Terjadi sebuah dialog menarik antara
saya dan Cinta dalam perjalanan keliling kota akhir pekan kemaren.
Sambil menikmati Milkuat Tiger di mobil,
Cinta bertanya,
“Ma, kenapa di botol Milkuat tulisan Besi dan Zinc lebih besar dari yang lain?”
“Ma, kenapa di botol Milkuat tulisan Besi dan Zinc lebih besar dari yang lain?”
“Karena kedua nutrisi itu sangat penting
untuk pertumbuhan anak” jawab saya singkat.
“Ma, memangnya aku kurang gizi?” tanya Cinta lagi.
“Kenapa kamu bertanya begitu? ” saya
balik bertanya.
“Aku suka makan apa saja, kenapa masih
minum susu?” tanyanya lagi.
“Oh, itu untuk memastikan kebutuhan besi
dan zinc dalam tubuhmu terpenuhi.” Jawaban saya singkat lagi.
Cinta manggut-manggut walaupun mungkin
belum sepenuhnya paham. Biasanya pertanyaan Cinta beruntun sampai dia puas.
Namun tiba di lampu merah, obrolan kami terputus saat seorang pengamen kecil bernyanyi
di samping jendela mobil. Tak lama, Cinta bertanya,
“Ma, siapa saja yang boleh makan bergizi? Apakah anak yang sedang mengamen itu gizinya tercukupi?”
Gizi itu milik siapa? |
Saya terdiam sejenak. “Untuk menjawab
pertanyaan kritismu Mama perlu belajar lagi, Nak.”
Anak Indonesia, cukupkah gizimu?
Mari sejenak
kita lihat anak-anak di sekitar kita.
Di sebuah lapangan
dekat tempat tinggal kami, beberapa anak laki-laki sedang bermain bola.
Kepandaian mereka menggiring dan menendang bola bak pemain Timnas. Di antara
mereka, ada yang postur tubuhnya gemuk, kurus, tinggi dan pendek. Rambutnya ada
yang tebal, tipis, hitam dan coklat kemerahan. Kulitnya ada yang cukup bersih
dan mulus, namun tidak sedikit yang kusam, kering dan banyak bekas korengan.
Mereka semua tertawa, tenggelam dalam asyiknya permainan. Tidak terukur secara pasti mana anak yang
kurang atau kelebihan gizi tertentu.
Kita hanya bisa menebak dari ciri-ciri fisik luarnya.
Anak-anak pada usia
pertumbuhan membutuhkan nutrisi makro dan mikro. Nutrisi makro adalah nutrisi
yang dibutuhkan dalam jumlah besar, yaitu karbohidrat,
protein, kalsium dan lemak. Sedangkan yang
dimaksud dengan nutrisi mikro adalah nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah kecil
(kurang dari 100 mikrogram per hari), yaitu berupa vitamin dan mineral.
Walaupun sedikit, keberadaan nutrisi mikro dalam tubuh sangat penting. Dua
jenis nutrisi mikro yang sering ditemukan kurang dalam tubuh anak-anak adalah
zat besi dan zinc (seng). Kebutuhan zat
besi dan zinc ditentukan oleh jenis kelamin, usia dan berat badan anak. Anak-anak
seusia Cinta, yaitu dalam kisaran usia 4-8 tahun, membutuhkan kebutuhan zat
besi 10 mg/hari dan zinc 5mg/hari. Sementara anak usia 9-13 tahun membutuhkan
zat besi dan zinc masing-masing 8 mg/hari.
Terdapat beberapa fakta
terkait kebutuhan dan kecukupan zat besi dan zinc pada anak-anak Indonesia.
Berikut fakta-faktanya:
Fakta 1: Banyak Ibu Mengkuatirkan Problema Makan Anaknya
Ibu
mana yang tidak takut anaknya kurang gizi? Gizi sangat erat kaitannya dengan kesehatan
dan kecerdasan. Kekuatiran saya akan kecukupan gizi anak pernah saya bawa dalam
sebuah diskusi ibu-ibu dalam sebuah
grup facebook. Ternyata, masalah makan anak-anak bervariasi.
Kebanyakan ibu-ibu dipusingkan dengan
kebiasaan pilih-pilih makanan anak-anak mereka atau dikenal dengan istilah
picky eater.
Ibu Sukimah dari Malang bercerita “Rifqi
(7 tahun) perawakannya tinggi agak kurus.
Rifki kalau disuapi makannya banyak. Apalagi kalau lauknya ayam goreng
kesukaannya. Di luar jam makan, Rifki masih suka ngemil, misalnya sereal plus
susu. Herannya, kenapa badan Rifki susah gemuk ya?”
Faris anak dari Ibu Nunung Yuni
Anggraeni dari Bekasi tergolong picky eater. “Diantara teman-temannya Faris
tergolong kurus. Habisnya, dia nggak mau sayur sama sekali. Buahpun hanya mau
pisang. Lauk favoritnya ayam kecap, jadi
seminggu bisa 2-3 kali masak ayam kecap. Untungnya Faris masih mau minum susu
2-3 gelas sehari, jadi nutrisinya cukup tertolong” Hampir sama dengan Faris, Haya
(9 tahun) anak Bunda Susan Sriyani dari Jakarta agak pilih-pilih makanan.
Bedanya, Haya lebih memilih tempe dan tahu ketimbang ayam.
Lain lagi cerita Ibu Murti Yuliastuti
dari Depok “Saya kadang merasa bersalah saat Anggita nggak mau makan. Sebenarnya dia nggak picky eater, hanya saja karena
saya malas masak dan kurang kreatif jadi mungkin Anggita bosan. Menu masakan
saya berputar antara sop – bayam – sop – bayam terus. Untuk sarapan saya sering
memasak menu sarapan”sejuta umat”, yaitu nasi goreng. Resolusi saya tahun depan
ingin belajar memasak lebih kreatif.”
Mama Rina Susanti dari Bogor, punya cara sendiri menyiasati agar Azka (4 tahun) cukup nutrisi. Azka hanya mau sayur bayam, kebutuhan nutrisi dipasok dari jus buah dan susu serta membuat nuget sendiri dengan campuran wortel. Sementara itu, Mama Eka Candra Lina dari Bogor merasa senang anak-anaknya menyukai berbagai jenis makanan dan makan dengan lahap. Putrinya, Naurah (4 tahun) sedikit gemuk dengan berat badan 22 kg.
Itulah cerita para ibu tentang pola makan anak-anaknya. Memberi anak makanan berimbang ternyata gampang-gampang susah. Mereka kuatir kebutuhan besi dan zinc anak-anaknya.
Mama Rina Susanti dari Bogor, punya cara sendiri menyiasati agar Azka (4 tahun) cukup nutrisi. Azka hanya mau sayur bayam, kebutuhan nutrisi dipasok dari jus buah dan susu serta membuat nuget sendiri dengan campuran wortel. Sementara itu, Mama Eka Candra Lina dari Bogor merasa senang anak-anaknya menyukai berbagai jenis makanan dan makan dengan lahap. Putrinya, Naurah (4 tahun) sedikit gemuk dengan berat badan 22 kg.
Itulah cerita para ibu tentang pola makan anak-anaknya. Memberi anak makanan berimbang ternyata gampang-gampang susah. Mereka kuatir kebutuhan besi dan zinc anak-anaknya.
Ibu, orang pertama yang peduli gizi anak |
Fakta
2: Anak Picky Eater dan Food Neo Phobia
Sebabkan Kurang Zat Besi dan Zinc
Saat anak mulai makan makanan padat,
seringkali mengalami masa transisi yang diikuti dengan fase takut pada makanan
baru atau dikenal dengan istilah Food Neo Phobia. Biasanya, anak usia 2 tahun sedang pada masa
negativistik, yaitu masa dimana senang menolak perintah, termasuk diantaranya
perintah untuk makan sesuatu. Gabungan antara takut makanan baru dan suka
menolak perintah menyebabkan asupan gizinya tidak terpenuhi dengan baik. Anak hanya mau makan yang disukai saja.
Sebagian anak menyukai makanan yang
lembut dan empuk saja karena malas mengunyah. Anak terbiasa makan halus dari
bayi dan tidak segera diperkenalkan pada tahapan makanan padat selanjutnya.
Sebagian lagi menyukai rasa tertentu yaitu manis dan gurih, dan tidak menyukai
rasa lain misalnya asam dan segar. Ada
juga anak yang hanya mau makanan tertentu saja, misalnya hanya mau mie dan
roti. Dan yang umum adalah anak paling anti dengan sayur. Lidah mereka sensitif
jika menyentuh wortel atau brokoli. Kemudian anak menyingkirkan sayur-sayuran
itu pinggir piring dan diam-diam dibuang ke tempat sampah.
Pilih-pilih makanan
bukan semata disebabkan oleh ketidakmampuan anak menerima suatu makanan, namun
lebih dikarenakan faktor psikologi.
Sekali anak menyukai bentuk tertentu dia akan menyukainya terus
menerus. Ibu bisa menyiasati makanan
dengan menyajikan jenis bahan berbeda dengan bentuk sama. Misalnya anak
menyukai bakso, ibu dapat memasak olahan daging, ayam dan ikan dalam bentuk
bola-bola menyerupai bakso.
Fakta
3 : Hidden Hunger, Ancaman Kecukupan Besi dan Zinc
“Nggak mau tempe goreng dan sup.
Pokoknya nggak mauuu,” kata anak saat ibunya mengantarkan sepiring nasi sup dan
tempe goreng. Si ibu bingung. Anaknya pagi tadi hanya minum segelas susu. Eh,
siangnya tidak mau makan. Akhirnya si
Ibu menggorengkan beberapa potong nugget agar anaknya mau makan.
Tampaknya si ibu menyerah dan memberi anak makanan pengganti yang tidak
mengandung kecukupan gizi penting untuk pertumbuhan anak. Lama-kelamaan, kondisi ini bisa mengarah pada
hidden hunger, yaitu kondisi dimana anak kekukurangan vitamin dan mineral yang
merupakan zat gizi mikro.
Ajarkan anak memilih jajanan sehat |
Pengukuran berat badan berdasar usia tidak digunakan sebagai patokan
status gizi anak, melainkan ditentukan berdasarkan proporsi berat badan anak
dibandingkan berat badan idealnya, yang dihitung berdasar median berat
badan. Namun untuk lebih mudahnya,
ibu-ibu dapat memenuhi berat badan anak berdasar usia seperti dalam Kartu
Menuju Sehat (KMS) sebagai deteksi awal masalah pertumbuhan.
Fakta 4: Defisiensi Besi dan Zinc Anak Indonesia dalam
Angka
Apa yang terlihat
dari gambaran fisik ternyata tidak berbeda jauh dari fakta status gizi anak
Indonesia dalam angka. Banyak penelitian
yang menyimpulkan bahwa anak-anak Indonesia mengalami defisiensi (kekurangan)
gizi. Penelitian tahun 2011 oleh Departemen Gizi FK-UI terhadap 661 anak di SD
di Jakarta Timur menunjukkan bahwa 85% mendapatkan asupan zat besi kurang dari
80 % AKG dan 98,6 % mendapatkan asupan zinc kurang dari 80 % AKG.
Menurut Saptawati Bardosono, ahli gizi dari
Universitas Indonesia, dari penelitian terhadap 220 anak SD di Jakarta,
sebanyak 94,5 % kekurangan kalori dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG
1.800 kcal). Fakta lain menyebutkan dari sejumlah anak yang diteliti 40 % diantaranya
sering menderita infeksi tenggorokan, 56,4 % memiliki berat badan yang kurang, 35
% bertubuh pendek, 29,5% bertubuh kurus, dan 7,3% terindikasi gizi buruk. Endang
Dewi Lestari dari Universitas Sebelas Maret Solo menemukan kondisi serupa pada
anak sekolah dari keluarga kurang mampu di Solo. Yang menarik, 220 anak dari 10
SD yang diteliti semuanya mengalami kekurangan zinc. Angka lain disebutkan dalam
situs majalah Ayahbunda, bahwa di Indonesia, kejadian anemia pada balita 30-40%.
Angka-angka
mungkin berbeda, tergantung kapan penelitian dilakukan, oleh siapa dan pada
siapa. Namun benang merahnya jelas
terlihat, bahwa anak-anak Indonesia masih dalam kondisi kekurangan Besi dan
Zinc.
Fakta
5: Defisiensi Besi Berdampak Buruk pada
Anak
Menurunnya
kadar zat besi dalam tubuh akan menurunkan kadar hemoglobin dalam darah.
Kondisi ini dikenal dengan istilah anemia. Menurut
standar WHO, anak usia 6 bulan – 6 tahun kadar hemoglobin ideal adalah 11mg/dl,
dan 6-14 tahun kadar hemoglobin ideal adalah 12 mg/dl. Kurang dari angka
tersebut, anak-anak dinyatakan menderita anemia.
Hemoglobin
bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh untuk kelancaran proses metabolik.
Organ yang paling membutuhkan oksigen adalah otak. Karena itu, penurunan kadar hemoglobin
akan mengurangi kemampuan otak untuk berpikir, dengan kata lain, anak mengalami
gangguan kecerdasan. Hal ini berdampak
panjang pada gangguan perilaku anak, misalnya menjadi lebih mudah marah,
perasaannya sensitif, sulit memusatkan perhatian, dan lambat menerima
informasi. Anak
yang mengalami kekurangan zat besi menunjukkan gejala fisik pucat, lemah, lesu,
mudah lelah dan sering rewel.
Kekurangan zat besi bisa terjadi sejak
anak masih dalam kandungan. Hal ini dikarenakan sang ibu mengalami anemia. Kondisi ini biasanya terbawa saat anak lahir.
Saat bayi mulai mengenal makanan padat, kekurangan besi terjadi karena pola
makan yang kurang tepat. Peralihan konsumsi ASI ke susu sapi juga mengurangi
asupan zat besi karena besi dalam susu sapi tidak mudah di diserap tubuh
sebagaimana ASI. Seiring dengan
pertumbuhannya, bayi dan balita membutuhkan zat besi lebih banyak, sehingga
kejadian kekurangan zat besi meningkat pada usia anak-anak Intinya,
Fakta
6: Difisiensi Zinc = Problema Kesehatan Anak
Zinc atau zat seng adalah co-factor
sekitar 100 macam enzim yang berguna dalam metabolisme tubuh dan fungsi
imunitas tubuh. Zinc juga penting untuk kelancaran metabolisme protein, yaitu
proses sintesis DNA dan RNA. Zinc membantu fungsi perasa
dan penciuman, sehingga jika kandungan seng dalam tubuh tinggi, selera makannya
anak akan bagus. Kekurangan Zinc menyebabkan
anak mudah terserang terserang penyakit. Tanda-tanda anak yang
kekurangan zinc dilihat dari rata-rata pertumbuhan yang lambat, nafsu makan
menurun, jika terluka atau sakit lambat untuk sembuh, mudah lelah dan rambut
rontok.
Angka kecukupan zinc anak berbeda
tergantung tahapan usia dan jenis kelamin. Beberapa literatur seperti Office
Dietary Suplements National Institute of Health menyebtukan, kebutuhan zinc
pada bayi sekitar 3 mg/hari, anak usia 1-3 tahun sekitar 3 mg/hari, anak 4-8
tahun sekitar 5 mg/hari. Walaupun asupan yang diperlukan sedikit, tubuh tidak
mudah menyerap zinc, dari 2-14 mg/hari zinc yang dikonsumsi hanya 10-4-% saja
yang terserap.
Fakta
7: Zat Besi dan Zinc Versus Infeksi
Ketika putri saya sakit karena infeksi
bakteri, hemoglobinnya turun hingga
angka 8 mg/dl (nilai rujukan 10-11 mg/dl). Saya, ingin Cinta segera mendapatkan
pertolongan. Saya minta dokter meresepkan suplemen penambah darah. Lantas dokter memberikan 2 jenis obat, yaitu antibiotik
dan vitamin tambah darah Dengan catatan, antibiotik diberikan terlebih dahulu
agar infeksi berhenti, baru kemudian terapi tambah darah. Langkah ini dianjurkan karena saat terjadi
infeksi, bakteri juga menyerap hemoglobin sehingga kadarnya turun.
Antara
infeksi penyakit dan defisiensi besi dan zinc menjadi lingkaran sebab akibat
yang dapat terjadi terus menerus.
Kekurangan besi dan zinc dapat menyebabkan penurunan selera makan dan
imunitas tubuh, sehingga mengundang terjadinya infeksi penyakit. Sebaliknya, tubuh yang sakit dapat mengalami
penurunan kemampuan penyerapan nutrisi. Misalnya karena sakit anak sulit makan,
diare, muntah dan bahkan pendarahan.
Untuk mengatasinya harus disembuhkan dahulu sakitnya, sambil dilakukan
terapi gizi.
Fakta
8: Anak Orang Kaya Belum Tentu Cukup Besi dan Zinc
Bagi golongan mampu, membeli makanan
bukan hal yang sulit. Ketersediaan makanan tidak hanya cukup, bahkan berlebih. Sebagai
contoh, sebuah keluarga kaya, sang ibu mengisi kulkasnya dengan nugget, sosis,
daging asap siap saji, keju, susu, coklat, risoles siap saji dan aneka kue. Sayur dan buah juga tersedia, namun tidak
banyak. Sang ibu ingin anaknya gemuk,
dan benar saja, anaknya gemar makan dan gemuk. Ibu kaya yang lain ternyata
mengalami kasus berbeda. Di rumahnya tersedia aneka makanan, namun anaknya
pilih-pilih makan tingkat berat sehingga berat badannya kurang.
Baik anak yang gemuk maupun yang kurus tidak
bisa dipastikan memperoleh kecukupan zat besi dan zinc dari asupan
makanannya. Karena kedua zat itu adalah unsur
mikro yang kecukupannya tidak ditandai dengan berat badan dan kuantitas
makanan, melainkan dari kualitas makanan. Anak yang gemuk sudah pasti cukup nutrisi
makro, bahkan berlebih. Sedangkan anak yang kurus kurang gizi karena picky
eater. Kedua kasus di atas menunjukkan bahwa walaupun kemampuan ekonomi
berkorelasi positif pada kecukupan besi dan zinc, namun tidak semuanya berlaku
demikian, faktor anak memegang peranan penting.
Fakta 9: Anak Golongan Kurang Mampu Lebih Banyak
Mengalami Defisiensi Zat Besi dan Zinc
Anak dari golongan mampu mungkin hanya
mengalami masalah picky eater dan pilihan makanan. Mereka masih bisa memilih. Sedangkan
anak dari golongan kurang mampu selain mengalami masalah picky eater juga
dihadapkan pada rendahnya daya beli dan ketersediaan makanan. Jangankan untuk memilih, untuk membeli saja
sulit. Jangankan untuk memenuhi nutrisi, untuk bisa makan saja sulit.
Pada
masyarakat ekonomi kelas bawah, mereka umumnya lebih mementingkan kuantitas
makanan, tanpa peduli kualitas gizinya baik atau buruk. Disini
perlu adanya kampanye gizi seimbang tidak selalu mahal.
Bagi keluarga yang tidak mampu, bisa menyiasatinya dengan mengganti
bahan mahal dengan bahan murah yang kandungan gizinya setara. Contohnya
mengganti daging dengan tempe dan telur, memilih jenis sayuran dan buah lokal,
menanam sendiri sayuran di pekarangan dan mengurangi jajan anak-anak, diganti
dengan jajanan sehat misalnya susu Milkuat.
Fakta
10: Peran Orangtua Membantu Asupan Besi Dan Zinc
Jumlah asupan gizi pada anak sangat
tergantung pada pengetahuan orangtua tentang gizi, pemilihan jenis makanan,
upaya mencukupi asupan, hingga kreativitas cara penyajian. Masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih diuntungkan
dalam hal akses informasi daripada masyarakat daerah. Karena itu, kita berharap pada perpanjangan
tenaga kesehatan agar bisa sampai ke pelosok negeri, melalui puskesmas dan
posyandu. Orang
tua sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kesehatan anak atau
status gizi anaknya hendaknya dapat mengawasi pola makanan atau jajanan yang
dipilih oleh anaknya. Perhatian dari kedua orang tua sangat diperlukan terutama
pada pemilihan jajanan dan makanan
kesukaannya.
Peran keluarga penting karena anak adalah peniru ulung. Penelitian membuktikan orang tua pemilih makanan berkorelasi positif dg perilaku makan anak. Kebiasaan makan yang baik dimulai dari lingkungan keluarga. Makan bersama akan membuat suasana makan menyenangkan, tidak masalah apakah itu di meja makan atau di atas tikar yang digelar di lantai. Saat makan, anak akan senang jika diberi kebebasan menyendok sendiri walaupun berantakan. Dengan membiarkannya menyendok sendiri, diharapkan kemauan anak mencoba berbagai jenis makanan akan terasah.
Kreatifitas
orangtua juga diperlukan, misalnya dengan menyajikan telur dadar dalam bentuk
irisan panjang seperti mie, membentuk tempe goreng dengan potongan segitiga,
menghias nasi dengan wortel, atau mengukus nasi dengan wortel atau bayam yang
dihaluskan. Variasi menu sehari-hari dengan
bahan makanan berbeda menjamin terpenuhinya gizi anak. Agar ibu lebih kreatif, tidak ada salahnya Ibu
aktif dalam perkumpulan ibu-ibu dan mengikuti kegiatan belajar memasak dan
menghias makanan.
Satu hal yang sering dilupakan oleh orangtua, bahwa anak mempunyai kapasitas perut yang terbatas. Anak mudah kenyang karena lambungnya kecil. Karena itu penting bagi orangtua untuk menyajikan makanan dalam porsi kecil namun sering, dan mengenali kapan saat anak benar-benar lapar. Pemaksaan saat kegiatan makan berlangsung dapat membuat anak trauma dan malah enggan makan.
Satu hal yang sering dilupakan oleh orangtua, bahwa anak mempunyai kapasitas perut yang terbatas. Anak mudah kenyang karena lambungnya kecil. Karena itu penting bagi orangtua untuk menyajikan makanan dalam porsi kecil namun sering, dan mengenali kapan saat anak benar-benar lapar. Pemaksaan saat kegiatan makan berlangsung dapat membuat anak trauma dan malah enggan makan.
Di Dept. Gizi Masyarakat IPB saya bisa berkonsultasi masalah gizi anak. |
Fakta 11 : Sekolah Berperan Mencegah Difisiensi Zat
Besi dan Zinc
Peran guru
juga dibutuhkan dalam menanamkan kebiasaan makan yang baik. Kebiasaan baik ini diantaranya
mau makan buah dan sayur, mencuci tangan sebelum makan, makan tidak berbicara dan
makan sambil duduk di meja makan. Anak
biasanya lebih mudah menerima penjelasan dari guru daripada dari orangtuanya.
Selain itu, peran guru disekolah diperlukan untuk mengawasi jajanan anak-anak.
Sekolah seharusnya menyeleksi jenis makanan yang boleh dijual di sekolah.
Anak suka
makan bersama dengan teman-temannya.
Saat makan siang di sekolah, adalah saat yang tepat untuk memaksimalkan
menu makanan anak. Orangtua bisa
membekali anak dengan bekal makan siang komplit dan biarlah anak-anak makan
bersama teman-temannya di sekolah.
Kebetulan, anak-anak
saya hampir tidak pernah makan siang di rumah.
Si Kakak makan di sekolahnya, si Adik makan di penitipan anak. Acara makan siang ini menjadi “penyelamat”
kebutuhan gizi anak-anak karena biasanya menu sarapan tidak lengkap dan tidak
banyak. Selain itu, suasana makan siang bersama
teman-temannya membuat anak makan dengan lahap.
Fakta 12: Fortifikasi Zat Besi
dan Zinc Mencegah Defisiensi Gizi.
Pada tingkat
difisiensi ringan, kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan perbaikan pola
makan. Sedangkan pada tingkat berat harus dilakukan suplementasi hingga
transfusi darah, tergantung indikasi medis yang menyertainya. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang telah
difortifikasi (ditambahkan) besi dan zinc sangat membantu kecukupan kedua
nutrisi tersebut. Cara ini banyak dipilih mengingat banyaknyaknya jumlah dan jenis makanan yang harus
dikonsumsi, sementara kemampuan makan anak tidak besar, maka kebutuhan besi dan
zinc dapat dilakukan dengan menambahkan zat tersebut pada makanan kesukaannya.
Misalnya adalah dengan memberikan susu yang telah ditambahkan ekstra zat besi
dan zinc ke dalamnya. Suplemen zat besi
diberikan pada semua anak dengan prioritas usia balita (0-5 tahun), terutama
usia 0-2 tahun untuk mencegah kekurangan zat besi sebelum terjadinya anemia.
Yuk, Cukupi Kebutuhan Zat Besi dan Zinc
Anak
memerlukan pendekatan yang baik agar mau mengkonsumsi makanan sesuai
kebutuhan. Gizi seimbang memenuhi kebutuhan si kecil akan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, air dan mineral. Prinsip gizi seimbang ada 3 yaitu seimbang, variatif, dan cukup. Seimbang artinya dalam satu kali makan diberikan kelima jenis sumber gizi. Variatif artinya menyajikan bermacam
jenis makanan pada anak sehingga antar jenis makanan berbeda saling melengkapi kebutuhan
nutrisi anak. Cukup artinya tidak berlebihan juga tidak kurang, misalnya dalam
pemberian gula, garam dan lemak.
Kebutuhan
besi dan zinc dapat diperoleh dari jenis kacang-kacangan, sayuran hijau,
sayuran berwarna, buah-buahan segar, daging tanpa lemak, hati dan ikan. Saat
memasak, sebaiknya bahan makanan tidak dimasak terlalu matang. Makanan,
terutama kacang-kacangan yang dipanggang, dikukus, atau direbus terlalu lama
dapat mengurangi kandungan zinc hingga separuhnya. Jika anak kurang suka makan daging, tambahkan
kacang-kacangan untuk mendongkrak jumlah zinc. Sekali lagi, jangan memasaknya
terlalu lama agar kandungan zinc tidak larut.
Ada beberapa makanan yang sebaiknya tidak dimakan bersamaan dengan sumber
zat besi karena dapat mengurangi penyerapannya, misalnya teh dan kopi. Sedangkan
beras merah sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan makanan yang mengandung
zinc. Memang tidak mudah untuk
benar-benar mengikuti aturan ini. Cara
menyiasatinya adalah tidak memakan makanan tersebut dalam waktu bersamaan, atau
memakannya dalam porsi lebih banyak.
Ayo, Penuhi Gizi Anak Indonesia !! |
Peduli Gizi Anak Indonesia
Gizi anak bangsa adalah hal utama, karena pada merekalah kita banyak berharap bisa membawa bangsa ini ke arah lebih baik. Persoalan gizi anak, termasuk
diantaranya kekurangan zat besi dan zinc sebenarnya dari banyak aspek yang
terjadi di negeri ini, di antaranya dampak krisis ekonomi, kekurangan pangan,
dan problema sosial yang kompleks. Fakta-fakta di atas saya tuliskan dari
kacamata ibu dan keluarga, dimana kita sering melihat langsung kondisi dan
dampak kekurangan zat besi dan zinc.
Terus terang, saya belum bisa berbuat banyak untuk membantu mengatasi
persoalan gizi anak di Indonesia.
Bagaimana jika kita mulai dari
lingkungan di sekitar kita. Mari kita mulai dari anak sendiri. Jika memungkinkan,
kita bantu anak-anak tetangga, setidaknya dengan memberikan sedikit pengertian
tentang gizi. Kepedulian sosial saya pikir adalah cara yang damai dan bisa
dimulai dari level manapun.
Kepedulian Kita untuk Anak Indonesia |
Referensi :
http://asacinta.blogspot.co.id/2016/06/rahasia-asa-pintar-bercerita.html
Wawancara pribadi dengan Ibu Sukimah Yono, Nunung Yuni, Susan Sriyani, Eka Candra Lina, Rina Susanti dan Murti Yuliastuti
Special thanks to Lentera Saka, sebagai model tamu.
Seluruh foto dalam blog ini adalah koleksi pribadi.
http://asacinta.blogspot.co.id/2016/06/rahasia-asa-pintar-bercerita.html
www.ayahbunda.co.id
http://pickyeaterschild.wordpress.com/2012/10/24/kebutuhan-mikronutrien-dan-dampak-kekurangannya-pada-anak/
http://ilmu27.blogspot.com/2012/09/makalah-permasalahan-gizi-pada-anak.html
http://health.kompas.com/read/2012/08/01/20314692/Jangan.Sampai.Anak.Kekurangan.Zinc
http://health.kompas.com/read/2012/08/01/20314692/Jangan.Sampai.Anak.Kekurangan.Zinc
Wawancara pribadi dengan Ibu Sukimah Yono, Nunung Yuni, Susan Sriyani, Eka Candra Lina, Rina Susanti dan Murti Yuliastuti
Special thanks to Lentera Saka, sebagai model tamu.
Seluruh foto dalam blog ini adalah koleksi pribadi.
Tulisan ini diikutkan dalam final lomba menulis blog Milkuat - Viva log
http://log.viva.co.id/news/read/378713-problematika-kekurangan-zat-gizi-anak-indonesia
http://log.viva.co.id/news/read/378713-problematika-kekurangan-zat-gizi-anak-indonesia
Alhmadulillah, sangat informatif dan bermanfaat, semoga menjadi pemenang bunda. :). Amin.
BalasHapusProblema makan anak memang meminta kesabaran lebih ya :)
HapusBetul bunda, tinggal pintar-pintar sang ibu untuk mengolah masakan dimana anak bisa suka dan rajin maemnya :). Jadinya mengolah makanan yang bergizi dan gak kekurangan zat mikro wajib diperhatikan oleh ibu. Untung ada susu Milkuat ya bunda.. Memang milkuat selain sarat gizi, rasanya juga gurih, saya pernah nyoba bunda :).
BalasHapusWah selamat dulu ya bunda. Feeling saya bunda bakalan menang lagi. Tetaplah menginspirasi ya bunda. "Salam kemenangan berkelimpahan." Selamat tahun baru 2013. SEMOGA semuanya lebih baik. Amin.
Terimakasih mba Nilam, met tahun baru juga ya. Sukses..
HapusTulisannya bagus mba...detail, runut dan sangat informatif. semoga menang, sukses terus buat mba Arin...:-)
BalasHapusSeneng kalo bisa manfaat. Makasih mba Nurul, met tahun baru :)
Hapushorey...ada foto saya...thank u ya...n semoga menang mba kontesnya...:)
BalasHapusThank you testimoninya ya. Amiiiin doanya
HapusInfonya runut dari A to Z, foto-fotonya lengkap, wawancaranya okey, dibahas dengan bahasa yang mudah dipahami itu ciri khas mb Arin-Murtiyarini banget. Aku Yakin kali ini tablet dalam genggamanmu. Bismillah deh Go Arin Go Arin Go ^_*
BalasHapusAlhamdulillah....
Hapuspaham ya baca tulisan diatas? kalau gak paham berarti penulis gagal menyampaikan maksud hehehe
Kayanya menang lagi nih mbak... Detail dan lengkap!
BalasHapusAmin, semoga juri setuju dengan mak Dina :)
HapusSebenarnya nggak pengen panjang2, tapi ternyata problem anak ini kalau dibahas bisa panjaaaang...segini aja udah bingung ngeditnya, semua informasi penting
tulisannya enak di baca mbak.. semoga menang ya :)
BalasHapusMakasih Mak Myra..amiiiin.... :)
HapusInfonya lengkap buangetttttt
BalasHapusjadi terinspirasi soal gizi dan susu sehat
Foto pendukung yang buanyakkk, menandakan kalau tulisan ini ditulis dengan riset yang sepenuh hati, jadi info yang ada di sini bisa dipertanggungjawabkan kebenaran dan manfaatnya.
Good luck mbak Arin :)
Sepenuh hati...iya bener, sepenuh hati.. ;)
HapusBu Arin, artikelnya bagus :). Ibu dosen di IPB ya? saya kebetulan alumni IPB nih bu, angkatan 35. Kebetulan sy salah satu nominator juga. Salam kenal ya bu..:)
BalasHapussalam kenal kembali. Aku admin di proteksi tanaman. Mba Ririn fakultas apa?
Hapussaya di Fapet bu jur. SEIP, dan baru 'ngeh' juga euy bu Arin member di grup IIDN ya? :) sy juga member tp ga aktif cuma jadi silent reader aja...:)
HapusIya, dulu aktif di IIDN. Selain disitu, sekarang aktif di Kumpulan Emak2 Blogger. Sudah gabung belum?
Hapusbelum bu, oo..pantesan ada mbk myra, blio tmn FB saya, sy baru gebung di warung blogger...sy juga masih bnyk belajar nih bu, ok nnti sy mau gabung. Thnaks bu..:)
HapusWah, keren pembahasannya mba. Salut dengan mba Arin. Semoga menang ya. Amin
BalasHapusTerimakasih mba, kebetulan topiknya "aku" banget, tentang urusan anak yang memang jadi pikiran sehari-hari heheh..
HapusAku baru nengok blog mu teh arin... rame ya... blognya cantik dan mendidik. Secantik dirimu. Dan setelah kubaca artikel ini...
BalasHapusArtikel yang sangat informatif teh arin.. keren, lengkap dan runut sekali. Dengan membacanya, bisa ditebak bahwa penulisan artikel ini sangat hati-hati dan detail... riset dan data yang disajikan maksimal. Sangat bermanfaat teh Arin. Semoga menang deh teteh yang cantik... muaachh... :)*kedip-kedip
Blog ini sebenarnya design sederhana, yg rame postingannya mba Jannah. Senang kalau artikel ini bermanfaat. Makasih yaaa...*kedip balik
Hapusmba bagus bgttttt......bak seorang pakar gizi dan kesehatan,top markotop dah...
BalasHapusThank you...berusaha jadi ibu yg paham, walaupun prakteknya syusyaaaah banget :)
BalasHapusSemoga menang lagi. kapan nih pengumumannya?h2c ya
BalasHapusAmiiin...pengumuman tgl 5. Iya H2P harap2 pasrah hahaha...secara yg lain banyak datanya, sementara aku main di logika aja :)
HapusSy jg minim data Mba. http://imamuhidate.blogspot.com/2012/12/belajar-cerdas-dari-bangsa-eropa-dan.html
HapusHalo mas Imam, tulisannya inspiratif & khas banget.
HapusWalau minim data angka, tetap berharap pesannya bisa diterima pembaca :)
Menganggumi tulisannya... juga orangnya
BalasHapusAlhamdulillah...terimakasih *tersipu malu
BalasHapusInsyaallah juara ini mbak Arin :)
BalasHapusAmin, tapi aku gak pede mba Dwi ^^
BalasHapusWah...saya sudah gabung di IIDN & Emak2 Blogger tapi kurang aktif.
BalasHapusSaking kebanyakan ikut komunitas jadi bingung bagi waktunya deh hihihi.
Terkadang orangtua menganggap anak baik-baik saja karena tidak terlihat sakit. Padahal sebenarnya kekurangan zat besi & zinc ini tidak saja mempengaruhi kesehatan namun juga tumbuh kembang anak. Untung saja, saya langganan ke Markas Sehat untuk konsultasi, jadi banyak mendapat masukan dari dokter2 di sana.
What a nice article^^
Informatif, Bun.. Bahasanya juga enak dan mudah dipahami... semoga jadi pemenang
BalasHapus