Cerita kelam tahun 2007.
Suatu hari di usia 20 bulan, Cinta mengalami demam tinggi. Tidak ada gejala lain menyertai.Tidak juga batuk-pilek yang biasanya datang. Hari kedua saya membawanya ke Dokter. Dari tes darah rutin Dokter menduga adanya virus karena leukositnya normal. Dokter meresepkan suplemen peningkat sistem imun.
Hari ke empat, Cinta masih demam. Suami saya (Ari Budiawan, usia 33 saat itu) mengambil cuti agar bisa menemani saya yang mengurus Cinta. Dokter kembali melakukan tes darah rutin untuk melihat kemungkinan trombosit turun karena demam berdarah. Saya pun sudah bersiap-siap apabila Cinta harus opname. Ternyata trombosit Cinta normal ! Dokter menenangkan kami, menurutnya ada kemungkinan Cinta sedang tumbuh gigi gerahamnya.
Hari ke empat, Cinta masih demam. Suami saya (Ari Budiawan, usia 33 saat itu) mengambil cuti agar bisa menemani saya yang mengurus Cinta. Dokter kembali melakukan tes darah rutin untuk melihat kemungkinan trombosit turun karena demam berdarah. Saya pun sudah bersiap-siap apabila Cinta harus opname. Ternyata trombosit Cinta normal ! Dokter menenangkan kami, menurutnya ada kemungkinan Cinta sedang tumbuh gigi gerahamnya.
Hari ke tujuh, demam belum turun. Cinta yang memang kurus, tampak semakin kurus. Nafsu makannya turun. Beberapa kali muntah dan air yang keluar sangat panas. Kunjungan berikutnya, Dokter melakukan tes widal untuk melihat kemungkinan demam tifoid, tetapi hasilnya negatif.
Kami kian bertanya-tanya, apa sebenarnya sakit Cinta ini. Hari ke sembilan, kami pergi ke dokter lain. Dokter kedua ini memberikan antibiotik untuk mengobati kemungkinan adanya infeksi bakteri. Dokter juga menyatakan belum perlu opname.
Cinta hanya mau digendong. Tidurnya gelisah. Jika panasnya tinggi (mencapai 40ºC) Cinta sering berhalusinasi, teriak-teriak seperti melihat sesuatu yang menakutkan Setiap usai memberi obat penurun panas, saya selalu berharap suhunya akan kembali normal. Namun harapan itu hilang ketika 4 jam kemudian badan Cinta menghangat lagi. Berarti infeksi masih terjadi.
Memang obat penurun panasnya hanya efektif selama 4 jam. Saya menunda pemberiannya hingga 5 jam, untuk menghindarkan overdosis. Sepertinya Cinta sudah bosan diberi obat, dia tidak lagi melawan, melainkan pasrah sambil menangis. Hati saya dan suami pun menjerit setiap kali harus melakukan ini.
Menjelang subuh, Cinta menggigil dalam gendongan saya. Semula di hari ke 10 itu kami akan ke pengobatan alternatif karena bingung harus kemana lagi. Namun, intuisi saya mengatakan Cinta harus opname saat itu juga. Kondisinya terlihat lemah dan bibirnya membiru. Apapun sakitnya, yang penting Cinta segera diinfus ! Kami membawanya ke UGD sebuah rumah sakit di Bogor. Kemudian atas saran teman, kami memindahkan Cinta ke RSAB Harapan Kita sore harinya. Kami ingin Cinta diperiksa secara menyeluruh.
Tengah malam, Dokter membangunkan kami. Penjelasannya bagaikan petir menyambar ” Anak anda terkena infeksi darah karena pneumokokus. Infeksinya sudah menyebar ke seluruh tubuh, dan mengalami sepsis, yaitu kondisi dimana bebarapa fungsi organ terganggu, terutama lever nya”. Dokter menjelaskan bahwa tingkat keparahannya sudah tinggi. Kami lemas mendengarnya. Saya hanya bisa menangis. ”Apa kemungkinan terburuknya dokter ?” Dokter menjawab hanya dengan gerakan tangan memegang kepala Cinta. Ya Allah...apakah aku akan membawa pulang Cinta dengan keadan normal seperti sebelumnya ? ”Cinta kuat ya...”begitu bisik saya didekat telinganya.
Hari ke 11, Cinta mendapat tranfusi darah sebanyak 2 kantong karena Hb nya turun hingga 6 gram/dl (normal 11-13 gram/dl). Saat menyaksikan darah pertama menetes memasuki lengan mungilnya saya bertakbir lirih ”Allahu akbar..Allahu akbar..engkaulah yang kuasa menyembuhkan”
Selain antibiotik yang dimasukkan melalui infus, Dokter meminta suamiku membeli imunoglobulin untuk menambah antibodi dalam tubuh Cinta. Imunoglobulin ini biasanya untuk penyembuhan penyakit Demam Kawasaki. Suamiku memesannya dari supplier obat sebanyak 2 botol. Harganya sekitar 2 juta rupiah perbotol.
Hari ke13, Cinta menjalani pemeriksaan rontgen, USG dan tes mantoux. Demamnya masih belum turun. Dokter meminta kami bersabar. Cinta juga menjalani pemeriksaan THT. Dari sini diketahui ada benjolan di dalam telingan kanannya. Dokterpun memecahkan benjolan itu.
Keajaiban yang kutunggu selama ini datang. Demam Cinta turun pada hari ke 14. Suhu tubuhnya sekarang 37º C. Dokter meminta kami menunggu hingga 2 hari hingga suhu tubuhnya stabil, baru memperbolehkan Cinta pulang.
Alhamdulillah, anakku bagaikan terlahir kembali. Kami mengadakan syukuran bubur merah putih menyambut kehadiran Cinta di rumah. Kondisi Cinta belum pulih benar, masih sempoyongan dan jatuh kalau jalan. Seminggu kemudian barulah Cinta lancar lagi jalannya.
Setelah sembuh, Cinta makannya lahab. Dokter masih memberikan vitamin untuk lever berupa riboflavin dan curcuma. Kami juga diwajibkan mengejar ketinggalan berat badan Cinta hingga sesuai. Dalam 1 bulan bb Cinta naik 2 kg. Sejak kejadian itu saya sangat menjaga asupan gizinya dan segera berkonsultasi jika Cinta mendadak tidak nafsu makan. Dengan berat badan cukup terbukti Cinta jarang sakit. Saya juga melengkapi imunisasinya, saat Cinta sakit dulu, dia belum mendapatkan imunisasi IPD.
*****
Agar Para Orangtua Paham mengenai IPD
Berangkat dari pengalaman itu, saya menulisnya untuk majalah Ayahbunda. Link Berbagi Pengalaman Bersama Ayahbunda.
Cerita tersebut dibaca oleh Dokter Tessa dari Wyeth. Dari situ beliau mengontak saya dan meminta saya untuk menjadi narasumber dalam beberapa seminar yang diadakan di rumah sakit di Jakarta. Kemudian tahun 2009-2010, iklan vaksin Pneumokokus dari Wyeth beredar di media cetak, seperti Ayahbunda, Parenting Indonesia, Mother and Baby Indonesia, Tumbuh Kembang, Parents Guide Indonesia dan Parents Indonesia. Iklan ini mengangkat cerita tentang putri saya. Senang bisa berbagi pengalaman ke banyak orangtua melalui iklan dari Wyeth.
Bakteri Pneumokokus sejak tahun 2000 an, kini kian mencuat namanya, sejak disosialisasikan ke publik adanya penyakit Invasive Pneumococcal Desease (IPD). Saya sendiri baru mengenalnya tahun 2007 melalui majalah dan belum tahu tentang adanya vaksin untuk anak. Hingga pada saat anak saya, Cinta yang saat itu berusia 2 tahun terjangkit.
Sebelumnya, penyakit ini belum dikenal masyarakat dan disamakan dengan gejala flu biasa. Dalam banyak kasus, IPD dapat menyebabkan kematian bayi dan balita dengan efek yang sangat luas, mulai dari radang paru, radang otak, kelumpuhan, infeksi darah dan kerusakan organ. Batuk pilek menjadi gejala yang umum dan sering disamakan dengan flu. Gejala yang lebih spesifik lagi adalah munculnya demam tinggi hingga 39 derajat celcius.
Beberapa kasus yang saya dengar, orangtua tidak menyadari serangan penyakit ini. Anaknya yang batuk-pilek-demam tidak segera mendapatkan diagnosa dan perawatan yang tepat sehingga terlambat untuk diselamatkan. Pengalaman saya pada tahun 2007, ketika Cinta terserang IPD menjadikan saya begitu berhati-hati terhadap setiap gejala penyakit yang muncul. Bersyukur Cinta berhasil melalui penyakit berbahaya itu.
Apa yang harus Ibu ketahui tentang Penyakit Pneumokokus (IPD) ?
1. IPD disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae (Pneumokokus)
2. Bakteri hidup secara normal di rongga hidung dan tenggorokan
3. Penularannya melalui percikan ludah ketika berbicara, batuk dan bersin
4. Pada kondisi tubuh kurang fit, penyakit ini mudah menjangkit.
5. Penyakit ini berakibat fatal dan dapat menyebabkan radang paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis), infeksi darah (bakterimia) , sepsis (kegagalan fungsi organ) yang kesemuanya itu dapat menyebabkan kematian/cacat permanen
6. IPD dapat diobati dengan pemberian antibiotik dosis tinggi dan pemberian tambahan antibodi pada penderita. Jika kadar darah turun karena serangan penyakit ini, diperlukan tranfusi darah.
7. IPD dapat menyerang siapa saja, terutama kelompok umur yang rentan yaitu bayi dan balita di bawah usia 2 tahun.
Data kejadian IPD di Asia
Philipina, Research Institute of Tropical Medicine (RITM) pada akhir 1990 an melaporkan bahwa 35% bayi dan anak yang terkena infeksi pneumokokus meninggal dunia
Hongkong, Dr. Susan Chiu meneliti 1978 anak usia 2-6 tahun di 79 tempat Penitipan Anak sebesar 19.4 % membawa bakteri pneumokokus di dalam saluran pernapasan mereka
Singapura, Chong CY pada tahun 2003 mengkonfirmasikan bahwa bakteri Pneumokokus menyebabkan infeksi pada anak usia di bawah 5 tahun. Tingkat kesakitan meningkat dari 0 pada tahun 1988 menjadi 10.5 % pada tahun 1999.
Malaysia, National Morbiditu Survey 1996 menyatakan ISPA adalah penyakit utama yang diderita balita dengan tingkat fatalitas 3.1 %. Sepertiganya meninggal disebabkan oleh infeksi Pneumokokus. Sementara tingkat kejadian bakterimia (infeksi darah) adalah 30 per 100.000 balita, untuk radang otak 750 kasus per tahun dengan angka kematian anak 15-20 anak per tahun.
Bagaimana melindungi bayi dari IPD ?
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Berikan vaksin IPD pada balita anda.
- Usia di bawah 6 bulan : 4 dosis, yaitu usia 2,4,6 bulan dan boster usia 12-15 bulan.
- Usia 7-11 bulan : 3 dosis, 2 dosis pertama interval 4 minggu, dosis ketiga setelah 12 bulan
- Usia 12-23 bulan : 2 dosis dengan interval 2 bulan
- Usia 2 tahun ketas : 1 dosis saja.
Bagaimana keampuhan vaksin ini ?
97 % efektif pada bayi dengan vaksin penuh
89 % efektif pada anak yang telah mendapatkan 1 kali vaksin
Vaksin ini dinyatakan aman. Reaksi umum yang paling banyak dilaporkan adalah demam ringan, rewel dan kulit kemerahan.
Di Indonesia vaksin ini mulai dikenalkan pada tahun 2006, di produksi oleh Wyeth, dengan merk dagang Prevenar. Menyusul kemudian Glaxo Smith memproduksi vaksi merk Synflorix.
Vaksin ini dapat diperoleh di hampir semua rumah sakit besar di Indonesia. Silakan menghubungi dokter anak anda untuk berkonsultasi. Harganya relatif mahal, namun mengingat pentingnya vaksin, perlu dipertimbangkan oleh para orangtua. Semoga pemerintah segera memberikan subsidi untuk vaksin ini.
Ya Allah mba aku merinding bacanya. Alhamdulillah bisa segera ketauan. Virus sekarang semakin kejam ya mba. Gak kebayang sama ortu yang anti vaksin. Terkadang aku menyalahkan kelompok itu yg mengakibatkan berbagai virus bermunculan.
BalasHapusAgak terlambat juga sih ketahuannya, setelah 10 hari demam.
HapusVirus muncul karena memang sudah ada di alam. Bukan karena kelompok tertentu.
Ya Allah, efeknya bisa sampai fatal begitu, ya Mbak?
BalasHapusAlhamdulillah tertangani ya waktu itu.
Semoga sehat selalu sekeluarga Mbak Arin.
Sudah lama kita gak ngobrol, yah :)
Oya, selamat menang lomba blog .. apa ya itu waktu, saya lihat pengumumannya. Pokoknya selamat deh. Semoga pembuka tahun yang baik dan akan ada kemenangan2 berikutnya. :)
Iya mba Niar, it was a nightmare
Hapus14 hari panas? kebayang betapa galau dan paniknya saat itu.
BalasHapusIni pengetahuan baru bagi saya.
Semoga kita semua dalam keadaan sehat-sehat saja
Saya pujikan upaya mak Arin untuk mau berbagi mengenai hal ini sehingga kita semua bisa mengantisipasi dan mengetahui apa yang harus kita lakukan
Salam saya Mak Arin