Langsung ke konten utama

#BuatKamu Yang Mendukungku Berkarir


2004. Nyaris Resign.

Tahun kedua pernikahan kami. Ada dorongan kuat dalam hati, aku ingin resign dari pekerjaan. Mas Ari, suamiku, bekerja 120 km jauhnya dari rumah kami. Kantornya di Cikampek, dan rumah kami di Bogor.  Senin dini hari berangkat, lalu Jumat sore kembali ke rumah.  Aku tidak tega melihatnya menempuh perjalanan itu seminggu sekali. Seringkali saat rindu melanda, baru tengah pekan dia sudah pulang. 

Mas Ari tidak menyuruhku berhenti bekerja. Tapi Aku cukup tahu diri, satu-satunya cara meringankan beban Mas Ari adalah dengan aku mengundurkan diri dari pekerjaan dan pindah tempat tinggal di Cikampek. 

Setelah kusampaikan keputusan untuk resign pada atasan kantor, kami pun mencari rumah kontrakan di Cikampek.

"Nanti mungkin 2 bulan sekali aku bisa main ke Bogor, mengerjakan pekerjaan freelance atau setidaknya untuk menjaga pikiran tetap fresh," kataku pada Mas Ari. Tidak mudah berpindah domisili dari kota besar kota kecil.

Selang waktu setelah itu, tiba-tiba Mas Ari bilang, "Aku enggak mau ingin memupus cita-citamu, jadi kita tetap tinggal di Bogor dan kamu tetaplah bekerja"

Aku tertegun. Ada apa? Kenapa?

"Aku enggak tega lihat kamu di rumah terus, berdiam diri dan murung karena kehilangan passionmu ingin bekerja. Aku tahu kamu berusaha mengalah untuk suami, tapi aku juga tidak mau egois." Kata Mas Ari.

"Tapi.." kataku terputus.

"Sst..udahlah, aku serius dan ikhlas. Kamu lebih cantik kalau bekerja. Aura semangatnya keluar. Aku suka., " lanjutnya sambil berseloroh.

Dan akhirnya 14 tahun berlalu, hingga kini aku masih berkarir.

Saya pun bertahan.

Mungkin apa yang kurasakan terhadap mas Ari adalah apa yang disebut "belahan jiwa". Lebih dari status sebagai suami, dia juga teman bicara sekaligus supporter terbaik. Dia sangat mengerti aku. Memahami keinginan-keinginanku bahkan saat aku segan mengatakannya


Pengertian Mas Ari sangat melancarkan urusanku sebagai wanita karir. Bentuk dukungan yang diberikan Mas Ari padaku antara lain:

1. Memberi kebebasan yang bertanggung jawab.
Sebagai wanita karir pastinya banyak waktu yang dibutuhkan untuk urusan kantor. Kadang-kadang lembur sore atau akhir pekang, kadang pula ada perjalanan dinas luar kota. 

Aku bersyukur sekali, sementara wanita lain masih takut-takut meminta ijin suami untuk bepergian keluar rumah, Mas Ari justru memberiku kebebasan. Bahkan jika ada pelatihan atau seminar pengembanhan diri, aku bisa mendaftar sebelum meminta ijin. Ya sebenarnya bukan meminta ijin sih , melainkan pemberitahuan. Karena biasanya hampir selalu direstui.

Mas Ari juga selalu merestui kalau ada undangan community gathering, meet up cantik bareng teman-teman, piknik dengan teman kantor  yang ingin aku datangi.

"Yang penting ingat keluarga dan bertanggung jawab", katanya. Dan demi suami tetap memberikan lampu hijau, akupun berusaha mengukur diri agar urusan rumah dan kantor bejalan seimbang. Artinya aku juga tidak pergi-pergi meluli mentang-mentang perijinan lancar.

Kesibukan-kesibukan itu memang membuat pekerjaan rumah tangga tidak bisa kuselesaikan sendiri. Di sini Mas Ari mau berbagi tugas domestik. Malah dia lebih rajin daripada aku. 

2. Melindungi tanpa mengekang.
Jika ada keperluan yang membuat aku harus pergi ke suatu tempat, Mas Ari seringkali menawarkan diri mengantarkan. Padahal saya sebenarnya juga aku sudah tau lokasi yang dituju. Tapi itulah bentuk perlindungan yang ingin diberikannya. Dia tidak melarangku bepergian, tetapi dia ingin memastikan keselamatanku. Di sini aku tidak merasa diawasi atau dikekang, karena aku tau dia sangat tulus dan niatnya memang untuk menjaga istri.

"Biar aku yang momong anak-anak" kata Mas Ari saat aku ada acara pada hari libur.  Dan sering kali sekluarga mengantarkan aku sebelum akhirnya mereka main sendiri hingga waktu menjemput tiba.

3. Teman bicara.
Tidak ada yang dominan dari kami. Kami setara. Ide dan masalah dibahas bersama tanpa saling menggurui. Mungkin karena usia kami sama, angkatan yang sama, sehingga tak ada perasaan satu lebih tua dan lebih pintar dari yang lain.

Bekerja tak pernah bebas dari persoalan. Tak mungkin aku bisa bertahan berkarir selama ini jika bukan karena Mas Ari sangat bisa menjadi pendengar dan penyejuk di setiap keluh kesah yang kusampaikan.  Kadang aku terlalu emosi terhadap suatu hal, dari Mas Ari aku mendapatkan pandangan lain sehingga emosiku redam.

4. Memberi kejutan menyenangkan.
Satu hal yang paling berkesan dan mampu menepis keraguan adalah bahwa Mas Ari bersedia menempuh perjalanan jauh untuk pulang. Tak pantas aku masih meminta pembuktian cinta, karena apa yang dia lakukan untuk keluarga sudah sangat luar biasa.

Mas Ari cukup sering memberiku kejutan sehingga aku sudah bisa menebaknya. Kejutan bukan berupa materi, melainkan berupa kehadiran.

"Aku nginap di Cikampek sampai jumat ya" kata Mas Ari sebelum berangkat kerja senin pagi. Eh, ternyata sore harinya dia menelpon "Aku sudah di parkiran kantormu." What? Antara seneng tapi panik karena aku belum merencanakan memasak apapun untuknya. "Kamu enggak usah masak, kita mampir beli lauk untuk malam," katanya, seakan tau kepanikanku.

Itulah kejutan manis yang sering kuterima. Tiba-tiba datang menjemput ke kantor. Tiba-tiba ada di sisiku saat aku tak berani berharap kehadirannya. Dia selalu hadir.

5. Menjadi family man.
Mendidik anak adalah tanggung jawab suami dan istri. Mas Ari sangat menyadari itu. Sikap dan kedekatannya pada anak-anak membuatku bahagia. Anak-anak menjadikan sang ayah sosok yang penuh canda dan sumber informasi terpercaya tempatnya bertanya. Baik langsung maupun tak langsung, sikapnya sebagai family man sangat mendukung karirku.

Cinta bukanlah tirani.
Cinta itu bukan untuk memiliki.
Cinta itu ingin membahagiakan

Begitulah arti cinta yang bisa kurasakan dari pernikahanku dengan Mas Ari.


Selanjutnya aku bertanya ke diri sendiri, apa yang harus kuberikan untuknya?

#BuatKamu akan kujaga kepercayaanmu.
Kesetiaan adalah hal terbaik yang ingin kuberikan padanya. Dia mempercayaiku, memberiku kebebasan, maka aku harus menjaganya.

Enggak pernah cemburu? Pernah dong. Cinta dan cemburu dua hal yang sulit dipisahkan.  Cemburu di antara kami tersampaikan dengan "elegan" serta masih menjunjung akal sehat. Mempercayai pasangan cukup menjadi peredam api cemburu. Mengingat kebaikan pasangan mampu menjauhkan dari buruk sangka.

Di jaman media sosial sangat berkembang ini, godaan banyak pintunya. Baik dari masa lalu, maupun masa kini. Sehingga aku perlu menjaga jariku agar tidak menyulut terjadinya api cemburu.

#BuatKamu aku selalu memaafkan.
Manusia tempat salah dan lupa, begitupun aku dan mas Ari. Kesalahan kami banyak, lupanya juga banyak.

Bedanya, aku bukan tipe perempuan cerewet pada suami.  Saat aku yang salah, aku meminta maaf dan memperbaiki. Dan saat mas Ari yang salah, aku tidak akan memperpanjang persoalan  dengan terus menceramahi atau mengungkit ungkit kesalahan lainnya. Begitu dia menyadari kesalahan, itu sudah cukup alasan buatku untuk memaafkan dan melupakan. Aku yakin diapun sudah menyesal tanpa harus diceramahi.

Cara termudah untuk memaafkan adalah dengan mengingat kebaikannya. Jangan melupakan kebaikannya yang jauh lebih besar dari kesalahannya.

#BuatKamu aku menguatkan diri.
Aku tidak mau kelihatan manja dan lemah walaupun aku punya suami yang melindungi dan mau membantu. Bekerja membutuhkan energi, pulangnya pasti aku capek, enggan memasak, enggan beberes rumah. Semua itu harus dilawan. Jangan manja Arin, jangan ngelunjak!

Jadi aku berkomitmen, setidaknya dalam seminggu ada 3-4 kali aku memasak makan malam untuk keluarga. Pastinya aku ingin suami dan anak-anak mengenal dan mengenang masakanku. Saat mas Ari harus keluar kota, aku berusaha mandiri menjaga anak-anak dan mengurus rumah.

Dalam hal-hal lain pun aku juga berusaha untuk bisa melakukan sendiri. Setidaknya untuk pekerjaan-pekerjaan domestik yang bisa dilakukan oleh wanita, sebanyak mungkin akan kulakukan. Maaf, aku bukan tipe wanita yang minta dibawain barang belanjaannya oleh pasangan sementara dirinya sendiri melenggang.

Sejak dulu saat anak-anak kecil, aku biasa menggendong si bungsu dan menuntun si kakak sambil tangan lainnya memegang belanjaan. Pastinya situasi itu saat tidak bersama Mas Ari, karena kalau dia ada pasti sudah mengambil alih semua beban berat itu.

#BuatKamu kuingin meringankan bebanmu.

Dalam hal ini aku punya asisten pribadi bernama TCASH untuk membantu urusan pembayaran rumah tangga.

TCASH adalah layanan uang elektronik yang dapat digunakan oleh pelanggan Telkomsel. TCASH membantu proses pembayaran lebih mudah dan cepat. Saya berkenalan dengan TCASH sekitar 2 tahun lalu.

"Dik, tolong bayarkan kartu Halo-ku"
"Bisa bayarkan tagihan PDAM? Jangan sampai telat dan salurna air diputus."
"Tadi Bapak menelpon dari Medan. Bisa dibayarkan BPJS nya? Soalnya belum sempat ke Indomart"


Semua permintaan Mas Ari soal pembayaran itu dengan mudah kulakukan menggunakan bantuan TCASH. Mana sempat mas Ari melakukan transaksi tersebut masing-masing.

"Udah tenang aja Mas, cukup transfer saja uang dalam jumlah total ke saldo TCASH ku nanti biar aku yang mendistribusikannya" kataku.

Kini, ada beberapa transakasi rutin yang kusimpan dalam menu favorit agar tidak perlu mengingat nomor-nomor yang harus dimasukkan. Tinggal klik fitur favorit maka tagihan terbaru akan muncul. Jika belum ada tagihan atau penunggakan, akan ada pemberitahuan.

Penggunaan TCASH yang sering kulakukan untuk membantu Mas Ari antara lain: beli token listrik, bayar PDAM, kirim uang ke mertua, beli pulsa untuk mertua, membayar BPJS, serta membayar tagihan Kartu Halo.


TCASH ini seperti rekening bank virtual. Kita jadi punya rekening dengan nomor sesuai nomor handphone yang didaftarkan. Selanjutnya kita bisa menggunakan untuk berbagai jenis pembayaran.


Cara (pakai, isi, beli, bayar, etc) TCASH sangat mudah dan menolongku dalam pembayaran. Senangnya lagi, biaya administrasi maupun biaya transfer akan dikembalikan lagi ke saldo TCASH kita. Jadi free biaya admin untuk setiap transaksinya.

Selain untuk membayar tagihan, TCASH bisa digunakan sebagai alat pembayaran pada berbagai Merchant TCASH seperti restoran, minimart, SPBU, dll. Caranya kita tinggal scan barcode TCASH di kasir untuk pembayaran dan akan diambil dari saldo TCASH kita.

Iya sih aku yang bayar-bayar melalui TCASH, tapi sumber dananya tetap dari suami. Hehehe.

Terimakasih suamiku yang telah mendukung karirku. Aku tahu betapa banyak pengorbanan yang kamu lakukan. Semoga kita selalu kompak ya. Seperti saat menikmati lezatnya Coconut Ice Cream ini.


Komentar

Posting Komentar