Sebuah Review Buku
Judul : Cerita Di Balik Noda
Penulis : Fira Basuki
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) kerjasama dengan Rinso, PT. Unilever Indonesia
Cetakan : Pertama, Januari 2013
ISBN : 978-979-91-0525-7
Tebal : 234 Halaman
Harga : Rp. 40.000,-
Bagaimana noda bisa menginspirasi jiwa? Noda identik dengan kotor. Dalam arti kiasan, noda bermakna kesalahan atau aib seseorang. Namun, dalam buku "Cerita Di Balik Noda" karya Fira Basuki kita akan menemukan 42 kisah tentang 'noda' yang menginspirasi.
Rekam karya Fira sebagai penulis puluhan buku best seller menjadi jaminan bahwa buku ini akan mampu memikat pembaca. Empat kisah merupakan tulisan Fira Basuki, 38 kisah lain adalah hasil seleksi lomba menulis yang diadakan oleh merk ditergen, Rinso. Walaupun diselenggarakan oleh Rinso, cerita dalam buku ini tidak melulu masalah cuci-mencuci kain. Ada banyak latar belakang kisah, alur penuturan, karakter tokoh dan tema yang mengantarkan cerita-cerita menjadi bervariasi, jauh dari kata membosankan. Fira berhasil menulisnya ulang dan meramu dalam sebuah buku yang ringan namun sarat hikmah.
Sebagian besar cerita ditulis berdasarkan pengalaman ibu dan anak. Kisah-kisah antara mereka menyadarkan betapa anak-anak adalah sumber kebijaksanaan hidup. Dan Ibu sebagai orang terdekat anak adalah orang yang mampu merekam kisah mereka. Fira mengaku, dirinya seolah bergelut dalam pekerjaan rumah tangga sehari-hari dan merasakan gairah sebagai seorang ibu saat mengembangkan dan menulis ulang kisah-kisah tersebut.
Cerita-cerita tentang noda dalam buku ini secara garis besar bisa dimaknai dalam beberapa nilai. Noda menggambarkan keberanian dan pembebasan untuk bereskplorasi. Rayhan's Pet Society (hlm.101) menceritakan tentang seorang anak yang rela berkotor-kotor demi memelihara beberapa hewan peliharaannya. Diceritakan juga betapa bermaknanya kegiatan belajar memasak bagi seorang gadis bernama Nisa dalam cerita Koki Cilik walaupun akibatnya dia terkena noda bahan-bahan pembuat kue (hlm. 106)
Hikmah lain dibalik noda adalah nilai kepedulian sosial, tolong menolong dan cinta. Beberapa judul seperti Celengan (hlm. 29), Nasi Bungkus Cinta (hlm. 38), Imlek Buat Lela (hlm. 141) dan banyak lagi, menceritakan tentang noda-noda yang menyertai mereka setelah menolong sesama. Sangat menginspirasi, anak-anak yang masih polos mempunyai ketulusan hati untuk menolong dan bergerak spontan bahkan tanpa memedulikan noda lumpur, kotoran, air, atau cat yang mengenainya.
Noda - noda banyak menyertai kisah-kisah keluarga yang penuh kenangan dan cinta yang mengharukan. Seperti pada cerita berjudul Sarung Ayah (hlm. 55), tentang sarung milik ayah yang telah meninggal dan dipertahankan untuk tidak dicuci. Atau pada cerita berjudul Foto (hlm. 17) tentang cinta suami tersimpan begitu dalam pada istri. Dan pada judul Pohon Kenangan (hlm. 77), menceritakan tentang pohon yang ditanam milik sebuah keluarga dan menyimpan berjuta kenangan bermakna. Perasaan pembaca akan dibawa dalam suasana haru, menegaskan kembali betapa kehadiran cinta sangat bermakna dalam sebuah keluarga.
Beberapa judul mengantarkan kisah tak lazim dan unik namun dengan nilai yang sering terjadi di masyarakat Indonesa. Mungkin sebagian masyarakat tahu tentang hubungan menolong Kucing dan Rezeki (hlm. 151) seperti yang dilakukan oleh Azka. Pintu portal rezeki seakan terbuka bagi Azka dan keluarganya karena mau menguburkan kucing yang telah mati tanpa takut berkotor-kotor. Judul Siluman Tikus (hal 67) dan Tulisan di Kain Sprei (hlm 33) mengajarkan agar kita untuk membersihkan hati dengan tidak menjauhi atau berprasangka pada seseorang hanya karena kondisi fisiknya, tampak misterius, suka menyendiri dan penampilan kotor.
Bentuk buku berupa antologi (kumpulan cerita pendek) memudahkan kita untuk menikmatinya. Pembaca bisa memilih judul yang menurutnya paling menarik baik di awal, tengah atau akhir tanpa merasa terpotong atau melompati alur. Kalaupun ada beberapa kesalahan dalam editing masih bisa dimaklumi, seperti salah penyebutan nama tokoh pada halaman 58 dalam cerita "Sarung Ayah" dan halaman 144 pada cerita "Imlek Buat Lela" . Sejauh ini pembaca masih dapat menangkap makna cerita.
Penulisan ulang oleh Fira Basuki tidak mengubah gaya penulisan masing-masing cerita sehingga menghadirkan kekuatan dan kekayaan karakter-karakter dalam buku. Pembaca akan banyak menemukan kejutan-kejutan dalam alur cerita, namun kemudian diakhiri dengan helaan napas lega serta menuai hikmah dibalik cerita. Buku bercover putih dengan gambar percikan noda ini secara keseluruhan sangat menarik.
42 kisah inspiratif, seribu hikmah dibalik noda. Hidup semakin kaya saat kita bersentuhan dengan noda. Laksana baju kotor, ketika noda dicuci manusia ibaratkan memasuki lembaran baru, harapan baru. Buku Cerita di Balik Noda ini mengajarkan pada kita bahwa "Berani Kotor itu Baik".
Tulisan ini dimuat di Koran Jakarta edisi 4 Mei 2013
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/118648
Komentar
Posting Komentar