Seringkali hati saya miris jika ingin mengajarkan tentang alam pada putri saya Cinta (4 th). Bagaimana tidak, kami tinggal di lingkungan perumahan yang padat, jauh dari alam persawahan atau hutan yang masih hijau. Tapi belajar mengenal alam adalah “wajib”, karena itu akan menjadi cikal bakal kecintaannya pada alam. Di dekat perumahan kami terdapat sebuah sungai kecil yang kondisinya memprihatinkan, jauh dari kata bersih dan indah. Dari sinilah awal Cinta belajar tentang alam. Cinta mengamati ikan-ikan kecil yang hidup di antara sampah yang mengapung. Juga ada kepiting-kepiting yang menepi di batu-batu berlumut hitam. Disebuah cekungan sungai, ada riak air yang disebut Cinta sebagai “Air terjun” padahal air yang mengalir berbuih penuh sabun. Meskipun bukan tempat yang indah, namun justru disini Cinta banyak belajar. Setelah melihat kondisi sungai yang memprihatinkan tersebut, sedikit demi sedikit saya tanamkan pada Cinta bagaimana kita harus menjaga agar sungai tetap bersih. Di lain kesempatan, saya membawa Cinta untuk melihat alam bebas. Ini kami lakukan untuk menunjukkan perbandingan lingkungan tempat tinggal dan alam bebas. Saya bersyukur, di Bogor masih terdapat kawasan persawahan, beberapa situ, Kebun Raya Bogor sebagai hutan kota, Hutan Percobaan CIFOR (Center for International Forest Research), dan kawasan perkebunan teh Puncak. Ke tempat-tempat itulah Cinta melihat bagaimana alam yang masih indah yang harus dijaga. Terlihat Cinta sangat menikmati wisata alam. Cinta senang mengamati laba-laba dan serangga, mendengar bunyi tonggeret bersahutan di antara pohon-pohon tinggi, melihat berbagai jenis tanaman dan pohon (Cinta suka menyentuh daun putri malu), memegang embun yang masih tersisa di daun, menghitung jumlah burung yang terbang melintas, juga menikmati segarnya udara. “Mama, katanya tanaman bisa mengubah udara kotor menjadi bersih, memangnya ada saringan ya di dalam tanaman? “ Kadang-kadang terlontar kalimat lucu dari rasa ingin tahu Cinta.
Suatu hari minggu di hutan CIFOR, Bogor
Belajar mengenal alam juga kami lakukan dengan membaca buku dan melihat siaran TV tentang wisata alam atau film dokumenter. Kebetulan Cinta menyukai acara-acara tersebut. Cinta banyak tahu informasi yang kadang-kadang justru belum saya berikan, misalnya “ Mama, ternyata kepiting itu jalannya miring” atau “Di laut itu juga ada tamannya, kapan-kapan ajak Cinta ke taman laut ya Ma…” Setelah belajar dari alam bebas, Cinta terlihat lebih semangat untuk memelihara tanaman pot di rumah, tidak menyakiti serangga dan binatang, yang membanggakan, Cinta sangat disiplin dalam membuang sampah pada tempatnya. Perlahan saya ajarkan untuk membedakan sampah organik dan non organik. Nampaknya Cinta ingin lingkungan rumahnya juga segar dan bersih. Sekali lagi. meskipun kami tinggal di perumahan yang padat, saya tak boleh lelah mengajarkan tentang alam dan bagaimana menjaganya. Semoga, semangat Cinta untuk menjaga alam tak akan pernah pupus. Karena alam ini adalah sahabatnya, dan akan menjadi sahabat anak-cucunya kelak. Pemenang Lomba Menulis Sahabat NestlĂ© ke 2 "Belajar dari Alam" No 1 , Nama : Murtiyarini Judul Tulisan: Belajar dari Alam, Belajar dari lingkungan AlamatBogor No : 2 Nama : Erlina Judul Tulisan : Green Day Alamat : Bekasi No : 3 Nama : Fransisco L.Manuputty Judul Tulisan : Taman Nirwana Alamat :Bekasi
Komentar
Posting Komentar