Saya berusaha menjawab pertanyaan anak dengan jawaban yang bernalar, tidak bohong dan jelas alasannya. Ini demi membentuk kemampuan analisisnya sepanjang masa. Tapi masalahnya, tidak semua pertanyaan bisa langsung saya jawab. Sebagian karena saya sendiri masih ragu jawabannya, sebagian lagi karena usia Cinta yang masih anak-anak menurut saya belum bisa menerima jawaban sebenarnya, misalnya pertanyaan menyangkut seks, hal gaib atau tentang urusan orang dewasa.
Seperti pertanyaan Cinta tentang "Darimana keluarnya adik bayi ?" . Nah lho !! Karena menurut saya materinya terlalu berat untuk dibahas, sementara saya jawab "Dari jalan ajaib disekitar perut mama" Saya tidak bohong kan dengan jawaban ini? Hehe.. Hanya saja Cinta pun sebenarnya tahu itu bukan jawaban sebenarnya "Jalan ajaib mana sih Ma? "Ada bintang-bintangnya nggak?" Dia sendiri menambahkan informasi sehubungan dengan kata 'AJAIB'. Saya hanya tersenyum. "Maaf sayang, kamu nanti akan tahu pas kamu sudah mulai dewasa". Nah, kata dewasa ini pun harus jelas, dan Cinta masih menanyakannya "Berapa tahun lagi? Pas Cinta kelas berapa ?" . Saya jawab "Hmm..kira-kira 6 tahun lagi pas kamu sudah SMP " Jawaban ini langsung mendapat protesnya "Yaaaaa...lama amat!!!"
Pernah dia melihat gambar di majalah tentang posisi janin dan berhasil menebak dengan benar jalan keluar adik bayi. Tapi saya belum siap untuk mengiyakan, saya hanya jawab dengan senyuman. Cinta terus merayu dan saya berusaha bertahan. Biasanya kemudian Cinta menyerah melihat Mamanya terus tersenyum dan bungkam. Ya , begitulah hingga saat ini saat tiba-tiba dia ingat dengan pertanyaan itu.
Saya tidak terbiasa mengalihkan fokus anak agar dia lupa pada suatu hal (karena saya sendiri kesal kalau dibegitukan), jadi selama bertahun2 pertanyaan Cinta ini masih diulang dan belum juga saya jawab dengan sebenarnya. Maaf ya Ciiinnn...
jadi mama memang proses belajar tanpa henti ya....karena harus bersiap dengan pertanyaan selanjutnya...
BalasHapusBetul mba Rina... mama dan anak sama-sama belajar.
BalasHapus