Lebaran tahu yang paling komplitul anak dan cucu keluarga besar Mukasir. Di Trenggalek, rumah masa kecil ku, masih ada ibu yang dipanggil Uti Sir oleh cucu-cucunya. Dari 7 bersaudara termasuk aku, 6 diantaranya hadir bersama keluarga. Cukup komplet mengingat saudara-saudaraku tinggal berpencar di beberapa kota di Jawadan Sumatera.
Total ada 25 orang berkumpul di rumah Uti Sir.Berhubung kamar tidur hanya ada 3, mau tidak mau harus menggelar kasur tambahan di ruang keluarga. Hal ini sudah diantisipasi oleh Almarhum Bapak sejak beberapa tahun silam, yaitu dengan menyediakan sekitar 5 kasur lipat dan puluhan bantal kecil. Anehnya, meskipun ada 3 kasur di kamar tidur, tetapi para menantu (yang kebetulan semuanya pria) dan keponakan lebih memilih tidur di kasur lipat yang digelar di lantai, berhimpitan dan berderet bagai ikan sarden.
Saat ini, suasana ramai (bahkan ribut) didominasi oleh para cucu-cucu. Meskipun variasi usia cukup beragam, dari4 tahun hingga25 tahun, mereka tetap terlihat seru dan kompak. Yang besar bisa menerima yang kecil, yang kecil nggak kalah serunya nimbrung pembicaraan yang besar. Hanya sesaat saja mereka mau berhenti ribut, yaitu saat di foto. Semua pasang gaya paling seru dan bersedia mematung lama walau sang fotografer (aku) menahan tidak segera menekan tombol shutter, sengaja memperlama sambil menahan tawa.
Dari 7 bersaudara, ada satu orang dari kami yang belum menikah. Dia adalah Nono, kakak yang urutannya tepat diatas saya. Penampilannya memang terkesan cuek, baju seadaanya plus jenggot panjang menggantung. Keahliannya menggoda keponakan. Satu persatu dari mereka mendapat julukan yang cukup membuat telinga panas. Misalkan, seorang ponakan usia 10 tahun, berambut ikal, disebut sebagai Super kriwil dan anak saya yang berusia 4 tahun, disebut Mini kriwil. Bagi anak saya, julukan itu terdengar lucu dan dia senang-senang saja mendengarnya, tapi bagi si 10 tahun, julukan itu cukup mengesalkan.
Kelebihan Om Nono (panggilan sayang dari keponakan) adalah kegemarannya mengajak anak-anak bermain ke alun-alun kota. Hanya dengan berkendara motor, secara bergiliran anak-anak dibawa ke alun-alun. Bagi kota Trenggalek, alun-alun ini adalah pusat hiburan yang murah meriah. Lucunya, setiap kali keponakannya minta traktir jajan, Om Nono nggak pernah mau, malah dia minta ditraktir balik. Hoalah..Om..Om..pelit banget ya??
Keramaian di rumah Uti Sir tak hanya disebabkan oleh hadirnya anak dan cucu, melainkan juga kehadiran nyamuk-nyamuk yang luar bisa banyak jumlahnya. Tempat favorit tentu saja kamar tidur, mushola dan kamar mandi.
Beberapahari menjelang lebaran beberapa kali dilakukan pembasmian nyamuk dengan obat semprot dan raket listrik. Pembasmian ini dilakukan oleh Om Nono sebagai koordinator, dibantu para keponakan dengan semangat 45. Cukup berhasil, setelah disemprot di beberapa sudut rumah, ribuan nyamuk terkapar di lantai. Saat disapu, sulit dipercaya kalau bisa terkumpul seonggok bangkai-bangkai nyamuk, tapi begitulah memang adanya.
Horee.. Dengan berkurangnya nyamuk secara nyata, tentu saja acara kumpul-kumpul keluarga terasa lebih damai tanpa harus ada suara tepokan tangan disana-sini. Eiiit, tunggu dulu..suara tepokan memang hilang, tapi sekarang berganti dengan suara letusan kecil yang berasal dari raket listrik yang berhasil menyetrum nyamuk. Thass..! Thasss..! Masih Om Nono sebagai operatornya.
Saking rajinnya memburu nyamuk, raket itu tak lepas dari tangan Om Nono. Seperti ketika akan dilakukan foto keluarga, Om Nono bergabung tetap dengan raket di tangan, dan mata siaga mengikuti gerak nyamuk. Ketika tombol shutter kamera kutekan, Thasss.. ! suara letusan berbunyi tanda seekor nyamuk berhasil disetrum. YaaaahhhOm Nono..! harus diulang lagi dong fotonyaaa!
Komentar
Posting Komentar