Saya bukan fotografer
profesional, melainkan seorang street food lover.
Dalam sebuah lorong bernama Kampus Dalam – sisi luar Kampus
IPB Bogor – adalah ‘surga’ bagi penyuka jajanan kaki lima seperti saya ini.
Lorong yang di kedua sisinya berjajar warung-warung sederhana semi kumuh.
Pararel dengan rombong-rombong jajanan kaki lima yang tak jeda dikerubuti para
pembelinya, kebanyakan adalah mahasiswa. Lorong sempit dengan diveristi makanan
yang sangat tinggi.
Saya pun memulai langkah dengan perut kosong dan tangan
menggenggam Asus Zenfone 3 ZE520KL.
Sekalipun saya buka fotografer handal, memotret makanan buat saya seperti
kegiatan selfie bagi beauty blogger. Setiap saat ingin menangkap momen
tercantiknya kan? Begitupun saya, ingin menangkap tampilan paling menggiurkan dari
sepiring makanan yang akan saya santap.
Jadi, mau dimulai darimana perburuan ini?
Teringat pada 1996, saya memulai tinggal di Bogor. "Lidah Trenggalek” saya harus menyesuaikan diri dengan rasa-rasa baru. Untuk pertama kalinya saya membeli pecel di Bogor dengan ekspektasi akan tersaji pecel Madiun. Ternyata yang muncul adalah sepiring sayuran komplit berlumur bumbu kacang yang menyerupai gado-gado yang selama ini saya kenal. Hingga 21 tahun berlalu, saya masih belum bisa membedakan pecel atau gado-gado. Jadi pasrah saja, peduli amat soal nama. Yang penting sepiring sayuran, kol, kentang, wortel - komposisi yang berganti-ganti, suka-suka yang membuatnya - dicampur aduk dengan lontong, tahu dan tempe, berlumur bumbu kacang yang gurih, pedas dan lumer. Berantakan tapi enak. Gado-gado is best salad in the world !
Ah iya, gado-gado!
Ah iya, gado-gado!
Kenangan itu membantuku memilih keputusan. Kutemukan rombong gado-gado oriental. Bukan dari China, tapi maksudnya gado-gado khas Jawa Timur. Tampaknya si masnya tahu kekeliruan yang sering terjadi di sini saat pembeli memesan gado-gado atau pecel? Jadi dipastikan ini gado-gado yang benar versi Jawa Timur.
Behind the lens :
Saya menggunakan mode otomatis dari Asus Zenfone 3 ZE520KL karena proses pemotretan ini saya lakukan cepat mengingat kerupuk dan gado-gadonya keburu lembek. Alas dan bunga saya bawa sendiri. Piring milik tukang gado-gado.
Pixel master camera pada Asus memudahkan pengguna amatir seperti saya untuk mendapatkan hasil gambar setara profesional. Pixel master camera mengintegrasikan teknologi image stabilizer untuk menghasilkan gambar yang tidak goyang seindah gambar aslinya.
Generasi terbaru PixelMaster 3,0 mengangkat fotografi ZenFone 3 jauh di atas standar smartphone lainnya, dilengkapi dengan kamera 16MP, lensa aperture f/2.0 yang besar, dan laser auto-focus untuk setiap jarak dan pencahayaan instan yang jelas hanya dalam 0,03 detik.
Behind the lens :
Saya menggunakan mode otomatis dari Asus Zenfone 3 ZE520KL karena proses pemotretan ini saya lakukan cepat mengingat kerupuk dan gado-gadonya keburu lembek. Alas dan bunga saya bawa sendiri. Piring milik tukang gado-gado.
Pixel master camera pada Asus memudahkan pengguna amatir seperti saya untuk mendapatkan hasil gambar setara profesional. Pixel master camera mengintegrasikan teknologi image stabilizer untuk menghasilkan gambar yang tidak goyang seindah gambar aslinya.
Generasi terbaru PixelMaster 3,0 mengangkat fotografi ZenFone 3 jauh di atas standar smartphone lainnya, dilengkapi dengan kamera 16MP, lensa aperture f/2.0 yang besar, dan laser auto-focus untuk setiap jarak dan pencahayaan instan yang jelas hanya dalam 0,03 detik.
Seharusnya sepiring gado-gado telah membuat saya kenyang. Untungnya saya berjalan sendirian, jadi tidak perlu malu saat mata ini masih mencari-cari – selanjutnya apa?
Pilih pempek Palembang atau singkong keju?
Terbayang aroma cuko-nya sukses membuatku lapar lagi. Kuah cuko asam, manis pedas berpadu dengan pempek yang digoreng renyah dengan aroma gurih ikan – entah berapa persen ikannya, yang pasti harganya terjangkau.
Saya melanjutkan menyusuri lorong Kampus Dalam. Beuh, suasananya seperti bulan Ramadhan sore hari saat orang berburu makanan untuk takjil. Hei, ini masih siang, kawan! Teriakan dalam hati yang hanya basa-basi. Nyatanya begitu melihat segarnya buah potong dan rujak buah – glek – saya pun menelan ludah.
Sebenarnya saya ingin segera berlalu dari lorong penuh godaan ini, tapi kaki ini malah berjalan melambat di sisi aneka jajanan buat teman ngopi. Sialan, manis-manis semua semanis saya :p
Mereka adalah es pisang hijau, klepon, dodongkal, bandros, kue ape, martabak mini dan teman-temannya. Jangan paksa saya memilih mana yang lebih enak di antara yang lainnya. Saya beli saja semuanya. Tak berat untuk mengeluarkan uang 5000 – 6000 rupiah saja untuk setiap jenisnya. Yang berat adalah timbangan badan saya setelah menghabiskan semuanya itu.
Behind the lens :
Foto kue ape dan bandros menggunakan mode otomatis karena cahaya cukup. Sedangkan foto es pisang hijau menggunakan mode manual, saya menambahkan iso 800 (maksimal hingga 1600) karena ruangan redup dan langit mendung.
Dalam kondisi minim cahaya, Pixel Master Camera mengombinasikan ukuran pixel dan mengolahnya sehingga kepekaan cahaya meningkat hingga 400% dan kontras hingga 200%.
Asus ZenFone 3 memiliki teknologi eksklusif auto-focus Tritech. Untuk pertama kalinya dalam dunia smartphone, telah digabungkan tiga teknologi yang berfokus pada laser, deteksi fase, dan auto-focus yang berkesinambungan ke dalam satu sistem yang harmonis. Sehingga dapat diperoleh fokus yang jelas hanya dalam 0,03 detik dalam kondisi yang berbeda-beda, untuk semua skenario - dan sepuluh kali (10x) lebih cepat dari kedipan mata.
Dalam kondisi minim cahaya, Pixel Master Camera mengombinasikan ukuran pixel dan mengolahnya sehingga kepekaan cahaya meningkat hingga 400% dan kontras hingga 200%.
Asus ZenFone 3 memiliki teknologi eksklusif auto-focus Tritech. Untuk pertama kalinya dalam dunia smartphone, telah digabungkan tiga teknologi yang berfokus pada laser, deteksi fase, dan auto-focus yang berkesinambungan ke dalam satu sistem yang harmonis. Sehingga dapat diperoleh fokus yang jelas hanya dalam 0,03 detik dalam kondisi yang berbeda-beda, untuk semua skenario - dan sepuluh kali (10x) lebih cepat dari kedipan mata.
Pemotretan kue ape dengan Asus Zenfone 3 ZE520KL |
Pemotretan bandros dengan Asus Zenfone 3 ZE520KL |
Pemotretan es pisang ijo dengan Asus Zenfone 3 ZE520KL |
Tapi jika dipaksa memilih juga – buat saya pribadi lho ya – Bandros / Kue Pancong adalah juaranya. Orang di sini biasa menyebutnya dengan kedua nama itu. Rasanya gurih. Semenit sejak penjualnya menuang adonan tepung beras, santan dan parutan kelapa ke dalam cetakan khusus di atas kompor, saya sudah menggigit bibir. Aduuuh ! Aroma gurihnya menguap. Adonan pun mengembang dan menampilkan kelembutan yang selalu membayangi saat saya minum kopi di lain waktu. Sayangnya, bandros ini tidak dijual di cafe-cafe mewah. Mungkin tidak ada yang tahu bahwa bandros ini pasangan paling serasi dengan secangkir kopi. Tapi ada baiknya juga tetap begini, biar saja bandros terus menjadi makanan murah.
Bandros/ Kue Pancong, captured by Asus Zenfone 3 ZE520KL |
Bandros / Kue Pancong, captured by Asus Zenfone 3 ZE520KL |
Bandros / Kue Pancong, captured by Asus Zenfone 3 ZE520KL |
Sudah, puas? Kenyang?
Mana mungkin. Masih ada sederet makanan berkuah segar
sedikit pedas yang menggiurkan.
Pilih Mi Atjeh atau Soto Mie Bogor ?
Mie Atjeh yang ditumis dengan kuah ‘nyemek-nyemek’ yang kaya
aroma rempah. Pedasnya bikin ketagihan.
Sementara Soto Mie, adalah soto khas Bogor. Lebih mirip sup
karena bening. Isinya rame, ada mie kuning, bihun, potongan risoles, potongan daging atau kikil, kubis, seledri, daun bawang dan emping.
Behind the lens :
Foto Mie Atjeh saya ambil menjelang magrib dan cahaya kurang. Saya menggunakan fitur lampu senter untuk pencahayaan. Lumayan, tekstur mie terlihat dan gambar tidak goyang.
Saya mencoba fitur kedalaman bidang untuk foto Soto mie sehingga hanya bagian yang saya pilih yang menjadi fokus, area lainnya tampak blur.
Behind the lens :
Foto Mie Atjeh saya ambil menjelang magrib dan cahaya kurang. Saya menggunakan fitur lampu senter untuk pencahayaan. Lumayan, tekstur mie terlihat dan gambar tidak goyang.
Saya mencoba fitur kedalaman bidang untuk foto Soto mie sehingga hanya bagian yang saya pilih yang menjadi fokus, area lainnya tampak blur.
Pemotretan mie atjeh dengan fitu lampu senter |
Mie Atjeh, captured by Asus Zenfone 3 ZE520KL |
Pemotretan Soto Mi dengan fitur kedalaman bidang |
Soto Mie Bogor, captured by Asus Zenfone 3 ZE520KL |
Oiya, sekedar tips ringan dari aku buat kamu yang mau
hunting foto-foto kuliner di suatu tempat.
- Pastikan menggunakan smartphone yang oke kameranya dan punya daya tahan baterai lama. Saya sih pakai Asus Zenfone 3 ZE520KL. Banyak pilihan produk Asus dengan variasi harga yang sesuai kantong dan berkualitas oke. Memotret dengan smartphone lebih fleksible untuk foto-foto di tempat umum. Asus Zenfone 3 sudah bisa di- setting profesional kok, jadi bisa diatur pencahayaan, kecepatan rana dll. Tapi saya sih seringnya pakai mode otomatis saja, karena kan seringnya memotret kuliner dengan keterbatasan waktu.
- Kosongkan perut sebelum berangkat, karena sesuai misi kali ini adalah hunting makanan.
- Kalau bisa, beli makanan dalam porsi kecil. Tapi kemungkinan besar nggak bisa, porsi sudah ditentukan segitu sama penjualnya.
- Untuk mengatasi persoalan nomor 3, bawa teman untuk membantu memakan makanan yang telah dipotret (baik-baik meminta teman bersabar menunggu).
- Kalau tidak mengajak teman, bawa kotak makanan untuk mengemas makanan sisa jepret kuliner, bagikan ke teman-teman saat berjumpa kemudian. Pasti mereka tambah sayang, hihihhi.
- Bawa properti foto seperti alas, sendok, garpu, sumpit, bunga dll dalam tasmu. Tentunya pilih yang ukuran kecil dan bisa dibawa. Jangan memaksakan bawa meja lipat atau pot bunga ya, hahaha.
- Bawa lap atau tisu untuk merapikan kuah yang ada di tepi mangkok.
- Jika memungkinkan, pinjam bahan-bahan masakannya sama si penjual. Misal telur, tomat, daun bawang untuk background sepiring nasi goreng.
- Pilih posisi duduk yang terang. Letakkan obyek berseberangan dengan cahaya agar tidak backlight saat mengambil foto.
- Siapkan properti saat penjual tengah memasak makanan yang dipesan, jadi begitu disajikan bisa langsung foto-foto. Usahakan proses foto ini tak lebih dari 7 menit ya, nanti keburu makanannya dingin lho. Bagaimanapun, makan secara langsung saat fresh lebih nikmat daripada hanya melihat fotonya, iya kan?
- Trial and eror adalah hal biasa. Lakukan latihan terus menerus agar lebih akrab dengan Asus yang kita gunakan, kenali fitur-fiturnya dan sesuaikan dengan kondisi ruangan dan cuaca saat kamu memotret. Semakin banyak latihan, semakin sempurna hasilnya
Sebelum menutup tulisan, masih sanggup satu menu lagi kan?
Ini wajib karena juga favorit saya – Lumpia Basah khas
Bandung ! Berbeda dengan lumpia semarang yang kering, lumpia ini basah sesuai
namanya ( ya iyalah ;p) . Komposisinya adalah telur diorek, tauge dan bumbu-bumbu ditumis, lalu dibungkus dengan kulit lumpia yang lembek (tidak kering).
Asyiknya membeli makanan di pedagang kaki lima adalah kita bisa melihat proses pembuatannya. Karena lumpia basah dibuat dadakan saat ada pesanan, dengan senang hati saya mengantri demi makanan yang super duper lezat ini.
Asyiknya membeli makanan di pedagang kaki lima adalah kita bisa melihat proses pembuatannya. Karena lumpia basah dibuat dadakan saat ada pesanan, dengan senang hati saya mengantri demi makanan yang super duper lezat ini.
Behind the lens :
Karena ingin mendapatkan step by step proses memasak lumpia basah, saya menggunakan fitur otomatis saja biar aman. Hasilnya cukup tajam.
Jika terlihat foto tampak realistis itu karena teknologi trench isolation yang dalam, mencegah cahaya foto dari kehilangan dari salah satu pixel pada sensor ke lainnya, sehingga menghasilkan detail yang lebih jelas. Sensor koreksi warna mendeteksi subjek cahaya yang tidak biasa dan membuat obyek terlihat natural.
Bagaimana, terasa kan enaknya makanan-makanan ini ?
Fine, enough!
Jangan kalap seperti tidak ada hari esok. Saya bekerja di
Kampus IPB dan petualangan nikmat ini akan bisa saya rasakan lagi – dan lagi.
Lorong Kampus Dalam ini adalah pertemuan kuliner dari
penjuru nusantara. Sebagaimana kebhinekaan yang ada di kampus IPB – mahasiswa berasal dari berbagai daerah di Indonesia –
maka tak heran jika makanan khas daerah pun hadir mengikuti di sini. Selain
untuk pemuas rindu para mahasiwa akan makanan khas kampung halaman, juga
menjadi ajang eksplorasi makanan khas dari daerah lain.
Sebagai street food lover, saya bersyukur para pedagang kaki
lima ini bertahan – bahkan berkembang dan berkreasi – di tengah kepungan makanan
asing yang relatif mewah dan mahal.
Gerobak makanan di mana-mana, pembeli tak pernah sepi.
Karena makanan kaki lima itu murah. Dan pastinya, enak banget ! Jajanan kaki lima
itu telah mengalihkan niat diet saya. Tak mampu saya menolak kelezatannya.
Sejenak saya lupakan pakem kesehatan yang membuat saya merasa bersalah. Saya terus terbayang kelezatannya dan akan kembali membelinya walaupun
berulang kali berjanji tidak akan menyentuhnya lagi demi berat badan. Janji
tinggal janji.
Artikel ini diikutsertakan pada Blogging Competition Jepret Kuliner Nusantara dengan Smartphone yang diselenggarakan oleh Blogger Gandjel Rel
wih, itu dalam sehari kah? pasti ga yah mbak? :) Aku juga suka bingng gado2, rujak, sama pecel mbak kalo di Jabar, beda banget sama di Jatim. Btw, fotonya cakep2 :)
BalasHapusDigeber 2 hari hahaha...
HapusYa ampuun...sukses bikin aku ngiler, hihi. Mbak Arin makan makanan itu semua? ckckck....
BalasHapusAda yg bantuin makan kok.. seperti poin 5
Hapuskece banget jepretannya, bikin laper deh
BalasHapusBukan saya profesional lho ya.. tapi emang Asus ini user friendly dan hasilnya oke
HapusWaah foto-fotonya jadi bikin laper.Traktir aku ke sana ya Mbak kalau pas ke Bogor
BalasHapusAyoooo sini kutraktir. Kalau street food mah aku berani bayarin hihihi
HapusAduh..jadi kangen Bogor. Kalo dekat kampus biasanya makanannya macam-macam dan harganya sedikit lebih murah ya Mbak?
BalasHapusSaya dulu punya langganan rujak di dekat superindo. Ngga tau sekarang masih ada apa engga.
Betewe, kue bandros itu kalau di Purworejo namanya rangin. Dia mengingatkan saya waktu kecil nemenin ibu di kios. :)
Rujak dekat superindo masih ada.
HapusEh..btw bandros itu asalnya dr mana ya. Pinter banget penemunya bikin resep.
Lumpia basaaaaaahhh....mauuuuu
BalasHapusIni ambu susan ya ? Hihihi anonim
Hapushoree makanannya banyakk... ikuuutttt
BalasHapusKapan-kapan hunting makanan di sini yuk rame-rame pasti seru
HapusMbaaaaaak
BalasHapusAku glek glek nahan ngiler liat foto2nya
Surga banget ya lorong IPB itu huhuhu
Ho-oh. Murah-murah, enak, dan kreatif
Hapusbikin ngiler...mantap...
BalasHapusYa ginilah sehari-hari aku ketemu makanan- makanan itu, gimana nggak tambah ndut hihihi
HapusWah fotonya bagus bagus dan jelas jelas, moga sukses Mbak
BalasHapusTergantung pencahayaan. Ambilnya siang hari dan outdoor. Stablizer Asus juga mantap, jarang goyang
HapusPantesan beli sepatu olahraga, habis makan langsung lari.
BalasHapusWkwkwkwk...ingat aja..butuh lari berapa putaran lapangan bola kalau makannya segambreng gini
HapusMba Arin, berasa pengen makan nih lihat banyak sekali makananya. HIhih
BalasHapusMakanan nusantara nggak ada habisnya.. nggak kelar-kelar esplorasi saking banyaknya
HapusAduuuh...Jepret kulinernya bikin ngiler
BalasHapusIni motretnya juga sambil sedia lap buatku sendiri wkwkwk
HapusAsus zenfone 3 emang keren bangt kameranya ya mbak arin
BalasHapusEh pakai juga kan?
HapusOkeh, food blogger silakan minggir deh kl ada mba Arin...
BalasHapusminggir semua...bukan karena fotonya, tapi karena jagonya makan mau lewat heheehe
HapusJadi pengen asinan Bogor ☺
BalasHapusAsinan Bogor mau dimakan tiap hari nggak pernah bosan
HapusMe too, asiknya, jalan sambil makan sambil motret. Syukurlah ada smartphone Asus zenfone ya, semua komen jadi berharga.
BalasHapusDemen aja sih motret2 makanan, eksperimen walau aku kurang pinter menata gaya. Tapi karena hasil foto dari Asus tajam banget jadi ya makin pede aja sih
HapusAku sampai sekarang belum kepengin makan soto Bogor mba, hehehe. Kayanya berat banget isinya
BalasHapusJangan makan mba, nanti ketagihan
Hapusponing pala aku liat foto2 makanannya mbak arin, bening + bikin lapeeer
BalasHapusasus zenfone keren ya hasilnya
Daripada pening mending segera lari ke rombong bakso atau pempek mbak hehehe
Hapuskangen lumpia basah Darmaga...oh mbaaaa
BalasHapusAku beli hampir tiap hari dan nggak bosen-bosen
Hapussoto bogor seger... pengeeenn...
BalasHapusHaii, kapan ke sini lagi?
HapusYa ampuuun, Mie Acehnya maknyuss banget dari tampilan fotonya. Ngileeeer mbaaaak, hikss
BalasHapusHihihi..ngiler yak gara-gara lihat foto dari Asus. Real banget hasilnya
HapusDuh! kalo setiap gerobak di datengin lalu di makan semua.... beneran huuuebaaattt.... pasti kenyangnya bisa 3 harian hehehe
BalasHapusBetul, butuh 3 hari untuk fotoin dan makan itu semua
HapusMakanan kaki 5 bisa tampil kece juga kok ya :)
BalasHapusIya lho, tergantung kemampuan hpnya
Hapuskangen jajanan kaya begini hahaha, udh jarang ketemu jajanan begini hahaha
BalasHapusSukanya ke resto ya?
HapusKereen tulisannya, semoga juara mbak.
BalasHapusAamiin
HapusGado-gado dan pecel beda mba sambelnya, satunya kan dimasak mpe kentel gitu dan komposisi bumbunya beda. Tapi sama2 enaknya sih salad Jawa ini ;)
BalasHapusKlo bandros di sini nyebutnya gandhos, versi aslinya sih ga pake taburan gula, tapi gak tau kenapa sekarang bakul gandhos koq suka kasih taburan ini. Karena aku suka yg gurih2, biasanya pesen dulu ke penjualnya utk tidak diberi taburan gula.
Aku juga suka yang gak pake gula
HapusJajanan yang sangat murah dan enak , jajanan jalanan
BalasHapusIndonesia kaya jenis jajanan dan makanan. Kalau sering diekspos kan jadi tambah maju
Hapus