Waktu yang terbaik adalah waktu yang dipilihkan Allah. Jika kita meyakini itu, maka tak perlu ada penyesalan kenapa tidak dari dulu-dulu. Atau kenapa sudah kulakukan lebih awal.
Seperti halnya kenapa saya 'baru' mengambil kuliah S2 setelah jeda 22 tahun dari lulus Sarjana. Padahal saat baru lulus dan menyukai dunia parenting, saya waktu itu ingin lanjut S2 Ilmu Keluarga di IPB. Tetapi kesibukan sebagai pengelola keuangan unit, membuat saya mengurungkan cita-cita tersebut.
Buat apa kuliah lagi, tenaga kependidikan (bukan Dosen) toh tidak terlalu signifikan kariernya?
Apalagi di usia yang tidak muda lagi, melanjutkan studi demi karier seperti mengharapkan sesuatu yang belum tentu tercapai. Karena aturan kepegawaian ASN ada batas waktu tugas belajar dan ijin belajar yang keduanya tidak saya pahami dengan baik.
Jadi, apa latar belakang kuliah lagi?
Hal utama adalah karena kepindahan home base kerja saya dari Departemen Proteksi Tanaman ke Fakultas Pertanian sebagai akuntan. Ceritanya bisa dibaca di sini: https://asacinta.blogspot.com/2022/01/lulus-dari-departemen-proteksi-tanaman.html . Ambil manajemen keuangan atau akuntansi dong? Bukan. Saya ambil jurusan magister manajemen SDM. Hehehe.
Alasan untuk peningkatan karier adalah alasan ke sekian. Justru saya melihat tantangan sebagai Newbie (anak bawang) di tempat kerja baru, saya perlu mengenali orang-orangnya, mempelajari perilaku berorganisasi, cara berkomunikasi, cara berkoordinasi dll. Menjadi orang baru tidak serta merta mudah. Tantangannya banyak. Karena itu saya ingin mempelajarinya dengan kuliah S2. Dan dengan menyandang mahasiswa S2 ini, saya juga lebih dihargai ketimbang tidak. Bagaimanapun, latar belakang pendidikan menentukan dititik mana kita dipandang.
Alasan kedua, karena dengan perpindahan homebase ini, saya punya lebih banyak waktu luang. Ritme kerja menurun dan stabil. Oleh karena itu, daripada sayang waktu terbuang tanpa hasil, akhirnya saya inisiatif mendaftar S2 di Universitas Terbuka.
Alasan ketiga, saya ingin mencari teman-teman baru yang membawa nuansa positif. Saya jenuh dengan obrolan negatif, nyinyirin pekerjaan orang, berkelompok ekslusif, mengadukan ke pimpinan tanpa melihat diri sendiri, dan banyak lagi yang saya rasakan terlalu sia-sia untuk dipikirkan. Dan benar, setelah mendapatkan teman-teman baru, hidup saya lebih segar. Tidak ada kata-kata yang mengarah pada nyinyirisme wkwkwk. Kami saling support, apalagi harus berjibaku dengan tugas-tugas setiap minggunya.
Kenapa memilih Universitas Terbuka?
Karena saya mencari pembelajaran online. Saya tidak mungkin untuk meninggalkan pekerjaan kantor. Ijin yang saya kantongi hanyalah ijin belajar, bukan tugas belajar. Yang paling realistis menjalaninya adalah kuliah online. Daripada tertunda-tunda lagi kan?
Stigma bahwa UT universitas yang gampang masuk pasti diterima itu tidak selalu benar. Untuk program S2, calon mahasiswa harus melalui skor 500 baik untuk bahasa inggris maupun Test Potensi Akademik. Testnya diselenggarakan di UPBJJ Bogor, kantor UT yang terdekat dari tempat tinggal saya. Nyatanya, dari 30 an calon peserta, ada 2-3 orang yang gagal masuk karena nilai kurang. Calon mahasiswa juga harus berasal dari universitas dengan akreditasi B saat lulus sarjana lho. Tentu ini bentuk kualifikasi yang tidak selalu mudah untuk dipenuhi.
Stigma bahwa UT kuliahnya gampang juga tidak benar. Nyatanya ada banyak mahasiswa yang lulus lama atau putus kuliah dari berbagai strata. Akreditasi UT juga banyak yang A dan B. Bisa dilihat di link berikut :
https://www.ut.ac.id/akreditasi/ . Hal ini menandakan kalau UT bukan universitas kaleng-kaleng.
Bagaimana aktivitas kuliah di UT ?
Seluruh aktivitas kuliah dilakukan secara online. Mahasiswa belajar mandiri. Tidak gampang lho belajar mandiri. Untuk Pascasarjana, jumlah mata kuliah yang diambil sudah fix 4 mata kuliah per semester. Sistem paket ini membuat kami tidak bisa nambah SKS, kecuali ada mata kuliah yang harus diulang karena tidak lulus.
Proses pembelajaran dimulai setiap senin dengan membuka Tutorial online, membaca modul, menjawaba diskusi dan mengerjakan tugas. Batas penyelesaian setiap diskusi dan tugas adalah 2 minggu sejak tanggal rilis. Untuk S2 total ada 12 minggu, dan 3x diantaranya ada Tutorial Web (kuliah online dengan teman sekelas dan dosen mata kuliah). Tutorial web ini wajib diikuti.
Setiap senin pagi, pada sistem Elearning UT akan muncul materi tutorial online (tuton) dan pertanyaan diskusi. Mahasiswa wajib klik "Done" pada daftar hadir maupun unggahan materi untuk mendapatkan poin-poin nilai setiap komponen. Mahasiswa juga wajib menjawab diskusi dengan menyertakan literatur yang relevan. Jawaban diskusi ditunggu hingga 2 minggu. Tapi sebaiknya tidak menunda-nunda tugas, karena pada senin berikutnya sudah akan muncul kuliah kedua, ketiga dan seterusnya.
Geng Selotip.
Walaupun kuliah online, saya punya banyak teman baru. Dan ini memang menjadi salah satu tujuan saya kuliah lagi. Kembali punya teman baru dan merasa muda lagi hehe..
Dalam satu kelas mata kuliah terdiri dari sekitar 20 mahasiswa. Dari situlah saya berkenalan dengan mereka. Beberapa menjadi akrab dan membentuk grup WA. Saya tergabung dalam grup Geng Selotip. Dinamakan selotip karena kalau lagi tutorial web, kami menutup kamera gadget dengan selotip biar bisa kuliah sambil memasak atau berkebun hahah.
Berkat adanya Geng Selotip ini, setidaknya saya tidak stres sendiri. Setiap pagi grupnya rame karena ada tugas baru. Selasa - Jumat sepi... dan baru sabtu minggu rame lagi karena mengejar deadline submit tugas.
Beberapa kali kami mengadakan kopi darat. Niat awalnya mau kerja kelompok, tapi ujung-ujungnya rumpi ngalor ngidul hahaha. Harap maklum, emak-emak semua. Member Geng Selotip ada Saya, Rosiana Fiantini (IRT, pernah kerja di BATAN Bandung), Rini Yusrini (Staf menteri di Kementerian Kesehatan, dari Bogor), Rosmiati (Kepala Sekolah TK di Bogor), Amelia Wijayanti (Bagian SDM di Kementerian Keuangan, dari Tangerang) dan Fitrian Wulandari (Guru SMK di Bandung).
Saya bersyukur sekali mempunyai teman-teman baru yang membawa warna baru dalam hidup.
Komentar
Posting Komentar