Beberapa teman bertanya kepada saya, “Bagaimana sih caranya bisa menulis yang bagus dan mengalir ?”, “Sejak kapan suka menulis?”, “Belajar menulis dari siapa? Ajari aku dong..” dan pertanyaan-pertanyaan serupa setelah mereka membaca beberapa tulisan saya di note facebook dan blog pribadi.
Momentum itu terjadi ketika saya hamil. Saya mendapati perasaan bahagia yang berbeda dari sebelumnya. Bahagia yang bertambah setiap harinya. Dan terus bertambah hingga saat ini.
Bukan sempurna, perjalanan saya sebagai mama pernah mengalami pasang surut . Namun bahagia adalah sebuah kata yang mewakili perasaan saya secara keseluruhan. Saya merasa lebih kreatif. Kertas warna-warni bercampur dengan coretan bertuliskan Asa dan Cinta menghiasi sudut-sudut di rumah kami. Di styrofoam di dapur tak hanya tertempel resep masakan dan daftar menu, terdapat beberapa foto senyum anak-anak saya, plus hiasan di pinggirnya. Di meja komputer yang berlapis kaca, tertempel lagi foto mereka. Setiap saya membuka pintu lemari, ada senyum anak-anak di baliknya. Wajah mereka juga dapat saya pandang setiap kali bercermin, ada foto mereka di sana. Agak berlebihankah? Hehehe..boleh dong.
Petualangan baru menjadi mama membuat saya gemar menulis (padahal dulu tidak). Saya menulis tidak lama dari setiap kejadian berlangsung. Tak heran, di agenda harian, netbook, blog pribadi, facebook,HP atau kertas memo banyak penggalan-penggalan cerita saya. Dari tulisan yang hanya berisi beberapa kata, “Hari ini dapat surprise dari Cinta” atau “Kenapa Asa paling suka lihat wajah kakak? “ sampai tulisan yang berlembar-lembar yang saya tulis selama berhari-hari . Begitu banyaknya tulisan itu, sebagian besar bercerita tentang dua orang teristimewa, yaitu Cinta dan Asa, anak-anak saya.
Bosan? Tentu saja tidak. Kian hari, ide terus mengalir tiada habisnya. Setiap hari berganti artinya akan ada hal baru yang terjadi (setidaknya hal yang baru saya ketahui). Setiap milestone pertumbuhan membawa satu episode cerita. Setiap anak adalah unik. Saya membuktikan bahwa antara kakak-adik tidak selalu sama tahapan dan periode perkembangannya, sifat mereka pun berbeda. Kelucuan, kenakalan, gaya ingin tahu, pertemanan, persaudaraan, ide bermain dan banyak lagi yang bisa diceritakan.
Dari sekedar jurnal pribadi, saya mulai tertarik mengirimkan cerita-cerita singkat di majalah. Beberapa kali dimuat dan saya senang sekali. Apalagi cerita itu tentang buah hati saya. Kadang kala ada fotonya pula. Dari sini muncul ide untuk mendokumentasikan tumbuh kembang anak dengan cara yang lebih menarik, yaitu mengirimkan cerita – cerita pendek tentang mereka ke media. Majalah tersebut saya simpan untuk arsip dan akan saya tunjukkan pada anak-anak kelak mereka sudah dewasa. Anak saya yang besar bahkan sudah mengerti akan hal ini dan itu membuatnya lebih percaya diri.
Dunia saya pun meluas. Saya mulai mengikuti jejaring sosial, milis dan grup sesama orangtua. Yang menarik, diluar sana ternyata banyak yang seperti saya, mereka adalah mama-mama yang suka menulis. Mama-mama penulis, tidak selalu berarti penulis buku atau artikel di media. Mama-mama penulis, sahabat-sahabat online saya, adalah mereka yang suka menuangkan cerita tentang anak-anaknya dan berbagi pengalaman di blog atau note. Membaca tulisan mereka bagaikan membaca majalah digital yang praktis, cukup dari layar blackberry saya.
Saya berkenalan dengan mereka. Menyenangkan sekali pertemanan kami. Kami saling bertukar blog dan notes. Ada yang memang sudah menulis sejak lama, ada juga yang mendadak menulis setelah mempunyai anak. Senioritas tersebut tidak berlaku di sini. Tulisan - tulisan mereka menarik untuk dibaca. Saling berbagi pengalaman membuat perbincangan kami terasa nyambung. Membaca pengalaman-pengalaman mereka menjadikan penguat di saat saya menghadapi masalah yang sama. Saat anak demam atau sakit, curhat sesama mama adalah pilihan pertama sebelum ke dokter. Saat saya membutuhkan referensi barang keperluan si adik, atau informasi sekolah untuk si kakak, saya berkunjung ke blog mereka. Dan saya pun mendapatkan informasi dan opini yang lebih banyak, serta menawarkan berbagai solusi yang mungkin sesuai untuk saya.
Saya menyadari betul bahwa setiap orangtua dan anak itu unik. Interaksi keduanya juga menghadirkan situasi yang unik. Karena itu, saya menjaga betul “tata krama” dalam pertemanan ini, yaitu tidak saling menyalahkan, juga tidak merasa paling hebat dan paling benar.
Kami juga bisa bertukar ide, seperti ide menu bekal sekolah, cara menyembunyikan sayur dalam makanan anak, atau ide bermain seru di rumah. Dari situ juga muncul ide-ide saya yang baru, cerita-cerita seru dan tentunya inspirasi baru untuk menulis lagi.
Menulis adalah potensi yang pada sebagian mama mungkin baru disadari seiring dengan hadirnya sang buah hati. Ya, bisa dibilang hampir semua mama bisa menulis. Disadari atau tidak, menuangkan pikiran dan menulisnya ke dalam sebuah catatan pribadi akan sangat bermanfaat. Dari rasa kaget dan senang mengetahui kehamilan, memerangi rasa bosan selama hamil, semangat mempersiapkan kelahiran buah hati dan menyaksikan perkembangan buah hati yang menakjubkan dalah cerita hebat yang kelak dapat dibagi dengan si anak. Anak akan dengan bangga membaca pengalaman luarbiasa yang mereka alami sejak dalam kandungan. Anak juga akan merasa sangat dicintai oleh mamanya.
Profesi menulis saat ini bukan suatu hal asing. Menulis adalah pekerjaan yang sangat menjanjikan dan prestise. Dari hobi, menulis bisa mendatangkan penghasilan tambahan. Tulisan bisa dikirim ke media atau diikutkan dalam lomba. Yang paling disukai para Mama dari profesi penulis adalah pemilihan waktu yang fleksible dan bisa dikerjakan dari manapun, termasuk dari rumah atau sambil mengantar anak sekolah.
Sebenarnya saya tidak terlalu paham teknik penulisan. Namun saya terus belajar dan mengasah kepekaan pada kejadian-kejadian di sekitar. Semakin terasah, semakin sering menulis, maka semakin percaya diri meningkat. Dan dari menulis saya menemukan cara eksis dan gaul ala mama yang menyenangkan.
Kembali ke pertanyaan teman-teman di atas, biasanya saya akan menjawab “Kamu juga bisa kok, semua mama pasti bisa menulis. Mulailah dari diary dan menulislah dengan santai. Coba saja..”
(Didedikasikan untuk para Mama, sahabat online saya, dimuat di Parenting edisi April 2011)
jadi makin semangat jadi mama penulis nich...he...he...
BalasHapusmbk,..aku br punya cita2 menulis buat mjlh..alhamdulillah,mbk tlh memberi pencerahan..makasih ya..
BalasHapussaya jg suka menulis dari dulu...tapi klo ga diasah ya jd mandeg ya! nice article
BalasHapus