Saatnya berbagi ilmu kepada sahabat. Ilmu apa? ya ilmu menulis...
Sahabat siapa? ya jelas Cinta dong..
Tidak mudah, karena Cinta baru menjelang 6 tahun, menjelang masuk SD saat dilatih menulis ini. Baca sih sudah bisa, menulis didikte sih sudah bisa, chating sudah mahir, bercerita juga sudah sangat ceriwis, tapi menuliskan cerita yang dia pikirkan itu yang butuh perjuangan.
So, bagaimana caranya? Beruntung Cinta sangat imaginatif, kritis dan ceriwis. Saya ajukan beberapa pertanyaan yang kemudian akan menjadi kerangka pokok cerita. Misalnya, apa kesukaanmu di hari libur? Biasanya mama mengajakmu kemana dan melakukan apa saja? Bagaimana kesan-kesanmu? dan sebagainya...
Dari ngobrol-ngobrol itu saya minta dia menulis ulang menjadi kalimat-kalimat pendek dan sederhana. Dan jadilah cerita seperti di bawah ini.
Tema berbagi pengalaman tentu lebih mudah daripada tema yang belum pernah dialami. Memperkaya pengalaman adalah cara yang ideal, tapi kalau kesempatan kurang, melatih anak berimajinasi juga tak kalah hasilnya.
Ada dua cara Cinta menulis, tulis tangan langsung atau diketik di ponsel atau leptop. Cara pertama butuh ekstra pengawalan, jangan sampai tulisan terlihat "parah" hurufnya naik turun gunung dan besar kecil. Kalau salah sedikit terpaksa dihapus, kalau salah banyak terpaksa mengulang dari awal. Cara kedua lebih praktis. Kita pun orang dewasa menyukainya. Mengetik di laptop atau ponsel jelas bisa diedit dan praktis, namun terlalu memudahkan anak-anak yang masih tahap belajar.
Apapun pilihan caranya, yang penting niat tercapai, yaitu anak mampu menuliskan apa yang ada dipikirannya.
Sahabat siapa? ya jelas Cinta dong..
Tidak mudah, karena Cinta baru menjelang 6 tahun, menjelang masuk SD saat dilatih menulis ini. Baca sih sudah bisa, menulis didikte sih sudah bisa, chating sudah mahir, bercerita juga sudah sangat ceriwis, tapi menuliskan cerita yang dia pikirkan itu yang butuh perjuangan.
So, bagaimana caranya? Beruntung Cinta sangat imaginatif, kritis dan ceriwis. Saya ajukan beberapa pertanyaan yang kemudian akan menjadi kerangka pokok cerita. Misalnya, apa kesukaanmu di hari libur? Biasanya mama mengajakmu kemana dan melakukan apa saja? Bagaimana kesan-kesanmu? dan sebagainya...
Dari ngobrol-ngobrol itu saya minta dia menulis ulang menjadi kalimat-kalimat pendek dan sederhana. Dan jadilah cerita seperti di bawah ini.
Tema berbagi pengalaman tentu lebih mudah daripada tema yang belum pernah dialami. Memperkaya pengalaman adalah cara yang ideal, tapi kalau kesempatan kurang, melatih anak berimajinasi juga tak kalah hasilnya.
Ada dua cara Cinta menulis, tulis tangan langsung atau diketik di ponsel atau leptop. Cara pertama butuh ekstra pengawalan, jangan sampai tulisan terlihat "parah" hurufnya naik turun gunung dan besar kecil. Kalau salah sedikit terpaksa dihapus, kalau salah banyak terpaksa mengulang dari awal. Cara kedua lebih praktis. Kita pun orang dewasa menyukainya. Mengetik di laptop atau ponsel jelas bisa diedit dan praktis, namun terlalu memudahkan anak-anak yang masih tahap belajar.
Apapun pilihan caranya, yang penting niat tercapai, yaitu anak mampu menuliskan apa yang ada dipikirannya.
Komentar
Posting Komentar