Sebulan pertama, Sang Ibu senang bisa bekerja dari rumah. Kesempatan beberes rumah dan memasak untuk keluarga lebih banyak. Sementara itu Sang Anak senang karena bisa belajar dari rumah sambil ditemani ibu. Terlebih bisa makan masakan ibu setiap hari, pagi siang sore. Sejenak, di rumah saja terasa seperti hari libur yang menyenangkan. Bulan kedua, ketiga... dan sekarang sudah bulan ketujuh. Bosan pun mulai melanda. Situasi pandemi belum mereda. Kita masih harus sekolah dan bekerja dari rumah. Sang Ibu mulai kehabisan ide menu harian, juga ketakutan keluarga sudah mulai bosan akan masakannya. Sementara itu membagi pikiran antara urusan rumah, sekolah anak dan kantor tidak mudah. Membuat kreativitas memasak semakin menguap. Anak pun mulai ogah-ogahan makan. Di sisi lain, menghadapi pandemi ini dibutuhkan daya tahan tubuh yang baik melalui penerapan gizi seimbang dalam keluarga. Apakah anda merasakan problema yang sama? Ya, kita tengah menghadapi tantangan kesehatan global yang mengharu
Jejak Karya Murtiyarini, Mama dari Asa dan Cinta