Lama sekali kesempatan ini saya nantikan, kesempatan bisa berkunjung ke Palembang, ke rumah Mbak Sri, kakak tertua. Sudah lebih dari 30 tahun Mbak Sri tinggal di Palembang, dan belum sekalipun saya ke sana. Bukan soal biaya, bukan soal jarak. Harga tiket pesawat sekarang ini relatif terjangkau. Hanya saja, niat ke Palembang selalu tertunda oleh alasan waktu.
Kerinduan itu akhirnya tertuntaskan. Dari sebuah lomba yang saya ikuti, saya mendapatkan voucher pemesanan tiket pesawat melalui Skyscanner. Dari sini saya berkenalan dengan Skyscanner, sebuah mesin pencari tiket pesawar, hotel, dan rental mobil di seluruh dunia, yang bisa membantu kita mencari informasi promo dari berbagai jasa penyedia tiket pesawat. Dari Sky Scanner kita bisa membandingkan harga, pilihan waktu dan kombinasi termurah dari berbagai maskapai penerbangan sehingga bisa memilih yang paling sesuai keinginan.
Aneka pilihan harga dan jasa penjual tiket |
Akhirnya terpilihlah sebuah tanggal di akhir tahun. Ya, inilah perjalanan pertama saya ke Palembang. Buat saya, setiap perjalanan ke sebuah kota mempunyai nilai 'traveling' yang menarik. Saya menikmati suasana bangunan kota , logat bahasa, kuliner, moda transportasi umum, pasar dan komoditi daerah, bahkan aroma udara antar kota tidak selalu sama. Semua pengalaman itu menyatu dalam sebuah kesan.
Saya pergi bersama Cinta. Di Palembang saya mengikuti aktifitas harian Kakak yang seorang Dosen di Universitas Sriwijaya. Kebetulan pada hari pertama saya di Palembang, Kakak ada jadwal menguji mahasiswanya. Buat saya, tidak masalah diajak ke kampus. Malah saya senang. Sembari menunggu Kakak ke kantor selama kurang lebih dua jam, saya manfaatkan untuk membaur dengan mahasiswa yang tengah menikmati jajanan di warung kaki lima di pinggir jalan.
Di hari pertama ini saja saya sudah memanjakan lidah dengan aneka rasa.
Saya tak akan melupakan enaknya rasa Celimpungan, (jangan dibaca kelimpungan, hehehe), yaitu bola-bola tepung yang dikukus/rebus dg rasa ikan gabus yang kuat, mirip tekwan, dengan serupa gulai dengan rasa ikan yang kuat juga. Dari isi sampai kuah semua enak.
Dua gelas es kacang merah Pak Mamat tersaji untuk saya dan Cinta. Isinya Alpukat dicacah, tape, kacang merah, sirup, gula merah, santan, es parut.
"Begini yang bikin diet mama gagal. Pulang dari Palembang gendut lagi," kata saya.
"Terima sajalah Ma, emang Mama gendut, slurrp, enak lho esnya," seloroh Cinta
"Sluurup.. iy seger nih, enak. Ya sudahlah, lupakan diet." dan saya pun menyerah.
Sore harinya kami jalan-jalan ke kawasan Jembatan Ampera. Kami berjalan menyusuri Benteng Kuto Besak, Patung Ikan Belida (landmarkbaru Palembang) dan berakhir di area foto di tepian Sungai Musi. Semilir angin sore dari arah sungai menyapu hawa panas yang sejak siang menerpa. Terlihat orang-orang berfoto di kawasan ini sambil sesekali di sela oleh nyanyian pengamen.
Hari pertama itu diakhiri dengan makan malam di Riverside Restaurant, sebuah restoran di tepi Sungai Musi. Dari meja tempat kami makan terlihat pemandangan kerlip lampu Jembatan Ampera. Saya yakin akan lama untuk bisa melupakan rasa istimewa dari hidangan pindang patin, ikan bakar aneka sambal dan aneka tumisan, pada malam itu.
Hari kedua. Kami membaur dalam kegiatan jalan pagi masal di kawasan Kambang Iwak, sebutan untuk sebuah danau kecil di pusat kota. Setiap minggu pagi, di kawasan ini diberlakukan Car Free Day sehingga masyarakat bisa berjalan menyusuri jalan di sekeliling Kambang Iwak. Tak hanya ramai pejalan kaki, di tepi jalan juga ramai dengan pedagang kaki lima. Berbagai barang dijual, mulai dari makanan (empek-empek, roti canai, tekwan, kemplang dll), hingga baju murah dan aksesoris. Kita biasa mengenalnya dengan istilah pasar kaget.
Sudah pernah mencoba Pempek bakar. Adalah pempek yang dibakar, dibelah, dibumbui dengan sambal dan bubuk jagung. Aroma bakar yang menggoda, kehangatannya terasa membelai lidah. Lalu nyes, pedasss!
Ada kuliner yang saya beli gara-gara atraksinya. Adalah penjual Roti Canai yang memutar-mutar adonan tepung menjadi roti tipis dan lebar, sangat menarik perhatian. Kami pun sarapan di pinggir jalan yang ramai. Ya, ramai tapi nikmat.
Bulan Agustus 2018 akan diadakan Asian Games di Palembang.
Hawa Asian Games 2018 telah terasa. Saat itu kami baru bisa mampir ke Stadionnya, tahun 2018 ini kami berharap semoga berkesempatan melihat eventnya langsung. Menyongsong Asian Games 2018 Kota Palembang berbenah dan berhias.
Gelaran pesta olahraga ini akan diadakan di Stadion Gelora Sriwijaya, Jaka Baring, Palembang. Penasaran dengan Stadion yang disiapkan untuk event international tersebut, saya berkunjung ke sana. Tentu saja untuk ke daerah Jaka Baring kami tempuh dengan mobil. Setibanya di sana, kami berjalan menyusuri bagian depan stadion yang megah dan indah dengan jalan kaki. Masih tampak proses pembangunan di beberapa bagian, agar pada waktunya nanti telah siap untuk menyambut para atlit.
Mbak Sri bilang, kalau nggak kedatangan adiknya ya nggak jalan-jalan ke Stadion ini.
Dari Stadion Gelora Sriwijaya kami melintasi Jembatan Ampera menuju Pondok Pesantren Al Ihsaniyah, Gandus Palembang. Di sini ada wisata religi baru, di mana terdapat Al Quran raksasa (Al Quran Al Akbar) dalam bentuk pahatan kayu. Terdapat 30 juz ayat suci Al-Quran yang berhasil diukir khas Palembang pada lembar kayu berukuran 177 cm x 140 cm. Proses pembuatannya menghabiskan kurang lebih 40 meter kubik kayu tembesu dengan biaya tidak kurang Rp 2 miliar. Lembaran-lembaran Al Quran tersebut dipasang vertikal dan bisa diputar sehingga pengunjung bisa membacanya dari dua sisi. Lokasi Al Quran Al Akbar dibuka untuk umum. Biaya masuk Rp. 5000,- Tempat ini dikelola oleh umat secara mandiri. Dana didapat dari donatur-donatur.
Traveling tak bisa lepas dari belanja oleh-oleh. Buat saya ini wajib agar ada benda kenangan yang dibawa pulang. Saya diantar oleh Kakak ke Pasar Lenggok, untuk membeli pempek, tekwan dan calimpungan, serta ke Pasar Kito, pusatnya songket. Saya pun kalap diantara kios-kios songket yang indah-indah. Untuk teman-teman kantor, saya membeli beberapa songket print yang harganya cukup terjangkau dengan tampilan yang tak kalah indahnya dengan songket buatan tangan. Kalap berikutnya terjadi di Toko Nyenyes, pusat kaos kekinian khas Palembang. Ya begitulah, kenapa saya harus selalu menabung sebelum bepergian, karena suka kalap belanja, hehehe.
Buat teman-teman yang ingin mencoba menggunakan Skyscanner, ini langkah-langkahnya.
- Buka aplikasi Skyscanner atau website Skyscanner.
- Pilih tujuan dan jadwal penerbangan.
- Filter penerbangan sesuai keinginan, misalnya pengen maskapai Garuda Indonesia, jam berangkat pagi.
- Skyscanner akan merujuk pada jasa penyedia tiket (Airpaz, Nusatrip, Tiket2com dll) yang muncul dari hasil pencarian tersebut sehingga kita bisa membandingkan harga.
- Pilih paket yang ingin kita beli. Skyscanner akan merujuk pada website atau aplikasi jasa penyedia tiket untuk melanjutkan transaksi hingga selesai.
- Tiket digital akan tersedia di aplikasi atau akun penyedia jasa jual tiket.
Itulah pengalaman saya bisa jalan-jalan ke Palembang bersama Skyscanner. Dari perkenalan itu, saya berencana untuk melakukan perjalanan - perjalanan berikutnya keliling kota-kota di Indonesia. Ternyata banyak tiket murah dan promo jika kita tahu cara mencarinya.
wuah senang sekali yang mbak akhirnya bisa menjalin tali silaturahmi lagi
BalasHapusJadi tau palembang hehe
Hapus30 tahun dan baru bertemu lagi, rasanya pasti senang sekali. Beruntung sekali ada aplikasi semacam Skyscanner gini. Traveling semakin mudah dan bisa diatur seefisien mungkin.
BalasHapusBertemunya sih tiap tahun, tapi ke Palembangnya nunggu selama 30 th
HapusSubhanallah ya mbak...liat Al Quran raksasa. Mupeng udah lama banget ga ke PLG
BalasHapusPalembang itu kotanya seru dan asyik
HapusAplikasi ini, aku belum lama dengar, btw asyik juga ya kalau mau travelling punya aplikasi begini, jadi efisien
BalasHapusNtar kalau Defai udah rada besar, mau mulai cari-cari tiket ah buat yang jauh-jauh... emak pengin traveling jugaa
BalasHapus