Belajar dari pengalaman tahun lalu, tahun ini saya akan kembali menemani Cinta (6 tahun) berlatih berpuasa. Sabar dan kreatif merupakan kunci bagi orangtua untuk melatih anak berpuasa.
Tantangan pertama diawali dengan membangunkan Cinta untuk makan sahur, kira-kira 1 jam sebelum imsya. Meskipun mengantuk kita dianjurkan makan cukup dan minum vitamin untuk bekal puasa seharian. Suatu ketika, saya tuntun Cinta ke ruang makan, lalu saya tinggal ke dapur sebentar …eh, ternyata Cinta kembali lagi ke peraduannya. Masih mengantuk rupanya. Kadang-kadang butuh diulang beberapa kali sampai Cinta betul-betul bangun. Untungnya ada ronda keliling di RT kami. Saya ajak Cinta menunggui ronda di teras rumah, biasanya setelah ronda lewat kantuknya pun hilang.
Tantangan berikutnya terjadi sekitar pukul 10 pagi dimana perut mulai keroncongan , tenggorokan haus, badan terasa lesu dan emosi mulai naik. Biasanya di hari libur Cinta suka bermain sepeda atau bermain di luar rumah. Tapi karena sedang berpuasa, aktivitas yang mengeluarkan energi terpaksa ditunda. Sebagai gantinya saya mengajak Cinta menggambar dan bermain imajinasi dengan topik yang menjadi kesukaannya, misalnya menggambar anak sedang bersepeda di peternakan, atau menggambar anak sedang outbond di pegunungan. Kami juga menyusun rencana-rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam perjalanan mudik nanti, misalnya melihat perahu dan tambak garam di daerah Pantura, atau memotret kerbau di area persawahan. Imajinasi-imajinasi ini berhasil meredam lapar, haus dan emosi. Nah, kalau sudah semakin siang, saya minta Cinta tidur siang agar cepat sampai pada waktu berbuka. Saya tidak memaksakan Cinta harus biasa puasa sampai sore. Tahun ini targetnya cukup sampai pukul 15.00.
Tantangan ketiga adalah bagaimana mengajak Cinta lebih rajin beribadah, antara lain mengaji, sholat dan sholat tarawih. Selain beribadah saya juga mengajarkan Cinta hakikat berbagi, terutama di bulan puasa. Setelah melihat kondisi anak-anak di jalan yang kurang beruntung, Cinta belajar berempati dan bersyukur. Berbagi tak harus dengan uang dan baju, Cinta biasanya berbagi makanan dan susu kemasan yang biasanya dibawanya untuk bekal sekolah. “Berbagi vitamin juga boleh ya, Ma ?” tanya Cinta kritis. Saya jawab dengan senyum dan anggukan.
Menemani anak berpuasa tidak sekedar mengajarkan menahan lapar dan haus, namun juga menanamkan hakikat puasa yaitu menahan hawa nafsu. Semoga tahun ini puasa kami lebih baik daripada tahun sebelumnya. Amin…
Tantangan pertama diawali dengan membangunkan Cinta untuk makan sahur, kira-kira 1 jam sebelum imsya. Meskipun mengantuk kita dianjurkan makan cukup dan minum vitamin untuk bekal puasa seharian. Suatu ketika, saya tuntun Cinta ke ruang makan, lalu saya tinggal ke dapur sebentar …eh, ternyata Cinta kembali lagi ke peraduannya. Masih mengantuk rupanya. Kadang-kadang butuh diulang beberapa kali sampai Cinta betul-betul bangun. Untungnya ada ronda keliling di RT kami. Saya ajak Cinta menunggui ronda di teras rumah, biasanya setelah ronda lewat kantuknya pun hilang.
Tantangan berikutnya terjadi sekitar pukul 10 pagi dimana perut mulai keroncongan , tenggorokan haus, badan terasa lesu dan emosi mulai naik. Biasanya di hari libur Cinta suka bermain sepeda atau bermain di luar rumah. Tapi karena sedang berpuasa, aktivitas yang mengeluarkan energi terpaksa ditunda. Sebagai gantinya saya mengajak Cinta menggambar dan bermain imajinasi dengan topik yang menjadi kesukaannya, misalnya menggambar anak sedang bersepeda di peternakan, atau menggambar anak sedang outbond di pegunungan. Kami juga menyusun rencana-rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam perjalanan mudik nanti, misalnya melihat perahu dan tambak garam di daerah Pantura, atau memotret kerbau di area persawahan. Imajinasi-imajinasi ini berhasil meredam lapar, haus dan emosi. Nah, kalau sudah semakin siang, saya minta Cinta tidur siang agar cepat sampai pada waktu berbuka. Saya tidak memaksakan Cinta harus biasa puasa sampai sore. Tahun ini targetnya cukup sampai pukul 15.00.
Tantangan ketiga adalah bagaimana mengajak Cinta lebih rajin beribadah, antara lain mengaji, sholat dan sholat tarawih. Selain beribadah saya juga mengajarkan Cinta hakikat berbagi, terutama di bulan puasa. Setelah melihat kondisi anak-anak di jalan yang kurang beruntung, Cinta belajar berempati dan bersyukur. Berbagi tak harus dengan uang dan baju, Cinta biasanya berbagi makanan dan susu kemasan yang biasanya dibawanya untuk bekal sekolah. “Berbagi vitamin juga boleh ya, Ma ?” tanya Cinta kritis. Saya jawab dengan senyum dan anggukan.
Menemani anak berpuasa tidak sekedar mengajarkan menahan lapar dan haus, namun juga menanamkan hakikat puasa yaitu menahan hawa nafsu. Semoga tahun ini puasa kami lebih baik daripada tahun sebelumnya. Amin…
Komentar
Posting Komentar