Akhirnya kesampaian juga menjajal naik kereta api dari Bogor ke Sukabumi. Selasa 10 Oktober 2017, saya bersama rombongan ibu-ibu Agrianita Fakultas Pertanian IPB, plesir ke Sukabumi.
Skedul kami dimulai dengan naik kereta pukul 08.00 pagi. Saya pikir, stasiunnya yang di Stasiun Bogor, ternyata khusus untuk kereta api Sukabumi, stasiunnya adalah Stasiun Paledang. Nah kan, 20 tahun tinggal di Bogor baru tahu ada stasiun Paledang. Hihihi..
Skedul kami dimulai dengan naik kereta pukul 08.00 pagi. Saya pikir, stasiunnya yang di Stasiun Bogor, ternyata khusus untuk kereta api Sukabumi, stasiunnya adalah Stasiun Paledang. Nah kan, 20 tahun tinggal di Bogor baru tahu ada stasiun Paledang. Hihihi..
Saya berangkat berempat dengan teman-teman dari Departemen Proteksi Tanaman. Seperti mengulang masa kecil yang sering naik kereta Tulung Agung - Malang, sekarang saya kembali merasakan naik kereta serupa. Kursi ekonomi, saling berhadapan 4 orang. Bisa beli makanan dan minuman juga dari restoran Kereta Api. Seperti biasa, saya paling penasaran dengan aneka jenis kopi. Bisa ditebak kan saya beli apa? Kalau boleh saya rating 1-10, kopi di kereta api nilainya 7.
Pukul 10 kami tiba di stasiun Cisaat. Rombongan dibagi beberapa tahap untuk naik mobil menuju tempat parkir bis di dekat alun-alun Cisaat. Sambil menunggu lengkap, saya sempatkan ngacir ke alun-alun dan memotret landmark Cisaat. Setelah semua hadir, yaitu sekitar 40 orang, kemudian kami naik bis ke rumah Ibu Nurhayati (Istri mantan rektor IPB Prof Ahmad Ansori Matjik). Selintas ingat ijasah S1 saya yang bertanda tangan beliau.
Bu Nurhayati masih sehat untuk usianya. Rumah masa kecilnya sangat asri. Penuh pepohonan buah dan perdu. Rumah khas tahun 1970-an yang adem. Di rumah itu juga ada usaha bordir mukena, baju dan kerudung. Tak ayal para ibu-ibu pun belanja aneka produk bordir.
Menjelang makan siang kami diajak ke Rumah Makan Lesehan "Pinanggeuhan" Ciung Wanara milik Bu Nurhayati. Rumah makan ini terletak di gang Khaswari, yang terkenal dengan pusat oleh-oleh Moci. Pas deh, sekalian makan, sekalian belanja oleh-oleh.
Satu kotak moci bervariasi harganya tergantung rasanya. Yang rasa original seharga Rp. 40.000 berisi 40-50 butir moci. Sedangkan yang durian seharga Rp. 50.000 dengan jumlah isi yang sama. Saya pun kalap. Apalagi selain moci ada juga pie susu yang enak (telah saya cicipi di tokonya), juga ada bika ambon dari Sumedang. Betapa bangganya orang Ambon, bikanya ada di Medan, Bogor dan Sumedang. hihihi.
Rupanya di sini juga banyak dijual krupuk singkong Enye' enye'. Kalau di Jawa namanya kerupuk Sermier. Ini penampakannya :
Kerupuk ini sangat murah. Satu kemasan kerupuk mentah seharga 9 - 17 ribu. Kalau digoreng bisa untuk bagi-bagi teman sekantor. Irit banget.
Di rumah makan lesehan kami disuguhi ayam bakar dan gurame bakar, plus nasi liwet, tempe tahu, karedok. Nikmat sekali. Makan bersama rintik hujan yang harum. Di sini saya pesan kopi lagi. Daaaan...kopinya enak banget. Saya terkesan sekali rasanya. Masih terkenang rasanya yang pas di lidah. Saya kasih rating 10 alias sempurna untuk kopi di sini.
RM Pinanggeuhan, Ciung Wanara Sukabumi |
Kami di RM Pinanggeuhan sampai jam 14.00 karena harus segera mengejar kereta api Sukabumi-Bogor jam 15.30. Sebelum pamit, bu Nur membagikan pada masing-masing orang satu tas keresek berisi kangkung dan gula merah. Ya ampun, terimakasih banyak bu. Semoga ibu sehat-sehat selalu.
Perjalanan yang mengesankan bareng Agrianita. Destinasi sederhana, tidak melelahkan, namun berkesan. Kami terkesan oleh serunya naik kereta rame-rami, mengunjungi dan bersilaturahmi dengan keluarga Pak Matjik dan yang bikin hepi semuanya gratisss...
Kami pulang dengan tentengan yang banyak. Indahnya silaturahmi.
Komentar
Posting Komentar