Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2012

Mantap Berbahasa Indonesia (Jawa Pos)

Saya adalah orang suku Jawa dan besar di Jawa Timur. Tapi, bisa dibilang saya lebih leluasa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Maaf, ini adalah pengecualian untuk saya sendiri, seorang Jawa yang hanya bisa menggunakan bahasa Jawa “ngoko (kasar)”. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya terbiasa menggunakan bahasa Jawa “ngoko” untuk berkomunikasi dengan orangtua. Lantas karena kaku berbahasa Jawa “kromo (halus)” maka saya sering menggunakan bahasa Indonesia pada orang-orang yang lebih tua, misalnya kepada guru. Bagaimana dengan bahasa Indonesia anak-anak saya ? Saya beruntung, suami saya berasal dari suku Melayu Sumatera. Dalam percakapan sehari-hari kami menggunakan bahasa Indonesia . Anak-anak kami pun juga otomatis berbahasa Indonesia dari kecil. Namun ada beberapa dialek yang sulit dihilangkan dan masih membawa bahasa kedaerahan masing-masing. Saya biasa menggunakan kata “tak” untuk mengawali kata kerja, misalnya “nanti tak jemput ya (nanti saya jemput ya” atau “sini tak berit

KORAN TIDAK SERAM (Diskusi Ibu ibu Doyan Nulis IIDN)

KORAN TIDAK SERAM (Diskusi 11 Mei 2012) Halo ibu-ibu..maaf terlambat masuk kelas. Saya senang akhir-akhir ini banyak laporan ibu-ibu yang tulisannya dimuat di Koran. Sebelumnya, koran dianggap “seram” , dalam artian isinya berita politik, hukum dan berita-berita berat yang menyajikan data-data rumit. Dan itu membuat ibu-ibu enggan memasukan tulisan ke koran. Disini, saya ingin mengajak ibu-ibu untuk menaklukkan Koran. Mari kita ubah “mind set” kita terhadap Koran. Koran bukan hanya milik politikus, praktisi hukum, dosen, pengusaha atau ilmuwan. Tapi ingat, Koran juga dibaca masyarakat menengah ke bawah, dan mereka yang putus sekolah. Koran sebagai sarana mencerdaskan bangsa, akan berusaha menjangkau pembaca dari kalangan manapun. Untuk menjangkau itu, jelas bahasa dan materi yang disajikan tentu bukan yang rumit dan berat. Catat ya ibu-ibu : “Mutu sebuah tulisan bukan pada rumit dan beratnya materi. Namun pada kecerdasan ide solusi, kejelian mengambil kasus dan penyajian

9 Mama Penulis ( Majalah Parents Guide)

Terkaget-kaget ketika Parentsguide menelponku untuk wawancara beberapa bulan silam. Parentsguide ingin menampilkan profil sembilan mama penulis. Pertanyaan pertama yang langsung tersampaikan kepada mba Damayanti Sofyan (redaktur PG) adalah : "Tau saya darimana mba?" dan jawabnya simpel, "Dari google" Woow..thanks for internet, nggak sia-sia blogging, menayangkan setiap jejak karya menjadi kumpulan portofolio di blog www.asacinta.blogspot.com Bangga tentu saja, nggak nyangka aku jadi satu dari sembilan mama penulis versi majalah PG, bersanding dengan penulis-penulis senior : Asma Nadia (hayo siapa yang nggak kenal?), Vera Jasini (my fb friend, dan ternyata bukunya udah banyak), Rina Susanti (kontributor Ayahbunda, tetanggaku juga, hehe) dan banyak nama yg kukenal fi FB. Kali ini FB membawa manfaat yang semoga berkah. Dan inilah tampilan 9 Mama Penulis itu :

MEDIA ONLINE

MEDIA ONLINE (Diskusi 4 Mei 2012) Akhir-akhir ini saya lebih banyak waktu untuk membaca media online, karena bisa dibaca dari HP sambil kelonan (dengan anak). Di era digital, media online kian populer karena beberapa kelebihannya : 1.Paperless 2.Cepat diakses 3.Ekonomis 4.Banyak menyediakan ruang publik (citizen jurnalism) sehingga lebih bebas bertukar informasi 5. Mudah dibagi di jejaring sosial Media online ada yg membebaskan penggunanya mengunggah tulisan tanpa moderasi, misalnya kompasiana, blogdetik dll, ada juga yg dengan moderasi dan seleksi, misal media indonesia (ruang citizen jurnalism), tribun news dll. Sambil diskusi di sini, sambil ngeklik situs2 media online. Saling berbagi info, media online apa yang paling sering ibu-ibu kunjungi? dan tentunya, pengalaman mengirimkan naskah ke media tersebut.

Hak Keibuan Buruh ( Opini Koran Jakarta)

Isu perburuhan masih hangat karena baru saja diperingati May Day. Untuk itu, dalam rangka mengoptimalkan momentum tersebut, perlu direfleksikan kondisi perempuan buruh, terutama mereka yang telah berumah tangga. Terdapat sejumlah alasan perempuan yang sudah berkeluarga harus atau tetap bekerja, misalnya, tuntutan ekonomi, keinginan untuk tetap berkarya, dan kebutuhan psikologis. Dalam pandangan tertentu, perempuan dianggap hanya baik bekerja dalam rumah. Ketika perempuan harus bekerja di luar rumah, dia dituntut menjaga agar karier dan keluarga tetap baik. Bagi buruh perempuan, persoalan bekerja tidak hanya soal upah, jaminan sosial, kontrak kerja, outsourcing, atau hak-hak reproduksi. Hak-hak terkait peran keibuan bagi buruh perempuan masih jauh dari harapan. Benturan-benturan sering terjadi antara peran keibuan buruh perempuan dan aturan perusahaan. Misalnya, aturan perusahaan yang mewajibkan kerja lembur telah memosisikan buruh perempuan pada agen ekonomi yang harus tunduk pada ba

SULITNYA MEMOTRET ANAK (mommiesdaily.com)

Ini adalah tulisan ketiga yang tayang di www.mommiesdaily.com .