Memotret Jejak Langit 2016

Capture the sky, and save your story with it.

Memotret langit adalah hobi sederhana yang saya lakukan hampir setiap hari. Sejenak setelah kaki menapak keluar rumah, langit adalah lukisan alam yang saya perhatikan. "Apa kabar langit hari ini?"

Langit adalah seni mahakarya yang Kuasa. Lukisan langit selalu berubah pada setiap detik berjalan dan pada setiap jengkal tanah yang kita lewati. Memotret langit secara sengaja atau tidak, akan merekam cerita hari itu. Bahkan seringkali, saya baru menyadari sesudahnya. Setelah saya lihat-lihat ulang hasil foto-foto langit. Ada kenangan cerita di balik jejak langit yang saya capture.

Suasana langit bisa mempengaruhi suasana batin saya. Ketika langit mendung, hati perlahan ikut mendung. Kuatir akan banyak hal. Bukan sekedar ingat jemuran di rumah, tetapi juga takut kehujanan dalam perjalanan pulang pergi kantor, takut dokumen basah, takut anak ikut kehujanan dan sakit. Karena itu, memandang langit sebelum keluar rumah dapat membuat saya lebih siap membawa payung atau mantel. Sebaliknya, ketika langit cerah, ringan kaki melangkah. Hati cerah ceria. Konon ini ada hubungannya dengan cahaya matahari. 5 menit terpapar matahari pagi, tubuh mengeluarkan hormon yang mampu memperbaiki mood. Masuk akal juga, sih. Nah, saat cuaca sebenarnya tengah mendung, melihat kembali koleksi foto-foto langit saat cerah dan indah bisa membuat saya bersemangat. 

Look at the sky. We are not alone. The whole universe is friendly to us and conspires only to give the best to those who dream and work.

(A.P.J.Abdul Kalam)

Langit Madiun, saat mudik.

Langit saat pembangunan jalan layang Bogor.

Langit saat saya ke Singapore untuk undangan blogger.

Langit tol Jagorawi di hari biasa

Langit tol Jagorawi saat terkena limpahan asap dari Jambi dan Riau 

Awan putih, perpaduan keanggunan dan keagungan. Pertanda hujan badai sudah dekat di Bogor.

Langit minggu yang cerah, secerah hatiku hari itu

Langit Gunung Salak suatu sore

Kulihat pelangi menyembul sedikit

Langit sore saat dinner dengan keluarga

Jejak langit hari-hari kemaren menjadi pengingat pencapaian saya. Sebentar lagi, tahun baru, adalah momentum melangitkan cita-cita saya tahun depan. Saya ingin merekamnya dalam jejak langit 2016.

Saya memotret langit paling sering dengan kamera smartphone. Tapi tidak selalu capture-caption-upload, saya lebih suka menyimpannya dalam folder untuk dilihat kembali sewaktu-waktu. 

Kendala memotret langit yang saya alami adalah lambatnya start up kamera pada smartphone. Mungkin karena smartphone lama saya sudah terlalu penuh kapasitas memorinya. Mungkin juga karena kurang RAM masih rendah, dan kinerjanya sudah menurun. Maklum, smartphone saya sekarang ini belum ganti sejak 2 tahun lalu. 

Tahu kan apa jadinya kalau kamera terlambat siap? Misalnya saat saya lagi dalam kendaraan, posisi pengambilan gambar keburu berubah. Yang tadinya di jalan yang lapang, langit terlihat jelas, 10 detik kemudian keburu masuk ke perumahan padat langit tertutup tiang listrik. Itu salah satu contoh kendala memotret langit. Contoh lain pas jalan-jalan lalu kebetulan melihat sunset yang cantik. Tahu kan rasanya kalau sampai matahari keburu nyungsep di cakrawala sementara kamera smartphone baru on? Nyesek...deh!

Kendala lain, gagal memotret langit karena memori penuh. Foto-foto sebelumnya lupa belum dipindahkan ke PC. Konyol kan? Atau, saat pelangi muncul, buru-buru mengambil smartphone, eh, ternyata lowbatt. Eaaaa....! Terlewatkan sebuah momen cantik langit berpelangi.

Selamat Tahun Baru 2016.

Saya simpan banyak harapan dan rencana pada jejak langit mendatang. Ijinkan saya bercita-cita setinggi langit, memotret langit Eropa, langit Arab, langit Jepang, langit Australia yang selama ini baru saya lihat dari foto orang lain. Aamiin.