Langsung ke konten utama

Sesibuk Apapun, Rayakan Cinta 15 Menit Setiap Hari


Sesibuk Apapun, Rayakan Cinta 15 Menit Setiap Hari.
Setelah kehadiran 2 anak di keluarga kami, otomatis berkurang intensitas berbicara berdua saja antara saya dengan suami. Nyaris tak ada lagi kencan berdua, digantikan dengan diskusi seru berempat dengan anak-anak. Namun, ada hal-hal yang tidak mungkin dibicarakan di hadapan mereka, seperti masalah keuangan, pekerjaan, sex, pertemanan dan berbagai urusan orang dewasa lainnya. Jadi, kapan dong bisa ngobrol berdua saja dengan suami? 

Kesempatan itu harus diciptakan. 

Pola tidur saya dan suami berbeda semenjak semenjak kehadiran anak-anak. Saya biasa tidur larut malam karena harus menemani anak-anak belajar, bermain, mendongeng hingga akhirnya mereka tidur. Setelah itu saya lanjutkan dengan menyelesaikan berbagai pekerjaan seperti menyiapkan bekal esok pagi, merapikan lemari pakaian, dan menyalurkan hobi sebagai blogger. 

Sebaliknya Suami seringkali tidur lebih sore dan bangun pada malam hari. Sesampainya dari kantor, dia langsung mandi, makan malam, lantas bermain sebentar dengan anak-anak hingga akhirnya tertidur lebih awal daripada kami semua. Pasti Suami kecapekan bekerja seharian mencari nafkah untuk keluarga. Namun Suami kemudian bangun tengah malam untuk menyelesaikan tugas kantor atau sekedar menonton TV. 

Kira-kira tengah malam itulah kesempatan kami untuk ngobrol berdua. Hanya sesaat sebelum saya tidur, dan setelah suami terbangun. 

Kopi yang Menghangatkan Suasana. 

Biasanya saya membuat 2 cangkir kopi panas lalu kami minum bersama cookies manis. Obrolan tengah malam ini tidak lama, sekitar 15-30 menit saja, tapi penting sekali guna menjaga komunikasi saya dan suami. Suasana hening dan aroma kopi yang menenangkan membuat jiwa tenang dan pembicaraan hangat, jauh dari emosi. Saat itulah kesempatan kami saling terbuka dan mengingatkan, serta mencari solusi apabila ada permasalahan. 


Mengenang Awal Mula Jatuh Cinta 

Seiring perjalanan usia, pasangan suami istri tidak segagah dan secantik dulu. Jika hanya mengandalkan fisik sebagai barometer cinta, maka rasa cinta akan cepat menua dan layu. Di usia yang tidak muda lagi, cara kami membangkitkan getar-getar cinta seperti dulu adalah dengan mengenang awal mula kami saling jatuh cinta. Di saat itu hati berbunga bercampur aduk dengan rasa cemas dan cemburu. Saling percaya dan saling setia bukan hal mudah untuk dijaga. Begitupun bagaimana kami akhirnya bisa ke pelaminan dengan perjuangan lahir batin membuat kami merasa sayang dan bersyukur atas pernikahan yang telah terjalani hingga saat ini. Inilah yang kami harus jaga selama mungkin.


Berdiskusi tentang banyak hal. 

Pastinya tidak akan ada habisnya obrolan suami istri yang saling terbuka. Mulai dari soal film Avenger terbaru yang endingnya bikin greget, sampai persoalan politik Korea Selatan dan Korea Utara yang kini berdamai. Sesekali menggunjingkan sikap teman-teman kantor yang , dan rupanya cukup sering kami membahas kemacetan jalan raya. Saya merasa Suamiku adalah sahabat nomor satu, dan saya yakin dia pun beranggapan sama kepada saya. Obrolan kadang berhenti tanpa kesimpulan karena salah satu dari kami sudah tertidur dalam pelukan. 

Ngobrol tengah malam ini telah terjadi selama hampir 13 tahun, sesuai usia anak pertama kami sekarang. Hampir setiap hari ada 15 menit waktu khusus untuk memupuk dan merayakan cinta.

Khusus akhir pekan, saat waktu bersama lebih banyak, kami berempat pergi makan di luar. Tempat makan yang kami pilih adalah yang bisa mengakomodir selera kami berempat, dan tentu saja harganya terjangkau. 

Kami merasa perlu merayakan cinta setiap hari. Bukan hanya untuk kami berdua sebagai pasangan, namun juga untuk menjaga keutuhan keluarga demi anak-anak yang kami cintai.

Komentar

  1. Salam kenal ya, Bu Arin.
    Wah, tulisannya simple tapi dalem banget nih maknanya. Hehe..

    Salam kenal ya bu, mampir ke 'gubug' tulisan saya ya. :)

    BalasHapus

Posting Komentar