Menurun dari ibunya, Cinta dari umur setahun sudah menunjukkan tanda-tanda suka ke mal. Sebenarnya bukan maksud hati membiasakan jalan-jalan ke mal, tapi bingung mau kemana lagi? Cinta menyebut mal atau plaza dengan istilah umum, yaitu: toko. Saya membiasakan begitu, karena istilah mal sepertinya kok gaya banget.
Kalau dulu sewaktu saya kecil, jalan-jalan ke tegalan masih bisa. Terus petik-petik bunga, daun dan ranting untuk bahan masak-masakan. Bikin bumbu pecel dari batu bata merah yang dihaluskan dan dikasih air. Kalau Cinta? Rumah berada di salah satu gang, kalau tidak pantas disebut jalan kecil. Halaman sudah disemen semuanya untuk garasi mobil. Jangankan untuk menanam tanaman, rumputpun tak dapat tempat. Tak ada lagi bagian yang masih ada tanahnya. Kontrakan yang dulu halamannya ada tanahnya, tapi malah dipakai sebagai WC oleh kucing liar. Haha.
Sebenarnya kami suka jalan-jalan ke Taman Kencana, sebuah taman kecil di Bogor. Tapi karena kecil, atau pengunjungnya yang banyak, taman itu jadi ramai banget. Ditambah lagi sekarang banyak pedagang makanan, baik yang kaki lima, maupun roda empat alias warung mobil. Yang jualan mainan juga banyak. Cinta sukanya beli cairan sabun untuk membuat gelembung. Murah meriah hepi ! Ke taman ini enaknya pagi antara pukul 06.00-09.00. Lewat itu matahari sudah terik. Nggak cocok untuk olahraga.
Alternatif lain adalah ke Kebun Raya. Ada taman anggrek di dalamnya. Tiketnya sekarang sudah 11 ribu per orang. Menuju Kebun Raya Bogor, biarpun dekat, tapi pintu masuknya harus mutar dulu. Naik angkot kesana tidak jauh, asalkan bersabar melalui kemacetan yang bisa memakan waktu 1 jam. Beberapa kali niat ke sana gagal, alasannya sama, karena malas membayangkan macet dan toh sampai sana hari sudah siang juga!
Nah, kalau sudah begini, ujung-ujungnya nyari yang adem, sekalian makan siang, sekalian belanja sayur dan lauk … jadinya ke mal lagi, ke mal lagi…
Berhubung disinyalir hobi jalan-jalan sudah mulai melekat pada diri Cinta, maka untuk meminimalkan dampak buruk jalan-jalan ke mal, kami belokkan langkah Cinta ke toko buku. Alhamdulillah, Cinta tidak pernah menolak, bahkan akhir-akhir ini ketagihan.
Tidak semua buku dibeli, maklum kalau dituruti lumayan menebalkan isi dompet (maksudnya mengubah uang seratus ribuan menjadi beberapa lembar seribuan sebagai kembalian. Kan dompet jadi lebih tebal). Jadinya Cinta cukup terpuaskan dengan membaca buku ditempat.
Bagi Cinta tak masalah, yang penting semua buku Barbie dan Princess habis dibacakan oleh mamanya. Tapi Cinta nggak mau membaca sambil berdiri. Sementara kursi untuk membaca jumlahnya terbatas, jadi cara paling asyik menurut Cinta adalah meminta saya jongkok dan dengan segera dia duduk di paha saya.
Asyik buat Cinta, belum tentu buat saya. Baru 5 menit kaki saya sudah kesemutan. Yah, walau kaki pegal, tapi demi memberikan kebahagiaan sederhana untuk anak, nggak apa-apa deh. :)
Cerita ini juga tayang di mommiesdaily.com
Komentar
Posting Komentar