Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2023

Kids, Mama Kuliah Lagi !

Waktu yang terbaik adalah waktu yang dipilihkan Allah. Jika kita meyakini itu, maka tak perlu ada penyesalan kenapa tidak dari dulu-dulu. Atau kenapa sudah kulakukan lebih awal. Seperti halnya kenapa saya 'baru' mengambil kuliah S2 setelah jeda 22 tahun dari lulus Sarjana. Padahal saat baru lulus dan menyukai dunia parenting, saya waktu itu ingin lanjut S2 Ilmu Keluarga di IPB. Tetapi kesibukan sebagai pengelola keuangan unit, membuat saya mengurungkan cita-cita tersebut. Buat apa kuliah lagi, tenaga kependidikan (bukan Dosen) toh tidak terlalu signifikan kariernya? Apalagi di usia yang tidak muda lagi, melanjutkan studi demi karier seperti mengharapkan sesuatu yang belum tentu tercapai. Karena aturan kepegawaian ASN ada batas waktu tugas belajar dan ijin belajar yang keduanya tidak saya pahami dengan baik. Jadi, apa latar belakang kuliah lagi? Hal utama adalah karena kepindahan home base kerja saya dari Departemen Proteksi Tanaman ke Fakultas Pertanian sebagai akuntan. Ceritan

Mencari Kampus Terbaik

Cerita ini tentang perjuangan mencari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk Cinta, dengan harapan juga bisa menjawab keingintahuan para pejuang PTN yang sudah pernah mencoba, atau masih akan mencoba di tahun mendatang. Apa yang saya tuangkan di sini berdasarkan pengalaman pribadi dari sudut pandang dan intepretasi sendiri atas informasi-informasi terkait penerimaan mahasiswa baru 2023. Jika ada perbedaan pengalaman atau informasi baru silakan tulis di kolom komentar. Saya tidak akan membahas teknis seleksi karena itu berubah setiap tahunnya. Saya akan membahas proses menentukan pilihan. Mulai Cinta masuk ke kelas 10 SMA (tahun 2020), pertanyaan-pertanyaan terkait minat mulai menjadi pembicaraan dalam obrolan-obrolan dalam keluarga.  Kakak Cinta mau kuliah dimana? Jurusan apa? Jawabannya, Pengen ke Universitas Padjajaran atau Universitas Gajah Mada. Alasannya karena ingin keluar dari Kota Bogor, alias pengen nge-kos. Jurusan yang terlontar pertama kali diinginkan adalah Bahasa dan Kebuday

Lulus Seleksi Masuk Universitas Bersama Leptop Lenovo

"Aku gimana? Aku nggak bisa! Usahaku sia-sia." Kalimat itu diucapkan anak saya, Cinta, ketika gagal masuk universitas melalui SNBP ( berbasis prestasi dan nilai rapor).  Laman pengumuman berwarna merah berisi kata-kata hiburan tidak lagi digubrisnya. Saya berusaha memahami situasinya. Dia sedang galau. Dia sudah mendapatkan tiket sebagai siswa eligible jalur rapor, namun tidak membawa hasil menggembirakan. "Tidak ada usaha yang sia-sia. Ilmumu tetap berguna. Perjuanganmu hanya belum menemukan muaranya. Percayalah pada takdir Tuhan." Saya mengatakannya dengan tegas. Bukan tidak kasihan, tetapi semacam cambuk ringan untuk melecut semangatnya lagi. "Sedih boleh, tapi sebentar saja. Masih banyak jalur masuk universitas yang harus kita coba. Jalur nasional berbasis test SNBT-UTBK dan jalur mandiri yang diadakan masing-masing universitas. Kita akan tempuh semua. Mama akan mendampingimu," lanjut saya.  Unleash Limitless Possibilities , Nak. Kesempatan terbuka lu