masih digodok lagi

      Hapus
  5. Iya, ya. Selama ini aku blm pernah dengar ada kajian inet saat pengajian. Pdahal bisa membantu para Ibu2 untuk tahu lebih ttg manfaat inet.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk mulai dari hal hal sederhana aja dulu. Misal tidak infokan alamat rumah atau sekolah

      Hapus
  6. Barusan nonton video-nya Mbak.. Haduh, serem yaa... Pantes dulu bapak saya sering ngikutin saya main & ngikutin temen2 cowok saya yg pulang dari rumah. Dulu ngiranya itu very2 annoying. Tapi, setelah jadi orangtua, baru nyadar bahwa yg dilakukan bapak itu untuk menjaga saya.

    BalasHapus
  7. Banyak bekal yang harus dimiliki para orang tua di era digital ini karena anak-anak sudah melek digital tapi lemah pengetahuan tentang manfaatnya. Salut pada KPPA yang sudah menggandeng para blogger untuk urun rembug. Juga pada Mbak Arin cs yang peduli dengan masa depan anak2 kita di era digital ini.

    BalasHapus

Posting Komentar