Langsung ke konten utama

Kelimpahan Buah-buahan Nusantara dalam Adaptasi Kebiasaan Baru Saat Pandemi

Siapa sangka, sebuah pandemi terjadi tahun ini. Anak-anak mulai sekolah di rumah pada awal maret 2020, sedangkan saya pun menjalankan WFH (work from home) mulai pertengahan Maret 2020. 

Virus Corona bernama resmi COVID-19 memporak-porandakan dunia dari berbagai aspek, terutama kesehatan, sosial dan ekonomi. Di Indonesia sendiri, sejak pemerintah mengumumkan adanya pasien pertama COVID-19 pada awal Maret 2020, kepanikan sosial terjadi. Masyarakat disadarkan bahwa kehadiran Virus Corona ini benar-benar nyata adanya, dilihat dari kurva jumlah penderita dan jumlah korban yang masih menanjak hingga saat ini. 

Melihat semakin tinggi sebaran virus ini, penguatan daya tahan tubuh adalah upaya sangat penting. Istilahnya, kita harus siap ‘pasang badan’ seandainya (amit-amit) virus ini sampai ke tubuh kita. Sebagaimana diketahui, penyakit bersumber dari virus adalah penyakit yang bisa dilawan oleh daya tahan tubuh. Dengan begitu, kita harus memberi dukungan pada tubuh agar membentuk antibodi yang mengalahkan virus ini dari dalam. Caranya adalah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, cukup vitamin terutama Vitamin C, berolah raga, berjemur dibawah matahari pagi, mengelola stres dan istirahat yang cukup. 

Teorinya, dengan berdiam diri di rumah dan menjalankan protokol kesehatan secara serentak dan kompak, penyebaran virus ini dapat diredam dalam 3-4 minggu. Namun dengan kondisi sosial masyarakat Indonesia yang majemuk, rantai penyebaran masih terus berlanjut. Situasi dilematik pun hadir, memprioritaskan kesehatan dengan pembatasan aktifitas berakibat pada jatuhnya ekonomi masyarakat. Sehingga awal Juni 2020 masyarakat mulai menjalankan era baru new normal, yang kemudian disosialisasikan dengan istilah Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), yaitu beraktifitas normal dengan kebiasaan baru sesuai protokol kesehatan. 

Dalam wawancara pribadi saya dengan Prof Dr Ir Sriati MSi (Program Studi Agribisnis, Universitas Sriwijaya), ada perubahan perilaku mendasar konsumen pasca terjadinya pandemi Covid-19 ini, yaitu (1) kebiasaan tinggal di rumah saja baik dalam bekerja, bermain, sekolah demi menjaga jarak dengan orang selain keluarga, (2) buttom of the pyramid, yaitu pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan biologis fisiologis terlebih dahulu baru kebutuhan lainnya, (3) go virtual, dimana berbagai aktifitas banyak dilaksanakan dengan cara online atau daring dan (4) empathic society yaitu meningkatnya empati terhadap masyarakat dan lingkungannya. 

Lebih spesifik, tulisan ini akan banyak mengulas tentang kebiasaan baru keluarga saya terkait pola konsumsi buah-buahan pada masa pandemi, serta laporan pandangan mata tentang kelimpahan buah-buahan di sekitar Kota Bogor. 

Kebiasaan Baru Konsumsi Buah-buahan Saat Pandemi. 

Sebenarnya sejak lama, mengonsumsi buah-buahan sudah menjadi kebiasaan keluarga saya. Dalam tulisan-tulisan sebelumnya, saya sering meyebutkan bagaimana kami sangat menyukai buah-buahan. Ini tentu saja menjadi salah satu support dalam menghadapi badai pandemi ini. Karena mengonsumsi buah-buahan adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Buah-buahan adalah sumber Vitamin C terbaik. 

Dahulu, minimal saya menyajikan sebuah pisang atau jambu kristal per orang per hari, atau dalam sehari minimal tersaji sepiring buah potong pepaya, buah naga atau melon. Sejak pandemi ini, konsumsi buah-buahan meningkat 2x lipat. Saya menjadikan buah-buahan sebagai menu wajib dalam setiap kali makan. 

Disampaikan oleh Luthfiany Azwawie (Marketing and Communication Manager PT Sewu Segar Nusantara) dalam GGF webinar series 11 Agustus 2020, bahwa perilaku konsumsi buah masyarakat Indonesia masih jauh di bawah anjuran WHO (World Health Organization). Sebanyak 70% masyarakat ekonomi menengah ke bawah membeli buah-buahan di pasar tradisional. Rata-rata membeli buah sebanyak dengan budget Rp.24.000/minggu atau Rp.134.000 per bulan. Sedangkan 30% masyarakat adalah dari golongan ekonomi menengah ke atas. Mereka berbelanja buah di pasar moderen dengan budget rata-rata Rp.150.000/per minggu (terdiri dari 2 jenis buah setiap kali belanja) atau Rp.600.000 per bulan. 

Kebutuhan tubuh akan vitamin C adalah 90 mg per hari, sudah sangat cukup dengan mengonsumsi 1 buah pisang atau 1 buah jambu atau sepotong pepaya. Pada masa pandemi ini , kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi buah semakin meningkat. Di saat perekonomian turun, buah tetap menjadi prioritas dalam daftar belanja keluarga. 


Kebiasaan Baru Memilih Buah-buahan.
Satu hal yang saya rindukan adalah membeli buah potong dingin atau rujak buah di pedagang kaki lima. Akan tetapi saat pandemi ini, saya tidak berani lagi melakukannya , walaupun masih banyak pedagang rujak dan buah berjualan. 

Memang belum ada pembuktian bahwa Virus Corona bersifat food borne (menular melalui makanan), namun dalam rangka kehati-hatian, saya memilih untuk membeli buah-buahan berkulit dan mengupasnya sendiri di rumah.

Saya nyaris tidak pernah membeli buah potong lagi. Pernah sekali saya membeli buah di sebuah supermarket, saya membelinya karena sudah sangat ingin. Itupun saya hanya berani membeli setelah melihat bahwa petugas pemotong buah mengenakan masker, face shield dan sarung tangan, serta buah dikemas dengan kemasan tertutup.

Ternyata, kebiasaan dan pemikiran saya ini sejalan dengan pemaparan webinar Luthfiany Azwawie, bahwa dalam masa pandemi ini, masyarakat lebih berhati-hati dalam memilih buah. Sebagian masyarakat beralih belanja buah dari pasar tradisional ke pasar modern dengan alasan ingin mencari buah yang lebih jelas sumbernya. Begitupun dengan buah potong, konsumen benar-benar mencari buah potong yang dipotong dengan melaksanakan protokol kesehatan dan dikemas secara baik.

Ini bukan berarti buah-buahan yang beredar di pasar tradisional berkualitas buruk. Kabar baiknya, para pedagang di pasar tradisional pun telah sadar akan pilihan konsumen akan buah-buahan berkualitas, sehingga mereka juga menjual buah-buahan bermerk yang sudah dikenal baik oleh masyarakat seperti Nanas Honi, Pisang Sunpride, melon, jeruk, manga dan buah-buahan Sunpride lainnya.



Kebiasaan Baru Cara Berbelanja dan Menyimpan Buah.

Anjuran untuk selalu di rumah saja mengubah kebiasaan baru saat berbelanja buah. Saya mengadopsi 3 cara belanja yaitu pertama, belanja buah dua minggu sekali dalam jumlah banyak sekaligus, kedua belanja dengan bantuan ojek online, ketiga adalah belanja dari layanan pesan antar penjualnya.

Ketika harus berbelanja secara langsung, saya biasanya belanja buah di kios buah, pasar tradisional ataupun pasar modern. Sebisa mungkin saya mencari kios yang sepi atau pada jam-jam sepi. Saya telah mempunyai catatan belanja buah apa saja yang ingin dibeli dan langsung ke penjual buah yang dituju. Dengan demikian proses belanja tak lebih dari sepuluh menit. Saya membawa kantong belanja sendiri. Dan setibanya di rumah, buah dicuci dengan sabun food grade khusus untuk mecuci buah sayur lalu menempatkannya dalam wadah baru. Buah-buahan tersebut saya simpan di kulkas, kecuali pisang dan salak yang saya simpan dengan cara menggantungnya agar lebih tahan lama.

Belanja dengan cara pesan antar lebih disukai, baik melalui ojek online atau jasa pesan antar dari penjualnya langsung. Cara belanja seperti ini mengurangi terjadinya kerumunan sehingga mengurangi resiko penularan Virus Corona. Setelah buah diterima, perlakuannya sama, buah harus dicuci dengan sabun food grade khusus untuk mencuci buah dan sayur.

Belanja buah dua minggu sekali ke Supermarket

atau delivery service



Kelimpahan Buah-buahan Nusantara di Masa Pandemi.

Sejauh pandangan saya di Kota dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kelimpahan buah-buahan lokal sangat melegakan. Apalagi sejak awal tahun ini tampaknya matahari banyak bersinar sehingga produksi buah-buahan  sangat melimpah. Hal ini terlihat dari banyaknya pedagang-pedagang buah di pinggir jalan. Di supermarket pun, stock buah-buahan melimpah dan bervariasi.

Untuk mendapatkan buah-buahan berkualitas Sunpride, kita tidak harus ke supermarket, karena di kios-kios buah dan minimart sekitar komplek perumahan pun telah banyak dijual buah-buahan Sunpride. 

Sunpride, merek dagang buah-buahan PT Sewu Segar Nusantara telah didistribusikan kepada konsumen melalui 22.000 outlet retail. PT Sewu Segar Nusantara (SSN), merupakan bagian dari Great Giant Foods yang merupakan organisasi dibawah usaha perkebunan Gunung Sewu Kencana.

Jangan salah sangka, buah-buahan Sunpride bukan buah impor. Sebuah kebanggaan bahwa Indonesia telah bisa memproduksi buah-buahan nusantara dengan kualitas ekspor yang mampu bersaing dengan buah-buahan luar negeri.


Kenapa bisa melimpah? 
Tentu saja, selain proses produksi yang semakin baik dengan menerapkan Good Practice Agricultural, buah-buahan Sunpride ini ditanam di Indonesia diantaranya di  Lampung dan Cirebon dibawah PT Great Giant Foods.

Great Giant Foods (GGF) memiliki kebun buah pisang cavendish terbesar di Indonesia seluas 34.000 hektar sehingga mampu menyuplai kebutuhan buah dalam negeri selama pandemi, bahkan mampu mengirim buah ke lebih dari 65 negara. Selain itu, Great Giant Foods (GGF) juga bermitra dengan para petani lokal dengan memberikan pembimbingan cara pertanian yang baik untuk memproduksi buah-buahan berkualitas.

Pisang Cavendish Sunpride ditanam di kebun milik grup Gunung Sewu Kencana yang berada di Lampung dan Blitar. Kulit Pisang Cavendish Sunpride yang mulus merupakan hasil dari perawatan sejak pembibitan, penanaman, panen, proses pengepakan hingga pengiriman dengan standar tinggi demi menjaga kualitas produk hingga ke tangan konsumen.

Perkebunan Guava Crystal Sunpride adalah perkebunan pertama di Indonesia yang telah bersertifikasi GAP (Good Agricultural Practices) dengan proses audit ketat yang dilakukan setiap tahunnya sehingga buah Guava Crystal Sunpride terjamin kualitas dan keamanannya. Sertifikasi GAP menjamin buah bebas dari residu pestisida, sehingga aman untuk dikonsumsi.

Perkebunan Nanas HONI Sunpride yang ditanam di Lampung Timur.   Bibit nanas yang didatangkan dari Filipina, kemudian dikembangkan oleh bagian R&D kebun untuk menghasilkan nanas yang enak dikonsumsi secara fresh oleh masyarakat Indonesia sejak 2012. Nanas Honi ini selalu berproduksi sepanjang tahun.

Great Giant Foods (GGF) menerapkan model pertanian terpadu dan berkelanjutan. Pertanian pisang, nanas dan singkong menggunakan pupuk organik, yang mana pupuk tersebut diproduksi dengan energi biogas dari peternakan sapi. Selain dikonsumsi segar, sebagian produk buah-buahan dikemas dala kaleng dan sampah buahnya diolah dan digunakan untuk pakan ternak.

Dalam masa pandemi Covid-19 ini, PT Sewu Segar Nusantara juga tidak hanya mendistribusikan buah  Sunpride untuk dijual kepada masyarakat, namun juga untuk didonasikan sebagai bentuk support nutrisi untuk para tenaga medis, polisi dan masyarakat di berbagai daerah. Sampai dengan 20 Maret 2020, total telah didonasikan 71 ton buah segar ke 74 Rumah Sakit dan 58 Institusi di Jakarta, Lampung, Bandung, Semarang dan Bali.  


Jenis-jenis Buah-buahan Nusantara untuk Pemenuhan Gizi Optimal.
Kita harus bersyukur bahwa Indonesia sebagai negeri tropis sangat kaya akan keanekaragaman buah-buahan. Great Giant Foods (GGF) selain memproduksi pisang cavendish seperti yang selama ini dikenal masyarakat, juga telah memproduksi buah-buahan nusantara seperti pisang lokal, nanas, pepaya, jambu kristal, jeruk, salak, melon, dan mangga baik dari perkebunan sendiri maupun bermitra dengan petani.

Berikut ini adalah buah-buahan Nusantara dari Great Giant Foods (GGF):

Pisang Cavendish Sunpride, ini adalah primadona buah yang paling sering dikonsumsi sehari-hari. Selain mengandung vitamin, pisang cavendish juga mengenyangkan sehingga cocok untuk mereka yang ingin diet menjaga berat badan ideal.  Pisang Cavendish ini dapat dibeli di banyak kios buah atau minimart. Tersedia juga versi satuan (single) dan mini cavendish.


Guava Crystal atau yang sering disebut Jambu batu (Psidium guajava) adalah tanaman tropis yang berasal dari Brasil, disebarkan ke Indonesia melalui Thailand. Saat ini telah dibudidayakan di Indonesia. Guava Crystal Sunpride, memiliki kandungan Vitamin C yang tinggi. Rasanya yang manis dan renyah tanpa biji membuat Guava Crystal Sunpride sangat cocok untuk snack sehat.  Selain Guava Crystal, Sunpride juga memproduksi Guava Mutiara. Tersedia juga mini guava untuk yang suka ngemil.


Nanas Honi, adalah nanas super dari Sunpride. Buahnya berkulit tebal dengan mata tipis, warna kulit hijau kekuningan bersisik dengan daging buah berwarna kuning keemasan. Kadar Kalsium Oksalat dalam Nanas HONI rendah sehingga tidak meninggalkan rasa gatal di mulut dan tenggorokan. Kandungan Vitamin C Nanas Honi sangat baik untuk asupan nutrisi saat pandemi. 


Pepaya California Sunpride  memiliki daging merah dan rasa yang manis. Pepaya California banyak dianggap berasal dari Amerika Serikat, padahal pepaya California ini adalah pepaya asli Indonesia yang ditemukan oleh dosen IPB. Nama asli pepaya Calina/ IPB 9 dikembangkan oleh Prof Dr  Sriyani (Almarhumah adalah ahli Pemuliaan Tanaman IPB)


Salacca, adalah salak madu Sunpride yang berasal dari Sleman Yogyakarta, menjadi salah satu varietas salak primadona yang disukai oleh banyak orang. Dengan daging yang tebal dan rasa yang manis, serta tekstur yang lembut dan mudah dikupas menjadi keunggulan Salak Salacca.


Miracle Mango Sunpride ditanam di Lampung Timur menggunakan bibit dari Thailand (Chokanan). Miracle mango merupakan salah satu mangga yang dapat berbuah sepanjang musim. Mangga ini memiliki kulit buah yang berwarna hijau ketika masih muda dan akan berubah jadi kuning jika sudah berumur cukup tua, biji kecil dan memiliki rasa asam segar dan manis.



Jeruk Dekopon Sunpride ditanam di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Jeruk dekopon memiliki bentuk yang unik dan ukuran yang lebih besar dibandingkan jeruk lokal. Ada tonjolan di bagian ujung seperti buah pir. Dekopon memiliki daging buah yang berwarna kuning- orange dengan rasa manis yang ringan dan segar. Jeruk dekopon termasuk ke dalam kategori jeruk kupas sehingga dapat dikonsumsi langsung maupun dijadikan bahan olahan. Jeruk Dekopon dan jeruk lainnya merupakan sumber vitamin C yang baik.

Selain itu ada Jeruk-jeruk Sunpride lainnya yaitu Lemon, Lime, Jeruk Baby Jeruk Manis Mandarin, Jeruk Brastagi dan Jeruk Keprok Batu



Gerakan Masyarakat Sehat Saat Pandemi.
Dr. dr. Hj. Reihana M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung) menyampaikan alam GGF webinar series 11 Agustus 2020, bahwa sebelum pandemi, pola konsumsi masyarakat lebih banyak terdiri atas karbohidrat, lemak dan protein bersumber hewani dan nabati. Sedangkan setelah terjadi pandemi, pola konsumsi masyarakat lebih banyak terdiri dari vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan dan sayuran. Hal ini seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya penguatan daya tahan tubuh.

Pandemi berdampak terhadap gaya hidup, kesehatan dan konsumsi masyarakat. Bagi mereka yang terdampak PHK akan mengalami penurunan daya beli sehingga menurunkan jumlah konsumsi dan berakibat pada pemilihan makanan hanya pada yang disukai saja. Sedangkan mereka yang bekerja atau sekolah dari rumah mengalami peningkatan pembelian makanan siap saji sehingga konsumsi sayuran berkurang dan serta kurang minum air putih.  

Akibat pola konsumsi yang tidak baik ini menyebabkan pemborosan biaya hidup untuk konsumsi kurang bermanfaat, stunting (gagal tumbuh bagi anak-anak), obesitas akibat pemilihan konsumsi tak sehat dan gizi kurang karena menurunnya daya beli.

Karena itu perlu edukasi secara terus menerus agar tumbuh kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi makanan bergizi seimbang.  Gizi yang seimbang sangat penting dalam mempertahankan kesehatan tubuh. Gizi yang tepat dapat mencegah banyak masalah penyakit termasuk obesitas, resiko penyakit menular dan penyakit tidak menular.  Dalam pola konsumsi keluarga, dibutuhkan dukungan orang tua dalam pembiasaan makanan sehat dan olahraga teratur pada anak-anaknya.


Epilog.
Kita tidak tahu kapan pandemi ini berakhir. Sementara masih lama menunggu ditemukan obat dan vaksinnya, sebisa mungkin kita mampu menguatkan diri dan keluarga untuk bertahan melawan Covid-19 ini. Di tengah ketidakdispilan masyarakat, hanya diri dan keluarga yang bisa kita jaga, dimulai dari penguatan daya tahan tubuh dan penegakan protokol kesehatan. Jangan lelah. Jangan menyerah.



Referensi :
  • Materi GGF Webinar Series 11-13 Agustus 2020, bisa dilihat di youtube Great Giant Foods
  • Sunpride.co.id

Komentar

  1. Aku suka pepaya sunpride manis dan segar

    BalasHapus
  2. Konsumsi buah, salah satu ikhtiar menjaga daya tahan tubuh yang kami lakukan. Kami juga pilih Sunpride. Semoga sehat-sehat selalu 🤗

    BalasHapus
  3. Buah lokal mudah di dapat dan murah ya...alhamdulillaha anak2 d rmh suka pisang pepaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. favorit anak-anakku juga tuh mbam. Karena pisang dan pepaya empuk dan manis.

      Hapus
  4. Sejak pandemi covid ini aku juga konsumsi buah-buahan mbak. Anak-anak yang biasanya malas makan buah dipaksa makan buah. Aku dan si ayah yang sudah terbiasa makan buah setiap hari konsumsinya jadi dua kali lipat dibanding sebelum pandemi. Daya tahan tubuh yang baik emang perlu banget di saat pandemi seperti ini. Oya kalau buah pisangnya selalu sunpride.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selain pisang banyak sih jenis buah produk Sunpride, tapi sebagian harus ke swalayan. Yg banyak di pedagang kaki lima pisang, nanas dan melon

      Hapus

Posting Komentar