Ke Bangkok belum sempurna kalau belum ke Chatuchak Weekend Market. Konon begitu kata orang-orang. Jadi kami tempatkan destinasi ini diurutan pertama.
11 November 2018. Setelah cukup istirahat semalam, hari kedua tiba di Negeri Gajah Putih ini, kami naik taxi ke Chatuchak. Kami memilih taxi biar cepat, praktis dan toh kami berempat kalau dihitung-hitung naik umum, jatuhnya hampir sama dengan naik taxi. Lagi pula, kami menginap di kawasan kota tua yang jauh dari MRT. Adanya kendaraan umum bis dan tuktuk.
Usai sarapan di hotel, kami berangkaaaat. Berbekal sederet list oleh-oleh dan titipan-titipan. Ransel pun isinya tas belanja, karena pulangnya mungkin akan beranak pinak tasnya. Hehehe.
Enggak heran, di pasar ini banyak terlihat orang-orang berbelanja membawa koper. Karena memang niat mau memborong barang-barang.
Karena tahu bahwa pasar ini sangat besar, terdiri atas 15000 pelapak, yang terbagi atas beberapa blok, maka saya sudah menjelajahi google map dan internet untuk mencari tahu di blok mana barang-barang incaran akan ditemukan. Seolah siap, ternyata begitu nyebur ke dalam pasar...byuuur... OMG langsung oleng. Banyak banget kiosnya. Bagus-bagus semua barangnya. Bikin lapar mata. Dan lapar beneran karena gempor.
Sudah, yang penting minum es kelapa batok dulu. Sama sih rasanya dengan kelapa Indonesia. Bedanya, di sini kelapanya ramping dan ukuran kecil, pas untuk satu orang. Harganya 20 THB alias Rp. 10.000, hampir sama dengan harga di Indonesia.
Selain kelapa batok, saya merasa wajib beli es krim kelapa (coconut ice cream) yang legendaris. Berdasar referensi orang-orang, yang enak yang di dekat pintu masuk. Dan beneran, enak banget. Rasa kelapanya gurih dan creamy. Topingnya bisa dipilih sendiri, ditata sendiri, trus jangan lupa, tentu saja difoto. hehe.
Godaan berikutnya datang dari buah potong, aneka jus dan mini squid. Saya beli satu persatu. Untungnya perut cukup bisa melar sehingga masih sanggup berjalan menyusuri pasar sambil terus ngemil. Untuk jus jeruk harganya sekitar 20 THB (Rp. 10.000) dan untuk buah potong 60THB (Rp.30.000) per kantong. Isinya aneka buah bangkok. Ya iya, wong ditanam di Bangkok.
Kakak Cinta pun tak tahan saat melewati pedagang mini Squid. Gurita-gurita mini itu tampak mengemaskan. Aroma gurihnya setelah dibakar menarik siapapun yang melewatinya. Apalagi dicocol bumbu asam-asam pedas. Waah, nikmat banget. Harganya 100THB alias Rp.50.000 per kantong kecil.
![]() |
Yang seger, yang seger. |
Jajanan di sini emang bikin lupa. Tapi jangan sampai lupa dengan list oleh-oleh. Kami pun segera ke kios-kios yang menjual kaos, sabun berbentuk lucu dan baju-baju etnik. Sebagian tak pakai pilah-pilih toko mana yang murah. Toh harganya hampir sama. Dan kami juga tak pandai menawar. Jadi ya beli sesuai label tulisan yang tertera di toko. Kami membeli kaos untuk oleh-oleh keluarga, sabun untuk oleh-oleh teman kantor dan baju untuk diri sendiri.
Saya sempat mengunjungi kios tas Bangkok, tapi tidak jadi beli karena koleksinya sama dengan yang di Asiatique.
Salah satu kios yang kami incar adalah toko baju-baju bohemian, Walk In Closet. Saya tau kios ini Instagram https://www.instagram.com/walk_in_closet_thailand/ . Tak jauh dari gerbang samping Chatuchak, dekat penjual es krim kelapa. (pasti bingung karena rame) hehe. Thanks to gmaps which lead me to this spot easily.
Bisa dibilang, kami hanya sampai pada lapisan terluar dari Chatuchak Weekend Market. Keburu kaki gempor, orang-orang mulai ramai, dan cuaca semakin panas. Akhirnya kami kembali ke hotel dan makan siang room service di hotel.
Tulisan lainnya tentang jalan-jalan kami ke Bangkok bisa dibaca di
Komentar
Posting Komentar