Berawal dari kekhawatiran saya ketika anak memasuki usia 2 tahun yang katanya masa-masa negativistik & tamper tantrum, maka saya ingin mengendalikan hal ini sedini mungkin, berharap jika masanya terjadi tidak terlalu parah dan merepotkan. Memilih hypnoparenting karena merasa cara ini yang paling mudah untuk diterapkan dan menurut banyak pengalaman juga efektif. Sebenarnya ketika awal melakukannya, saya tidak tahu bahwa metode pengasuhan ini termasuk hypnoparenting. Saya selalu mengucapkan kata-kata positif, bahkan ketika anak saya sedang nakal sekali pun, saya terus menyampaikan harapan-harapan saya, (tapi bukan kata-kata pujian lho) misalnya ketika sedang tidak mau berbagi, saya katakan “Baiklah tidak apa-apa, nanti kalau sudah lebih besar Cinta pasti mau berbagi “. Dan ketika malam saya sesaat setelah dia tidur saya elus rambutnya dan membisikkan “ mama sayang Cinta, Cinta juga sayang mama” atau “ Cinta anak yang baik, mau berbagi, suka menolong” dan sebagainya. Saya justru mengetahui tentang teori hypnoparenting setelah beberapa lama saya terapkan.
Seberapa negatif anaknya? Sebenarnya tidak terlalu negatif, Cinta relatif anak yang manis. Mungkin karena saya terapkan dari dini. Sampai usianya sekarang 4 tahun, Cinta tidak mengalami masa tamper tantrum. Sampai saat ini saya bertanya-tanya dan sesekali was-was, jangan-jangan memang belum. Khawatir suatu saat itu terjadi, maka hingga sekarang sesekali menerapkan hypnoparenting ini.
Hypnoparenting saya gabungkan dengan metode pengasuhan lain. Karena tidak bisa berdiri sendiri. Saya berusaha bersikap demokratis dan banyak berdialog. Saya sering mengajak anak berdialog & melatih penalaran sebab akibat. Saya selalu melibatkan anak dalam menentukan pilihan-pilihan, melatih mandiri, melatih bagaimana memberikan alasan. Tapi ketika anak berpikir terlalu menyimpang saya harus meluruskan, tentu saja harus dengan alasan-alasan. Saat ini Cinta sudah bisa memberikan alasan pada pilihan-pilihannya, dan kadang-kadang meski pun pilihannya salah, tetap saja dia bisa memberikan alasan yang lumayan logis, nah, di sinilah saya harus lebih pintar lagi memberikan alasan lain yang bisa dia terima tentang kenapa dia tidak boleh mengambil pilihan tersebut.
Dengan metode ini Cinta lebih merasa dihargai. Tidak merasa selalu dilarang. Metode ini saya rasa selaras dengan hypnoparenting (bisa berjalan bersama), di mana anak tidak merasa dikekang. Pada akhirnya Cinta bisa menentukan pilihan-pilihannya dengan lebih baik setelah belajar penalaran sebab-akibat.
Pengalaman selama mencoba metode hypnoparenting sebagian besar berhasil. Namun ada juga yang belum berhasil. Diantaranya saat ini Cinta masih sering mengompol. Mungkin secara fisik memang belum mendukung. Kemampuan menahan pipis belum sempurna. Beberapa kali juga saya terlalu awal membisikkan kalimat afirmasi, sehingga Cinta belum tidur benar, ketika mendengar dia malah terbangun. Pernah juga saya salah memilih kalimat, saya pernah sampaikan “Cinta tidak ngompol lagi“ Ternyata mestinya tidak menggunakan kata “Tidak”, jadi kalimat saya ubah menjadi “Cinta kalau mau pipis ke kamar mandi”. Pemilihan kalimat ini kadang sulit, karena juga harus sesuai dengan kalimat yang sering didengarnya ketika dia bangun, yaitu sering menggunakan kata ‘tidak’
Secara umum Hypnoparenting ini sangat membantu untuk mengarahkan anak berperilaku baik. Bisa jadi karena Cinta anaknya juga semakin besar dan mengerti, serta berkarakter kalem sehingga bisa diajak kompromi. Kalau dibandingkan dengan anak lain, Cinta lebih mudah diatur. Selamat mencoba.
Tulisan ini menjadikan saya sebagai narasumber di sebuah artikel Majalah Tumbuh Kembang edisi Juni-Juli 2009. Saya diwawancara oleh redaktur via email dengan cara menjawab beberapa pertanyaan. Jawaban saya rangkum dalam bentuk paragrap di atas.
Komentar
Posting Komentar