Langsung ke konten utama

Serunya Belajar dari Rumah Saat Pandemi


Dulu main handphone dibatasi, sekarang boleh seharian.
Dulu malas ke sekolah dimarahi, sekarang malah disuruh sekolah dari rumah.
Ya itulah konsekuensi dari pandemi Covid-19 ini, salah satu dampaknya, bekerja dan sekolah dari rumah.

Per Maret 2020, anak-anak saya sekolah dari rumah. Bagi sebagian anak dan orang, belajar dari rumah itu lebih menyenangkan, karena tidak harus buru-buru mandi pagi dan berangkat ke sekolah. Di sisi yang lain, kendala gadget, kuota internet dan sistem pembelajaran membuat anak dan orangtua pusing tujuh keliling.

Apapun kendalanya, belajar dari rumah sudah diwajibkan. Mau tak mau, kita harus beradaptasi dengan cara baru ini.

Adaptasi Ruang dan Perangkat
Seketika, rumah kami berubah menjadi ruang sekolah dan kantor. Harus ada zona berbeda dan tidak saling ganggu. Saat pagi hari, kami sibuk masing-masing. Sering dalam waktu bersamaan, masing-masing kami melakukan online meeting. Ada yang di kamar, ruang makan, atau ruang tamu.

Masing-masing kami punya belajar dan tempat menyimpan buku /berkas agar tidak bercampur. Saat siang hari kami gunakan meja makan untuk meja belajar tambahan. 

Alhamdulillah, anak-anak kami telah memiliki handphone masing-masing untuk sarana komunikasi dan belajar. Untuk kuota kami berlangganan paket keluarga agar lebih murah. 

Yang membedakan adalah peraturan penggunaan handphone. Kalau dulu handphone untuk bermain game atau nonton youtube, sekarang handphone untuk WA group kelas, meeting online, unduh materi pembelajaran, browsing literature, dan mengirim hasil tugas ke guru kelas.

Bosan di meja, menulis di kasur pun jadi


Adaptasi Kedisplinan 
Walaupun di rumah, anak-anak diwajibkan mengenakan baju seragam sesuai rutinitas di sekolah. Penggunaan baju seragam ini sangat berpengaruh pada semangat belajar. Anak-anak mengenakan seragam selama jam sekolah. Secara random guru akan melakukan video call untuk melihat kedisiplinan anak-anak.

Tidak ada perubahan jadwal jam pelajaran saat belajar dari rumah. Guru memberikan materi berupa rekaman video singkat, voice note, gambar atau file pdf. Anak-anak sangat boleh 

chatting untuk bertanya pada guru apabila ada materi yang kurang dipahami. Tugas-tugas dikumpulkan tepat waktu dalam masa pelajaran berlangsung. Namun begitu, guru tidak memarahi anak yang telat mengumpulkan karena alasan kendala perangkat dan internet. 


Adaptasi Kemandirian
Anak usia pra sekolah dan SD lebih sulit mandiri daripada jenjang SMP atau SMA. Apalagi jika kedua orang tuanya masih harus bekerja di luar rumah. Di sini anak harus dilatih mandiri, membaca materi dan menyelesaikan tugas sendiri. Boleh sesekali bertanya pada orang tua.

Berhubung saya dan suami sama-sama bekerja di rumah, kami masih bisa memantau keberlangsungan belajar anak pada hari itu. Sesekali kami mengingatkan apakah tugas sudah diselesaikan. Anak juga bisa bertanya kepada kami apabila ada tugas yang belum dimengerti. 

Butuh kesabaran ekstra bagi orang tua untuk membagi porsi waktu dan pikiran antara urusan kantor, urusan rumah dan urusan sekolah anak. Bagaimanapun harus dihadapi dengan sabar.

Belajar dari rumah itu seru. Dalam situasi ini kita harus bisa bertahan di rumah agar pandemi segera berlalu. Tapi kita juga tidak boleh kecewa, mengeluh, dan bersedih berlebihan karena hal itu dapat menurunkan imunitas tubuh. Beradaptasi dengan cara yang ceria adalah cara terbaik. Ambil hikmahnya saja, waktu bersama keluarga jadi lebih banyak. Belajar dari rumah tetap bisa menghasilkan anak yang cerdas berkarakter.

***

Referensi :
Webinar Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI : Mengelola Pembelajaran Adaptif, Fleksibel dan Akomodatif 

Komentar

  1. Yups, adaptasi, Alhamdulillah nak wedokku jadi makin mandiri selama belajar daring

    BalasHapus
  2. Wah ceritanya meinspirasi😁😇

    BalasHapus
  3. Apapun keadaanya harus tetap semangat ya nduk.

    BalasHapus
  4. Anakku juga dua duanya menikmati belajar dari rumah. Lebih mandiri secara tugas sih. Mungkin karena udah SMP ya. Jadi ngerjain tugas atau zoom gak perlu ditungguin. Paling nengok aja bentar bentar sambil siapin camilan. Sekarang aku juga jadi punya 4 tempat kerja. Buat anak anak , ayah dan aku. Tempatnya beda beda. Kami di bawah, anak anak diatas . Pas awal awal pernah disatuin. Ruang tamu disulap jadi tempat belajar dan tempat kerja. Tapi nggak efektif karena tiba tiba ayah meeting

    BalasHapus

Posting Komentar