Langsung ke konten utama

#CurhatanRasa : Smart Cooking bersama Koepoe-Koepoe


"12 tahun berkeluarga, saya gagal menyatukan selera. Jadi, biarlah ! "

Sedari gadis, saya tidak memiliki "sense of cooking." Bukan salah ibu saya, beliau sudah menarik-narik saya ke dapur setiap hari, menurunkan banyak resep enak masakan khas keluarga dan mengajarkan teknik memasak yang baik. Tapi bagi saya, memecahkan rumus matematika lebih gampang daripada mengingat bumbu masakan.

Saya beruntung ada pria yang mau menerima saya sebagai istrinya, walaupun dia tahu saya tidak pandai memasak. "Nanti bisa sambil belajar sama ibuku," kata suami (maksudnya ibu mertua.)
Deg! Sama ibu sendiri saja enggan belajar memasak, apalagi sama ibu mertua? 

Tapi demi cinta pada suami, saya mulai aktif di dapur sejak awal pernikahan dan banyak bertanya pada ibu mertua tentang selera suami. Berakar dari dua suku berbeda, dua pulau berbeda, saya dan suami membawa selera makanan yang berbeda pula. Saya dari Jawa Timur, penyuka lauk tempe, kerupuk, gorengan dan sayur bening. Sedangkan suami suka masakan ikan dan daging, dengan jenis masakan rata-rata bersantan dan balado. 

Maka, saya memasak untuk dua selera, satu ala Jawa, satu ala Sumatera. Itupun masih dengan catatan, harus menyerupai masakan ibu (mertua). Maka saya terus trial and eror mencoba berkreasi bumbu masakan ini-itu. Tidak mudah untuk menemukan yang benar-benar pas. Apalagi kalau mood sudah menguap entah kemana.  Perjalanan waktu tak mampu menyatukan selera. 

Setelah kehadiran anak-anak, saya semakin mewajibkan diri memasak. Walaupun tidak jago memasak, tapi saya ingin anak-anak mengenal masakan mamanya.  Sesibuk apapun sebagai ibu bekerja, saya tetap ingin memasak untuk keluarga.  Pagi saya memasak sarapan dengan menu sederhana. Siang anak-anak catering di sekolah. Lalu saya masak lagi untuk makan malam.

Bertambah besar, selera anak-anak pun berkembang. Mulai suka ini, tidak suka itu, sehingga mereka punya permintaan khusus dalam hal makanan. Si kakak tidak suka pedas, tidak mau cabai, tapi masih mau menerima lada. Kalau si Adik tidak mau pedas sama sekali. Sementara saya dan suami rasanya belum makan kalau belum ada masakan pedas. Artinya saya harus memisahkan masakan khusus untuk mereka. Hm, jadi total dalam satu kali makan, ada 4 selera berbeda. Apakah saya mampu? 

Smart Cooking #1 : Gulai dan Kari 
Jadi ibu itu harus pintar ya. Bahkan untuk urusan dapurpun harus smart menyiasatinya. Saya harus melawan rasa tidak suka memasak, harus banyak belajar dan terjun langsung ke dapur, harus bisa menjelajah rasa, harus bisa memahami keinginan anggota keluarga dan harus pintar-pintar mengatur waktu dan tenaga. Tak ada kata lain yang pantas selain : Semangaaaattt !

Jujur, tidak mudah menemukan racikan bumbu yang sesuai dengan selera suami. Masalahnya, kalau saya hanya mengandalkan resep masakan dari internet, rasanya belum tentu enak.  Saya hampir menyerah dan sampai pada kesimpulan bahwa soal rasa itu sifatnya sangat individual. Saya harus rajin menjelajah rasa, sehingga akhirnya menemukan rasa yang paling cocok.

Hal yang paling sering terjadi adalah kesalahan saya memasak gulai dan kari. Niatnya mau memasak gulai, tapi hasilnya kari. Begitu juga sebaliknya. Duh, capek deh! Ada saja bumbu yang kurang. Kadang nggak hanya kurang komposisinya, tapi juga bumbunya lagi habis stocknya di dapur. Rasanya kesal banget kalau kejadian begini, masa' sih gara-gara biji pala habis lalu masakan gulai sepanci dikatakan gagal total? 

Terus, apa lagi tuh yang namanya biji kelabet, salah satu bumbu dalam resep masakan kari buatan ibu mertua. Namanya asing bagi saya, bahkan tidak tahu bentuknya seperti apa. Bertanya-tanya di pasar juga tidak ada yang tahu. 



Saya beruntung menemukan bumbu masakan Koepoe-koepoe. Saya membelinya di supermarket. Variannya cukup lengkap, ada yang bumbu tunggal, ada yang racikan. Saya membeli bumbu Kari dan Bumbu gulai, dua masakan khas Sumatera. Dan ternyata, cocok dengan lidah suami.

Bumbu Gulai Koepoe-koepoe sudah komplit, komposisinya ketumbar, kunyit, cabe jawa, lengkuas, biji pala, dan cengkeh. Cara masaknya gampang banget. Yaitu rebus daging ayam/sapi/kambing hingga empuk, tambahkan 1 liter santan dan 22 gram Bumbu Gulai Koepoe-Koepoe (1 botol), dan lanjutkan memasak hingga santan mengental.


Sedangkan Bumbu Kari terdiri dari biji kelabet, cabe merah, ketumbar, kunyit dan lengkuas.Cara masaknya sama dengan bumbu Gulai. Praktis banget. 

Bayangkan repotnya jika harus meracik sendiri komposisi bumbu-bumbu yang kecil-kecil tersebut. Bumbu Kari dan Gulai Koepoe-koepoe adalah solusi untuk komposisi bumbu yang pas tanpa ribet.

Smart Cooking #2 : Pedas VS Tidak Pedas.

Berawal dari situ saya membeli beberapa bumbu dapur satu komposisi, antara lain lada putih, jahe, lengkuas, kunyit, jinten, dan biji pala. Niatnya adalah agar semakin semangat belajar memasak dan menjelajah rasa. 

Pasca rahasia masakan gulai dan kari terpecahkan, saya menggunakan bumbu Koepoe-koepoe untuk mempermudah saya memasak. Seperti curhatan saya di atas, anak-anak tidak mau pedas, sedangkan saya dan suami suka yang pedas. Jadi saya memasak satu jenis masakan menjadi beberapa tahapan.
Misalnya memasak nasi goreng.  Tahap pertama saya memasak nasi goreng yang tidak pedas. Setelah diambil sebagian untuk si adik,  saya taburkan lada putih untuk bagian si kakak. Setelah itu, terakhir saya tambahkan cabai iris untuk bagian saya dan suami. Praktis kan? Nasi Goreng sekali memasak, tapi hasilnya bisa memenuhi dua selera berbeda.  Saya tertolong dengan adanya bumbu lada putih Koepoe-koepoe. Jadi tidak perlu menghaluskan beberapa butir lada hanya untuk seporsi makanan si kakak. Saya cukup taburkan lada bubuk Koepoe-koepoe dan masakan selesai dalam waktu cepat.

Begitupun dalam memasak sayur sop. Untuk anak-anak saya sisihkan yang tidak pedas. Untuk saya dan suami saya tambahkan bubuk jahe dan lada putih Koepoe-koepoe.

Smart cooking #3 : Berani Jelajah Rasa


Semakin sering memasak, semakin banyak pengalaman saya. Salah bumbu, salah rasa tidak boleh membuat semangat kendor. Saya mencoba memadu-padan bumbu-bumbu Koepoe-koepoe dengan bahan-bahan masakan yang mudah. Misalnya, ikan bakar bumbu Koepoe-koepoe. Caranya, taburkan jahe, lada putih dan garam pada ikan, lalu panggang dengan wajan keramik anti lengket. Sajikan dengan sambal kecap. Menu mudah ini adalah favorit keluarga loh, hehehe. Saya pun suka memasaknya karena mudah.

Ada juga masakan yang saya olah dari bumbu segar buatan saya sendiri, lalu saya campur dengan bumbu bubuk Koepoe-koepoe. Jadi saya juga sedia bumbu Koepoe-koepoe sebagai pelengkap barangkali diperlukan.

Itu namanya smart cooking bersama bumbu masak Koepoe-koepoe. Saya bisa memasak dalam keterbatasan waktu dan tenaga. Saya bisa memenuhi selera masing-masing anggota keluarga dalam beberapa langkah mudah. Dan, kalau memasak itu mudah, mood saya untuk memasak pun membaik. Jadi semakin semangat. Memasak untuk keluarga menjadi momen yang menyenangkan.

Walaupun menunya "hanya" nasi goreng, sop, gulai, kari, tapi saya menikmati "perjuangan" saat membuatnya. Dan ketika suami dan anak-anak tersenyum di suapan pertama, rasanya bangga sekali sudah bisa memasak untuk mereka. "Mereka menyukai masakanku", batin saya senang (bercampur GR).  Bahagia itu sederhana. 

Sesibuk apapun saya bekerja, selalu mengutamakan waktu untuk memasak. Karena memasak adalah ekspresi cinta keluarga. Soal beda selera tidak masalah. Justru kami bisa menjelajah rasa. Dan dengan bantuan bumbu Koepoe-koepoe, saya menemukan cara smart cooking yang memudahkan saya dalam memasak.



Komentar

Posting Komentar