Apa kabar ibu-ibu ? Semoga tambah semangat karena ini hari Jumat :) Melanjutkan cerita minggu lalu, minggu ini tentang pengalaman pertama lagi . Memang yg pertama itu meninggalkan kesan mendalam ya, sesuatu banget ^^
Setelah sekitar satu tahun menjadi pelanggan majalah Ayahbunda, membaca isinya sampai “ngelotok” dan merasa memahami karakternya, saya lantas berpikir sepertinya sudah saatnya mencoba mengirimkan artikel.
Tentu saja yang harus diperhatikan (1) tema nya belum pernah dimuat, (2) saya menguasai bahannya, dan (3) cocok dan bermanfaat untuk pembaca Ayahbunda.
Kebetulan pernah belajar tentang pestisida, dan ingin mengaitkan tema pestisida dengan parenting, maka jadilah artikel “Menyiasati Residu Pestisida dalam menu keluarga”
Sebisa mungkin saya menulis sesuai dengan karakter majalah Ayahbunda, yaitu (1) kalimat singkat-singkat tapi padat, (2) to the poin, dan (3) banyak dalam bentuk poin-poin.
Kalau masalah EYD dan tata bahasa saya percayakan pada ilmu bahasa Indonesia yang telah kita pelajari dari SD – SMA, hehehe…Tidak harus sempurna untuk berani mengirimkannya kan ?
Satu artikel saya buat cukup lama, sekitar 2 bulanan hanya untuk 3 halaman A4. Lama, karena artikel ini ilmiah-populer, jadi saya harus bisa MEMPERTANGGUNG JAWABKAN isinya. Saya mencari sumber bacaan yang TERPERCAYA, banyak dari situs-situs universitas luar negeri.
Singkat kata, saya nekat mengirimkan artikel pertama, padahal Ayahbunda tidak dengan terang-terangan mengatakan menerima tulisan dari penulis lepas. Dan hasilnya, 2 minggu kemudian saya ditelpon bahwa artikel saya akan dimuat beberapa edisi ke depan. Wow, cepat sekali responnya ?? Jingkrak-jingkrak lagi deh…hehehe…
Dan ini dia artikel bersejarah tersebut
http://asacinta.blogspot.com/2008/10/menyiasati-residu-pestisida.html
Sukses di artikel pertama tidak dengan artikel kedua. 2 hari setelah saya kirimkan, langsung dapat email balasan ditolak. Alasannya karena topiknya kurang sesuai untuk pembaca.
Kegagalan itu kemudian memacu saya mencoba "lahan" lain.
Masih suka dengan majalah bertema pengasuhan anak, saya berlangganan majalah Parenting, dan suka sekali dengan gaya selingkung majalah ini.
Tulisan pertama saya di Parenting justru bukan di rubrik Cerita Anda, yg disediakan khusus untuk pembaca. Saya nekat kirim untuk rubrik umum, bertema “Keamanan di Mall”, dimuat kira-kira 6 bulan setelah dikirim. Dari sini saya berkesimpulan bahwa Parenting menerima artikel apa saja sesuai tagline mereka.
Selanjutnya, beberapa majalah yang suka saya baca saya kirimi email, nanya kemungkinan apakah menerima artikel dari luar. Ini cara mendapatkan kepastian daripada hanya menebak-nebak dan tanya sana-sini. Hasilnya saya tau ada yg menerima ada yang tidak :)
Selain kirim artikel, saya masih rajin mengirimkan quote/testimoni singkat. Menulis quote gini menurut saya penting untuk menunjukkan kita tetap eksis mengikuti perkembangan majalah tersebut.
Oya, ketika saya mencoba-coba kirim artikel ke media sekitar tahun 2007, belum ada grup-grup nulis kayak sekarang. Modalnya nekat aja, padahal nggak pake kenal "orang dalam" dan masih pemula. Jadi ibu-ibu...jangan tunggu lama-lama untuk mencoba :)
24 Februari pukul 10:57 ·
Yuli Ruri Widyapuri dan 31 orang lainnya menyukai ini.
Rina Susanti
Setuju sm pendapat mba Arin, harus berani mencoba n gak perlu orang dalam kok unt masuk media, mereka melihat kwalitas tulisan kita. Ayo ibu2 semangat ...
Lilis Wijayanti
saya pernah kirim email ke majalah Alia... sy tanya apa menerima naskah cerita anak (di dalam majalah Alia ada majalah anak naamanya AQ)? tapi sampai sekarang belum dibalas. apa krn saking banyaknya email yang masuk ya? atau memang tidak menerima naskah dari luar? ^^
Arin- Murtiyarini
Mba Ety Abdul , habis dulu blm bnyk info mba, modal. Nekad aja nanya langsung ke redaksi. hehehe..
Rina Susanti
Halo mba lilis salam kenal setahu sy alia menerima cerpen dari luar, kalau artikel sy jg kurang tahu
Lilis Wijayanti
salam kenal jg mba rina... iya, cerita anak mba... coba nati saya tanya lg *pantang menyerah ^_^
Arin- Murtiyarini
Menulis sesuatu yang sederhana...hmm, aku selalu menempatkan diri sebagai pembaca. Anggap pembaca belum paham atau sama sekali baru dengan topik yang kita mau tulis. Jadi pilihan kata yang to the point aja mbak Ety Abdul . Menurutku tulisan yang bagus justru dengan bahasa yang mudah dimengerti pembaca
Arin- Murtiyarini
Mba Lilis Wijayanti , kalo udah lewat 3 bulan menurutku ditanya langsung ke redaksinya, apa mau dimuat apa enggak. Kalo enggak dimuat mendingan ditarik lagi dan dikirim ke media lain sejenis
Ety Abdul
Maaf disambi...Mba Arin- Murtiyarini,kalo dalam waktu 3 bln meski sdh ditanya dak ada jawaban, baiknya gmn ya? ambil sj dg bilang naskah sy tarik gitu?
Arin- Murtiyarini
oya mba Lilis Wijayanti , rasanya kok enggak ya kalo Alia nggak nerima cerpen dari luar. Kalo cerpen rasa-rasanya rubrik yang paling terbuka untuk umum, karena paling bebas tema nya. Kalo artikel memang sebagian media (apalagi majalah dan tabloid) sudah punya rencana dan target tema sendiri, jadi sulit bagi penulis luar untuk masuk, bukan berarti nggak nerima, mungkin lebih karena nggak sesuai dengan tema yang direncanakan.
Arin- Murtiyarini
mba Ety Abdul , aku kurang tau ketentuan masing-masing media. Ini memang susah menentukan ya, takutnya pas udah kita tarik, eh media tersebut pengen menayangkannya, giliran kita nggak tarik nggak dimuat-muat juga.
Arin- Murtiyarini
kalo aku ambil waktu 3 bulan, menurutku tidak terlalu cepat, harapannya dalam waktu 3 bulan itu tulisan kita sudah masuk giliran dibaca redaksi dan dipertimbangkan, jadi hak kita untuk menanyakan nasibnya. Namun nggak selalu bisa begitu....
Arin- Murtiyarini
di Parenting, kalau naskah udah 3 bulan berlalu, penulis dan redaksi diem-diem aja nih, dan ternyata kemudian Parenting akan memuatnya (misal udah 6 bulan sejak dikirim), biasanya akan dikonfirm lagi ke penulis. Redaksi akan nanya apakah tulisan tersebut belum dimuat dimedia lain? gitu mba...jadi patokanku 3 bulan
Arin- Murtiyarini
info ini kudapat dari surat pembaca Parenting, jawaban redaksi : kalo lewat 3 bulan, redaksi akan mengkonfirmasi dulu
Arin- Murtiyarini
Ada lho naskahku udah 6 bulan belum dimuat, pas kutanya ke redaksi X, eh ternyata nggak nyampe emailnya. Pas kukirim ulang, langsung dikonfirm akan dimuat seminggu kemudian. Jadi inilah gunanya menanyakan naskah kita. Tapi biar redaksi nggak bete, ya tunggu lah..paling cepet 3 bulan, atau kalau kita produktif, mending sambil kirim-kirim ke majalah lain.
Ety Abdul
mantap infonya...mba Arin- Murtiyarini
Arin- Murtiyarini
Paling lama aku menunggu 9 bulan, dimuat di setetes embun Kartini. Dulu pake pos, jadi nggak nanya-nanya lagi kapan dimuatnya.
Arin- Murtiyarini
Kalo malu nanya, aku kirim ulang lagi naskah + pengantar email yang sama tiap bulan, hehehe...boleh tidak ditiru. Soalnya kupikir email kita belum tentu terbaca saking banyaknya email masuk. Gak ada salahnya kirim ulang.
Diandra Nasution
Mba Arin-Murtiyarini, kalo ambil sumber dari google boleh nggak ? Oya, sumber apa dicantumkan di artikel ? Kulihat tulisan-tulisan di media jarang yang nyantumin sumbernya.
Arin- Murtiyarini
Search dari google bisa, tapi biasanya tulisan merefer ke suatu situs. Sumber referensi yang paling lemah adalah blog seseorang. Sebaiknya nggak ambil dari blog. Kalo itu blog seorang pakar, lebih bagus wawancara dulu dg pakar tersebut (bisa via online) jadi kita dapat info dari narasumber orang pertama.
Informasi sumber /referensi kutulis disertakan disetiap artikel, tapi media nggak selalu mencantumkan semuanya, bisa-bisa setengah halaman sendiri... Media juga tidak sepenuhnya bertanggung jawab pada isi, jadi penulislah yang bertanggung jawab pada isi artikel.
Dheavannea Dhea
Mbak nanya ke redaksinya sebaiknya via email atau langsung kita telpon aja ya Mbak? Aku juga lagi usaha nembus media untuk cerpen dan resensi. Belum berhasil juga nich Mbak. Hehehe
Lies R Wiryosentono
kl kayak tulisan mba Arin- Murtiyariniyg pertama dulu ,yg ilmiah itu biasanya khan jg banyak dr buku...sumber buku kita tulis di bagian bawah ya khan mbak sm kl kita pk google search,khan ada alamatnya
Arin- Murtiyarini
Lewat email aja mba Dhea..biar nggak mengganggu dan redaktur gak bingung, tau-tau ditelpon, padahal berkasnya yg mana mesti nyari2. Oya, sambil nanyain, dilampirkan lagi aja naskahnya, siapa tau blm terbaca.
Arin- Murtiyarini
Iya Mba Lies, sumber kucantumkan pas kirim ke redaksi. Tapi pas dimuat gak dicantumkan lagi.
Arin- Murtiyarini
Makasih mba Diandra udah dibantu posting linknya ^^
Arin- Murtiyarini
Loh, mana linknya kok ilang ?
Diandra Nasution
Eh sory, kehapus... Ini ibu-ibu link diskusi kemaren, saya sempat menyimak http://m.facebook.com/groups/165731113482130?view=permalink&id=303284496393457&refid=0&m_sess=185VZN-Ux4LHGcd&_ft_a=1563782588&_ft_tf=303284496393457&_ft_ti=308&_ft_aoi=165731113482130&_ft_fth=562256e7e4078a06&_ft_time_ft=1330036626
Diandra Nasution
Ini link alamat media dari mba Ririn Handayani, kubaca tadi pagi di postingan iidn, silakan meluncur ke TKP http://m.facebook.com/note.php?note_id=10150092496218282&refid=0&m_sess=185VZN-Ux4LHGcd
Arin- Murtiyarini
Time is up !! Permisi mau makan siang dulu ibu-ibu. Abis ini ada kelas lain, jadi mari pindah ruangan..hehe..kalo ada yg ditanyakan akan kujawab setelah jam 15.00 biar gak ganggu kelas berikutnya. Makasih semua...
Miyosi Ariefiansyah
Terima kasih banyak Mbak Arin *meski saya telat* T_T
Arin- Murtiyarini
Sama-sama Mba Miyosi Ariefiansyah , yang telat beresin ruangan dulu ya :)
Dheavannea Dhea
Bunda Arin, bisakah di share alamat email untuk kirim artikel ke ayah bunda? Berapa batasan karakter untuk sebuah artikel di ayahbunda misalnya. Saya tertarik juga mau bikin artikel buat ayahbunda.
Arin- Murtiyarini
kontak@ayahbunda.co.id
Arin- Murtiyarini
Eh Mba Dhea nanya jumlah karakter ya ? Sori, baru kebaca lagi... Panjang naskah standar utk 2-3 hlm di majalah kira-kira 1000 kata.
Naqiyyah Syam Full
Honornya mbk?
Arin- Murtiyarini
Honor dari Feminagroup lumayan mba, cukup untuk langganan majalah setahun :)
Diandra Nasution
Wah, lumayan banget..
Novi Mudhakir
Selama pagi Mbak Arin. Saya sempat mengajukan pertanyaan pada ulasan Mbak Arin sebelumnya. Tapi saya baru mau cek pagi ini. Ternyata tampilan laman fb ibu2 doyan menulis berubah ya! Waduh, bagaimana mencari posting-posting sebelumnya?
Arin- Murtiyarini
http://m.facebook.com/home.php?sk=group_165731113482130&view=permalink&id=299290733459500&refid=7&_rdr#299368043451769
Ibu-ibu Doyan Nulis - Interaktif
Naqiyyah Syam
iya nggak bisa dicopy:((
Arin- Murtiyarini
Yg bagian mana ?
Naqiyyah Syam
yang alamat2 media Nakita dsbnya
Arin- Murtiyarini
Dari PC bisa kali mbak.
Rozie Deedee
Makasih infonya mb,bermanfaat banget nich^^
Ummi Fadlilah
Makasih Mbak Arin- Murtiyarini,,,,
Suka banget baca ini.
Cara bertuturnya gak bikin pedes mata.
Mari semangat bareng2.
Salam kenal dari q yaa,, semua !!! ^_^
Raditya Surya
Mantafff
Winarti Juliet Vennin
mbak Naqiyyah Syam, coba link ini: http://www.facebook.com/groups/165731113482130/permalink/299290733459500/
Arin- Murtiyarini
Wah, maaf baru baca komentar-komentar terakhir, semalam tepar..hehe..
@all terimakasih banyak, senang bisa berbagi. Sebenarnya bukan sesuatu yg luar biasa, di IIDN ini banyak senior-senior yg sering nembus media, ayo ditodong juga untuk berbagi, hehehe ^^
Erfi Susanti
Sungguh pengalaman yang mesti diacungi jempol mbak....karena mbak berani mengirimkan tulisan ke redaksi...salut deh buat mbak...^_^
Nunung Yuni Anggraeni
Kereeeen...like this deeh
Arin- Murtiyarini
Mba Erfi dan Mba Nunung, makasih ya... Kadang kita itu terlalu ragu untuk mecoba, merasa gak kompeten, tulisan jelek dll, padahal ternyataaaa... (Isi sendiri deh)
Sssttt...aku selalu berpikiran redaksi kekurangan naskah, jadi pede aja, hehehe...
Komentar
Posting Komentar