Saya seorang wanita bekerja. Ketika hamil, suami memberi dukungan penuh sehingga saya dapat menjalani kehamilan dengan sehat dan gembira. Saya tetap bekerja, bahkan hingga satu hari menjelang kelahiran putri pertama kami :
‘Cinta Ing Larasati’
Pasca melahirkan, saya ditemai Ibu mertua dan dibantu seorang pembantu rumah tangga. Sayangnya Ibu mertua hanya bisa menemani selama satu bulan pertama. Pada bulan berikutnya pembantu juga berhenti bekerja. Tentu saja saya kebingungan, siapa yang akan mengasuh anak saya selama saya bekerja ? Saya sempat berkecil hati, apalagi sebentar lagi masa cuti usai. Untungnya suami selalu memberi dukungan dan mengingatkan bahwa segala sesuatu akan dihadapi bersama.
Dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Saya mendapat informasi ada Tempat Penitipan Anak yang mau menerima bayi. Kebetulan lokasinya dekat dengan kantor saya sehingga memungkinkan saya menemui anak pada jam istirahat. Setelah melihat lokasinya dan berkenalan dengan calon guru pengasuhnya (yang berlatar belakang guru TK) saya merasa yakin dan cocok. Dengan alasan itu, akhirnya Cinta saya titipkan di situ sejak usianya masih 3 bulan.
Ternyata banyak manfaat yang kami dapatkan. Cinta diasuh oleh guru-guru yang saya percaya dapat menjaga dan mendidik Cinta. Sedari kecil Cinta sudah belajar bersosialisi dan bermain dengan teman-temannya, kemampuan komunikasinya pun berkembang dengan baik. Cinta juga belajar tentang tatakrama makan, tidur dan main bersama. Yang penting, saya selalu menjaga komunikasi dengan sang guru tentang perkembangan Cinta dari hari ke hari.
Bagi saya pribadi, membawa anak setiap hari ke tempat penitipan adalah rutinitas yang berat tapi menyenangkan. Pagi hari saya harus memandikan Cinta, memberi sarapan, membawakan pakaian dan membawakan bekal makan siang (ASI dalam botol hingga 6 bulan atau memasak bubur tim). Sore hari saya menjemput Cinta yang sudah dimandikan gurunya. Sesampainya di rumah saya menemani Cinta makan malam dan bermain. Biasanya saya dan suami baru bisa menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang lain setelah Cinta tidur. Semua memang terasa ringan jika dilakukan bersama.
Saya bersyukur Cinta tangguh dan jarang sakit. Saya yakin, dengan memberinya ASI dan nutrisi yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya. Seiring bertambah usianya Cinta semakin memahami dan dapat mengikuti rutinitas ini sehari-hari. Setiap pagi saya katakan pada Cinta ’ Ayo bangun, kita siap-siap berangkat ke sekolah’ dan Cinta menyambutnya gembira, Rutinitas ini menjadikan saya dan Cinta semakin dekat.
‘Cinta Ing Larasati’
Pasca melahirkan, saya ditemai Ibu mertua dan dibantu seorang pembantu rumah tangga. Sayangnya Ibu mertua hanya bisa menemani selama satu bulan pertama. Pada bulan berikutnya pembantu juga berhenti bekerja. Tentu saja saya kebingungan, siapa yang akan mengasuh anak saya selama saya bekerja ? Saya sempat berkecil hati, apalagi sebentar lagi masa cuti usai. Untungnya suami selalu memberi dukungan dan mengingatkan bahwa segala sesuatu akan dihadapi bersama.
Dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Saya mendapat informasi ada Tempat Penitipan Anak yang mau menerima bayi. Kebetulan lokasinya dekat dengan kantor saya sehingga memungkinkan saya menemui anak pada jam istirahat. Setelah melihat lokasinya dan berkenalan dengan calon guru pengasuhnya (yang berlatar belakang guru TK) saya merasa yakin dan cocok. Dengan alasan itu, akhirnya Cinta saya titipkan di situ sejak usianya masih 3 bulan.
Ternyata banyak manfaat yang kami dapatkan. Cinta diasuh oleh guru-guru yang saya percaya dapat menjaga dan mendidik Cinta. Sedari kecil Cinta sudah belajar bersosialisi dan bermain dengan teman-temannya, kemampuan komunikasinya pun berkembang dengan baik. Cinta juga belajar tentang tatakrama makan, tidur dan main bersama. Yang penting, saya selalu menjaga komunikasi dengan sang guru tentang perkembangan Cinta dari hari ke hari.
Bagi saya pribadi, membawa anak setiap hari ke tempat penitipan adalah rutinitas yang berat tapi menyenangkan. Pagi hari saya harus memandikan Cinta, memberi sarapan, membawakan pakaian dan membawakan bekal makan siang (ASI dalam botol hingga 6 bulan atau memasak bubur tim). Sore hari saya menjemput Cinta yang sudah dimandikan gurunya. Sesampainya di rumah saya menemani Cinta makan malam dan bermain. Biasanya saya dan suami baru bisa menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang lain setelah Cinta tidur. Semua memang terasa ringan jika dilakukan bersama.
Saya bersyukur Cinta tangguh dan jarang sakit. Saya yakin, dengan memberinya ASI dan nutrisi yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya. Seiring bertambah usianya Cinta semakin memahami dan dapat mengikuti rutinitas ini sehari-hari. Setiap pagi saya katakan pada Cinta ’ Ayo bangun, kita siap-siap berangkat ke sekolah’ dan Cinta menyambutnya gembira, Rutinitas ini menjadikan saya dan Cinta semakin dekat.
Komentar
Posting Komentar