ditulis oleh : Murtiyarini
Lilin, alat penerangan jaman dulu. (Foto : koleksi pribadi) |
Saya suka membaca. Bisa dibayangkan, apa jadinya kalau malam-malam ingin membaca tiba-tiba listrik padam? Masa iya, membaca segini banyak buku dengan penerangan lilin ? Jangan lah ya...
Antara Kecewa dan Harapan
Nyaris semua aktivitas saya sehari-hari menggunakan listrik.
Menggunakan lampu sudah jelas. Kadang-kadang tidak hanya malam, siang saat matahari sembunyi dibalik awan saya
menyalakan lampu
untuk membaca. Selain itu saya membutuhkan
listrik untuk sumber energi leptop dan gadget, memasak, mencuci baju, setrika,
menonton TV, kulkas, penyedot debu dan lain-lain.
Tidak hanya di rumah, energi
listrik diperlukan juga di kantor dan di jalan.
Di kantor sudah pasti
komputer,
internet dan alat komunikasi
membutuhkan listrik,
begitupun alat-alat
laboratorium. Alhasil, ketika mendadak listrik padam,
otomatis aktivitas kantor berhenti. Tetapi mau pulang ke rumah masih
mikir-mikir, untuk
apa pulang kalau jalanan jadi macet gara-gara lampu lalu lintas tidak menyala, dan sesampainya di rumah juga tidak bisa melakukan
apa-apa. Parahnya lagi, seringkali pemadaman ini tanpa pemberitahuan yang jelas
sehingga kita tidak bisa bersiap-siap. Mati
listrik benar-benar membuat saya “mati gaya”.
Dari buku Energi dalam
Perencanaan Pembangunan yang saya baca (link di sini), disebutkan bahwa Indonesia termasuk negara
berkembang dengan permintaan energi listrik sangat tinggi, dan meningkat 8-10 % per tahun hingga tahun 2010. Hal ini konon wajar dengan
nilai konsumsi listrik per kapita
di Indonesia yang
masih rendah, yaitu rasio elektrifikasi nasional sekitar 53%.
Pemenuhan listrik di tanah air mengandalkan PT. Perusahaan Listrik Negara ( PT. PLN) dengan pola monopoli di seluruh
wilayah tanah air. Kekecewaan masyarakat pada
layanan listrik secara langsung bermuara pada kekecewaan terhadap PLN. Sebagai
orang awam, saya hanya bisa mengungkapkan kekecewaan dengan membuat daftar
harapan-harapan. Adapun solusi tepatnya, saya hanya mempelajari dari permukaan dan meraba-raba
sepertinya banyak hal yang bisa diupayakan oleh PLN.
Masih bisakah saya berharap
pada PLN? Dengan adanya lomba blog yang diselenggarakan oleh PLN dan Blogdetik ini, saya berpikir tampaknya PLN membuka diri bagi kritik dan saran masyarakat luas dan ingin
menggali lebih dalam harapan masyarakat.
Apalagi temanya sangat mengena “Harapanku untuk PLN”.
Keterbukaan PLN ini membawa
harapan baru bagi saya, PLN mau melakukan perbaikan.
Karena itu, saya akan tuliskan semua harapan saya untuk PLN di blog ini.
Bukan masalah menang atau kalah, setidaknya semua “uneg-uneg” tentang listrik di Indonesia dapat dibaca oleh pihak PLN.
Harapan #1.
Listrik untuk Semua
PLN sebagai satu-satunya pemasok listrik nasional, tentunya semua harapan penerangan bertumpu pada PLN. Seluruh rakyat Indonesia punya hak yang sama untuk menikmati fasilitas listrik. PLN mengoperasikan sekitar 600 sistem penyediaan
listrik di seluruh indonesia. Paling modern adalah jaringan
di Jawa, Madura dan Bali,. Sistem ini terinterkoneksi dengan jaringan 500 kV dan
kabel laut 150 kV,
memanfaatkan energi primer
sebagai bahan bakar, melayani sekitar 13 giga watt atau lebih separuh
permintaan listrik tanah air (data dari buku di link ini) .
Diluar Jawa, Madura dan Bali, sistem yang dikembangkan belum
efisien, masih menggunakan diesel
yang mengandalkan BBM, dan belum terinterkoneksi. Kongkretnya, masih banyak
wilayah di Indonesia yang belum menikmati listrik, kalaupun ada listrik masih
dengan penyalaan pemadaman bergilir.
Dampak luas ketiadaan listrik
adalah terhambatnya proses belajar mengajar, aktivitas perekonomian dan arus informasi. Bisa dibayangkan betapa gelapnya malam-malam
daerah terpencil, sedangkan di kota besar saja ada beberapa ruas jalan tol yang
sangat irit listrik, bahkan tidak ada lampu jalan. Padahal penerangan jalan sangat penting demi
keamanan lalu lintas. Bandingkan dengan
curahan lampu-lampu di pusat-pusat hiburan dan perbelanjaan di kota. Jika dikurangi setengahnya saja, masih bisa
dipastikan terang benderang. Jadi kenapa tidak dikurangi pada bagian tersebut?
Rasa-rasanya kesenjangan ini kian terasa.
Kasihan, seorang anak belajar dengan penerangan minim. (Foto: koleksi pribadi) |
Gemerlap Ibu Kota. (Foto diambil dari sini) |
Harapan #2. Sosialisasi
Pemadaman
Sore hari, jika tiba-tiba
hujan turun deras dan angin kencang, bisa diduga dalam beberapa menit kemudian
listrik akan padam. Karena sering
terjadi hal ini, saya sudah siap sedia dengan dua benda andalan yaitu lilin dan lampu darurat. Konon, pemadaman saat
hujan ini adalah system pengamanan listrik yang bekerja secara otomatis agar
gardu listrik tidak tersambar petir. Alasan yang bisa diterima.
Tapi lain waktu, siang bolong listrik tiba-tiba mati. Alasannya? Perbaikan atau penghematan?
Tapi kok cukup sering ya? Di kantor, saat saya sedang mengantar seorang tamu dari Jepang melihat-lihat pekerjaan penelitian, tiba-tiba listrik padam. Seluruh alat laboratorium yang menggunakan listrik berhenti bekerja. Sang tamu berkomentar begini : “Di
Negara kami listrik mati hanya jika ada hujan, badai, gempa atau bencana
lainnya” . Saya jadi malu, bingung mau menjawab apa.
Ya, saya berbaik sangka pada
PLN, pasti ada alasan terkait pemadaman. Masalahnya, alasan tersebut tidak
pernah saya tahu pastinya. Lebih senang lagi jika masyarakat diberitahu satu
atau dua hari sebelumnya. Pemberitahuannya bisa dilakukan dengan cara
yang efektif, melalui radio, siaran tv lokal, mobil keliling, masjid-masjid
atau aparatur desa. Yang penting, semua mendapat informasi yang jelas, tidak
sepotong-sepotong dan hanya sebagian kecil orang yang tahu.
Ini adalah 2 benda andalan saya saat listrik padam. (Foto : koleksi pribadi) |
Harapan #3. Tarif
Listrik yang Wajar dan Kemudahan
Pembayaran
PLN sebagai satu-satunya penyedia listrik nasional sangat menentukan harga listrik, dan mau tidak mau masyarakat yang ingin menikmati penerangan membayar tanpa banyak protes. Harga pun
ditetapkan oleh pemerintah dengan dalih”untuk kepentingan rakyat banyak” Mungkin bukan saya sendiri
yang merasa, tarif listrik terus naik dari waktu ke waktu, tapi listrik lebih
sering padam. Dimana logikanya?
Tingginya tarif listrik yang terjadi di beberapa daerah dikarenakan jarak lokasi jaringan yang berjauhan dengan tiang eksisting, serta jumlah titik lampu yang akan dipasang di setiap rumah. Tingginya tarif juga disesuaikan kualitas kabel di beberapa daerah. Karena setiap daerah memiliki sifat geografisnya berbeda, antara masyarakat yang tinggal di kota dengan desa atau pegunungan. Tarifnya akan lebih mahal di desa atau pegunungan, karena lokasinya yang jauh serta tidak merata penyebarannya (info dari sini). Selain itu, tingginya tarif dasar listrik karena bahan bakar pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Jika harga minyak melambung, otomatis tarif dasar listrik mengalami penyesuaian.
Harapan saya, saat PLN
menaikkan tarif dasar listrik tidak lupa untuk menyertakan sosialiasi
alasan kenapa tarif tersebut naik, sehingga masyarakat memberikan
pengertiannya. Namun, tentu saja, kenaikan tarif ini harus disertai
dengan peningkatan pelayanan dan kestabilan suplai.
Belum lagi biaya ini itu
misalnya untuk sambungan baru dengan
proses berbelit-belit dan rawan pungutan liar. Upaya PLN untuk mempermudah permintaan instalasi dan
sistem pembayaran sangat efektif mengurangi praktek-praktek illegal oknum PLN
yang berdampak pada bengkaknya biaya-biaya.
Didukung dengan perubahan sistem pasca bayar menjai pra bayar yang memudahkan konsumen membayar kapan saja. Saya
sangat mendukung sistem ini karena selain membuat konsumen belajar berhemat
juga tidak menyebabkan PLN mengalami kerugian karena penunggakan
pembayaran. Listrik akan mati sendiri
kalau pulsanya habis.
Tinggal klik www.pln.co.id untuk pasang baru atau tambah daya. Mudah kan? |
Harapan #4. Pemeliharaan Perangkat Listrik yang Aman dan Pembangunan Infrastruktur yang Efisien.
Seringkali terdengar kabar
sebuah kampung mengalami kebakaran dan menghanguskan puluhan rumah karena
terjadinya hubungan pendek arus listrik atau korslet. Menjadi kewajiban PLN untuk merawat perangkat
dan pra sarana listrik dan memastikan layak guna dan aman untuk memasok listrik
hingga tingkat rumah-rumah. Tiang
listrik yang miring, kabel yang kendor dan mengelupas penting untuk
diperiksa. PLN diharapkan melakukan
pemeriksaan alat secara berkala ke rumah-rumah. Contohnya seperti yang
dilakukan pada rumah susun di Tambora, Jakarta Barat (link di sini).
Kegiatan ini juga harus dilakukan secara terstruktur agar terhindar dari penipuan dan korupsi oknum atau orang yang mengaku oknum PLN. Selain itu, PLN diharapkan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang bagaimana penggunaan listrik yang aman. Tujuannya agar masyarakat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan misalnya kesetrum, kerusakan alat, hubungan arus pendek dan kebakaran.
Kegiatan ini juga harus dilakukan secara terstruktur agar terhindar dari penipuan dan korupsi oknum atau orang yang mengaku oknum PLN. Selain itu, PLN diharapkan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang bagaimana penggunaan listrik yang aman. Tujuannya agar masyarakat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan misalnya kesetrum, kerusakan alat, hubungan arus pendek dan kebakaran.
Kabel listrik yang kendor di suatu lokasi di Bogor. Hanya sedikit lebih tinggi dari saya, 155 cm. (Foto : koleksi pribadi) |
Sebuah tiang listrik di Sleman miring. Foto dari sini |
Galian kabel PLN di tepi jalan. Foto dari sini |
Di pinggir-pinggir jalan
sering kita jumpai galian lubang, ada galian pipa PDAM, pipa gas, kabel telepon
dan kabel PLN. Boleh saja gali-gali
jalan untuk pembangunan, namun petugas yang mengerjakan hal tersebut seharusnya
tidak lupa untuk menutup lubang dan mengembalikan seperti kondisi semula. Yang
sering terlihat, bekas galian dibiarkan begitu saja, tidak rapi dan
membahayakan pengguna jalan. Dalam
setahun bisa saja beberapa kali gali lubang tutup lubang, sangat tidak efisien. Harapan saya, dalam pembangunan
infrastruktur, PLN berkoordinasi dengan dinas-dinas lain sehingga pekerjaan
lebih efisien.
Harapan #5. PLN Transparan dan Bersih
Sebagai satu-satunya badan
yang menyediakan listrik nasional, PLN bertindak
secara monopoli. Dalam perkembangannya,
praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) banyak dilakukan oknum PLN.
Yang langsung dirasakan oleh masyarakat adalah pungutan-pungutan liar
pada saat masyarakat mengajukan penambahan daya listirk, membuka sambungan
baru, membayar tagihan listrik yang terlambat, perbaikan alat dan lain-lain. Dipicu oleh layanan PLN yang kurang memuaskan,
kemudian muncul prasangka-prasangka terjadinya korupsi pada level yang lebih
tinggi.
Demi membersihkan PLN dari
praktek-praktek KKN ini, pemberantasan KKN harus dilakukan pada berbagai level manajemen dari
tingkat atas yaitu pembuat kebijakan dan pengambil keputusan, pengelolaan
anggaran, penyediaan teknologi, sarana dan prasarana, hingga pada level pegawai
yang berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai konsumen.
Harapan #6.
Peningkatan Kualitas SDM
Untuk dapat menjalankan
praktek penyediaan listrik bagi seluruh masyarakat Indonesia diperlukan
pembaruan teknologi dan perbaikan pelayanan.
Kedua hal tersebut sangat tergantung pada kualitas SDM. Karena itu PLN sepantasnya merekrut SDM yang
cerdas, professional, memiliki wawasan kebangsaan yang baik, jujur dan
berakhlak baik. Untuk mendapatkan SDM
yang sesuai harapan, maka dalam proses perekrutan PLN harus bebas dari
KKN. Beberapa tindakan yang diambil
Menteri BUMN Dahlan Iskan adalah upaya nyata untuk meningkatkan kualitas
layanan yaitu dengan memangkas birokasi PLN. (sumber dari sini)
Pada bidang teknologi,
diperlukan SDM yang menguasai teknologi-teknologi pembaruan energi untuk
penyediaan listrik. Sedangkan pada
bidang pendanaan dan regulasi diperlukan SDM yang mempunyai kemampuan manajemen yang tegas
dan berakhlak baik agar terhindar dari tindakan KKN.
Dan pada bidang pelayanan yang berhubungan langsung dengan masyarakat
diperlukan SDM yang ramah, komunikatif, cekatan, dan tentu saja bebas KKN,
sehingga tidak melakukan pemerasan atau pungli.
Semboyan untuk pegawai PLN |
Harapan #7 PLN Mengembangkan Sumber Listrik Alternatif
Saat ini sumber listrik
terbesar adalah dari tenaga air. Padahal
seperti kita tahu, banyak sumber energi listrik yang bisa dimanfaatkan di negara yang kaya akan sumber daya alam ini.
Indonesia sebagai negara tropis mendapatkan curahan cahaya matahari sepanjang tahun. Matahari bisa menjadi sumber energi alternatif dengan sistem panel-panel solar dan baterai yang bisa menyuplai listrik. Dalam waktu dekat biaya membangun pembangkit listrik matahari diperkirakan turun 40%. Ini adalah kesempatan bagi PLN sehingga dapat lebih serius mengupayakan membangun pembangkit listrik tenaga surya. Sebuah riset menunjukkan tenaga surya dapat memasok listrik 200 MW untuk Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Dan kabar baiknya lagi, investasi untuk pembangunan pembangkit tenaga surya sekitar Rp 5 trilyun akan akan balik modal setelah beroperasi selama 5 tahun, karena sama dengan mengurangi kebutuhan BBM senilai Rp 1 trilyun per tahun.
Panel listrik tenaga surya. Foto diambil dari sini |
Indonesia juga memiliki garis
pantai yang panjang dan hebusan angin yang kencang dari laut. Angin merupakan
sumber alternatif yang bisa dimanfaatkan dengan menggunakan kincir-kincir angin
seperti yang banyak ditemukan di negara Belanda. Angin adalah sumber energi
bersih, dan secara keseluruhan, memiliki
dampak lingkungan yang lebih sedikit karena tidak melepaskan emisi yang
mencemari udara dan air.
Kincir angin pembangkit listrik. Foto diambil dari sini. |
Indonesia juga banyak memiliki
gunung berapi yang potensial mengeluarkan panas bumi. Energi panas bumi bisa dimanfaatkan dengan membangun
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi. Dampak negatif pemanfaatan energi panas
bumi ini tehadap lingkungan bisa dikatakan tidak menimbulkan dampak negatif. Tidak ada emisi karbon, tidak ada hujan asam.
Sehingga menjadikan panas bumi sebagai sumber energi yang ramah lingkungan.
Dan Indonesia juga memiliki
jumlah penduduk besar dan setiap harinya menghasilkan tumpukan sampah. Sampah –sampah tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai bio gas yang juga menghasilkan
listrik.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi. Foto diambil dari sini |
Harapan #8 PLN Mengembangkan Sumber Bahan Bakar Alternatif
Saat ini PLN banyak menggunakan bahan bakar minyak untuk
membangkitkan energi listriknya. Padahal, seperti kita tahu, harga BBM
sangat tinggi dengan ketersediaan yang terbatas. Harga minyak yang melambung
berpengaruh pada kenaikan tariff dasar listrik.
Tidak hanya mengupayakan produksi
energi alternatif, PLN juga sudah saatnya beralih pada sumber bahan bakar alternatif
seperti batubara dan gas bumi.
Pemerintah mulai Mei 2012
memberlakukan kebijakan pelarangan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bagi
operasional pembangkit listrik baru sebagai satu gerakan penghematan dan
konversi BBM (sumber di sini). Berita gembiranya, PLN menargetkan semua
pembangkit listrik di Pulau Jawa tidak lagi memakai bahan bakar minyak mulai
tahun 2012 ini. PLN menargetkan pemakaian BBM turun dari 21,12 % tahun 2011
menjadi 10 % di tahun 2012 dan tahun
2012 menjai 1 % dari total campuran energi. Hal itu seiring mulai beroperasinya pembangkit
listrik tenaga uap dan penambahan pasokan gas untuk pembangkit. (sumber berita dari sini)
Saat ini, tiga pembangkit
listrik di Jawa masih memakai BBM, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap
(PLTGU) Muara Karang dan PLTGU Tanjung Priok di Jakarta, serta PLTGU Muara
Tawar di Bekasi, Jawa Barat. Diharapkan
mulai Agustus nanti, BBM tidak lagi digunakan untuk mengoperasikan PLTGU Muara
Karang dan PLTGU Tanjung Priok.
Harapan #9 PLN Memperbaiki
Struktur dan Berkomitmen pada Rakyat
Pemerintah telah mengesahkan
UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, menggantikan dengan UU yang
sebelumnya, UU No. 15 Tahun 1985.
Perbedaan yang mendasar adalah pelaku yang terlibat dalam penyediaan
tenaga listrik. Menurut pasal 11 ayat (1) UU 30 Tahun 2009, selain BUMN (PT.PLN), BUMD, badan usaha swasta, koperasi
dan swadaya masyarakat juga punya hak
yang sama dalam hal melakukan usaha penyediaan tenaga listrik.
Teorinya yang dikenal secara
umum, model kompetisi akan berpengaruh pada kinerja dan harga yang lebih
efisien daripada pasar monopoli. Pengelolaan secara monopoli telah lama dikoreksi dan mengarah pada terjadinya
restrukturisasi sektor energi
Indonesia
seperti dituangkan melalui UU No 30/2009 dan menjadi semangat
restrukturisasi. Keberadaan swasta dan pemerintah daerah dimaksudkan untuk tujuan membantu pemerintah
mencapai target pelayanan yang sulit dilakukan apabila PLN bekerja
sendirian. Namun, PLN sebagai
perpanjangan tangan dari Negara tetap menjadi pelaksana utama. Rakyat berharap, restrukturiasi yang mengarah
pada privatisasi tidak lantas berakhir pada
penjualan saham PLN kepada negara
lain.
Selain perbedaan yang di atas,
UU No. 30 Tahun 2009 juga mengatur regionalisasi penentuan tarif tenaga listrik
(pasal 34) dan jual-beli tenaga listrik dengan Negara lain (pasal 37 – pasal
41). Kembali, demi kepentingan rakyat
banyak, segala PLN menerapkan UU tersebut sebaik-baiknya. Semangat menciptakan badan yang bebas KKN menjadi
pokok pemikiran yang penting pada Hari Listrik Nasional yang ke 67 Tahun. Good Corporate Governance (GCG) harus ditegakkan
di setiap sudut PLN. Hal ini akan
memperbaiki sistem dan kinerja dari PLN.
Harapan#10 PLN Mencintai dan Dicintai Rakyat
Rakyat
sudah jelas tergantung dengan pasokan listrik dari PLN. Rakyat membutuhkan PLN.
Namun, apakah rakyat sudah mencintai PLN ? Urusan cinta dalam hal ini ini
sangat tergantung sikap dan pelayanan PLN dalam penyediaan listrik
nasional. Ajakan pada rakyat hemat energi
dibarengi dengan kestabilan dan pemerataan suplai listrik, ajakan untuk tidak
mencuri listrik dibarengi dengan tarif dasar listrik yang rasional, program
listrik pra bayar dibarengi dengan pemberantasan praktek KKN. Rakyat pasti dengan senang hati membantu gerakan-gerakan nasional yang memang positif, seperti hemat energi, hemat air, peduli keamanan kelistrikan dan lain sebagainya. Kuncinya, PLN harus berkomunikasi intensif dan merangkul rakyat.
PLN
memang tidak bisa berjalan sendiri.
Kerja PLN akan berjalan baik apabila didukung oleh rakyat dan
pemerintah. Karena itu saatnya PLN
merangkul rakyat, caranya, PLN meningkatkan pelayanan, aktif bersosialisasi dan
aktif berkomunikasi dengan rakyat.
Aku Percaya PLN Bisa!
Saya memang hanya pengguna listrik
yang hanya bisa berharap tanpa paham
teknis apa dan bagaimana listrik itu bisa sampai kita nikmati. Mungkin saya telah
menlontarkan harapan yang cukup tinggi.
Saya tahu, tidak semudah membalikkan telapak tangan karena ini adalah
hal besar dan melibatkan banyak pihak.
Namun, saya yakin, apabila PLN berusaha kuat mengatasi semua hambatan,
Insya Allah, harapan-harapan rakyat ini akan terwujud. Di tangan PLN lah kami
percayakan listrik untuk bangsa. Semoga, di tahun ke 67 ini PLN makin jaya dan melayani rakyat sebaik-baiknya.
keren tulisannya mbak Arin, apik banget dan penuh inspirasi. Good luck yaa ^_^
BalasHapusTerimakasih..amiiin... bisa posting karena listrik pas bisa diajak kompakan :))
HapusWah, ini lengkap sekali mbak'e. niat dan kreatif
BalasHapusTerimakasih. Ini sekaliaan melampiaskan uneg-uneg, Mas Agus... :)
Hapusklo sang master sudah datang.. tulisannya selalu kerennn :D
BalasHapusMaster?? Gubrak!! Hahaha...
HapusTerimakasih apresiasinya mba Hana, yuk meramaikan :)
Terimakasih sudah mampir mas Amat, semoga tulisan ini bermanfaat:)
BalasHapuslengkap bahasannya....kayaknay menang nich...:)
BalasHapusMakasih udah mampir...minimal dibaca PLN, kalo menang ya sesuatu banget deh, hehehe...
BalasHapusWuiiiih..komplit banget tulisannya mbak Arin. Udah gitu enak dibaca lagi
BalasHapusSemoga menang ya mbak :)
Thanks mba Fardelyn, saya mencoba mengumpulkan harapan-harapan untuk PLN, yg terkumpul "hanya" 10 point di atas. Mudah2an ini jadi bagian puzle dan bisa dikumpulkan dg harapan peserta lain, biar lebih komplit :)
BalasHapusbagus tulisannya mbak..enak bacanya, gampang dimengerti setiap kata-katanya..semoga menang ya :)
BalasHapusTerimakasih Mba Reeta, mudah dimengerti? Syukurlah, tulisan awam untuk sesama awam, pake bahasa yg mudah saja hehehe...
Hapusbu Arin klo udah nulis emang ok punya. mudah2an ga hanya di baca PLN saja. Bu, ikutan lomba ini juga bu : http://lombablogkpk.tempo.co/index/tanggal/0/Blog.html bukan soal menang kalah, tapi kepedulian kita buat berantas korupsi
BalasHapusYa mba Evrina, setuju, bentuk kepedulian blogger, kalo menang ya siapa nolak hehehe... Terimakasih udah mampir, seneng ditengokin juara blogdetik ;)
Hapuswaduh ibu siapa yg juara, malu dibilang gitu hehe, sy blm beres jg nulis buat KPK, bingung hehe
HapusLengkap, keren, banyak juga konsep baru untuk PLN, keep writing mbak
BalasHapusTulisannya sangat bertenaga, melebihi tenaga listrik. Layak menang. :D
BalasHapus