Buku di atas adalah salah satu dari beberapa buku anak yang diluncurkan dalam program BACA dan webinar kolaborasi Danone Indonesia dan Tentang Anak yang mengusung tema “Dukung Anak Hebat Berliterasi dengan Asupan Gizi Seimbang dan Pola Asuh Orang Tua yang Baik”, Jumat (23/4).
Sudah sejak dulu, minat baca anak-anak Indonesia rendah. Mengutip pernyataan UNDP tahun 2008/2009, bahwa minat baca masyarakat Indonesia berada pada peringkat 96. Menurut data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, menunjukkan bahwa masyarakat lebih banyak tertarik dan memilih untuk menonton TV (85,9%) dan atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%).
Itu dulu, bahkan sebelum anak-anak Indonesia akrab dengan gadget. Apa kabarnya sekarang?
Sepuluh tahun berselang, Menurut penelitian yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tahun 2019, rata-rata indeks Alibaca di Indonesia tergolong rendah dengan angka 37,32 persen.
Ada ironi yang terjadi antara akses buku dan akses internet. Akses buku yang biasanya diperoleh siswa di sekolah menjadi rendah akibat jumlah ketersediaan dan kualitas buku bacaan di perpustakaan sekolah. Data jumlah sekolah dasar di Indonesia mencapai 148.673 dimana 98.332 memiliki perpustakaan sekolah, sedangkan 34 % atau 50.341 sekolah yang tidak memiliki perpustakaan.
Sementara itu, menurut laporan terbaru We Are Social, pada tahun 2020 disebutkan bahwa ada 175,4 juta pengguna internet di Indonesia. Dibandingkan tahun sebelumnya, ada kenaikan 17% atau 25 juta pengguna internet di negeri ini. Artinya dari 272,1 juta jiwa penduduk Indonesia 64% telah merasakan akses ke dunia maya. Terkait dengan hal ini, membaca seharusnya tidak hanya diukur dari membaca buku (fisik maupun digital), namun juga diukur dari membaca berbagai sumber informasi lainnya melalui internet.
Kegiatan membaca buku merupakan kegiatan kognitif yang mencakup proses penyerapan pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dengan terbiasa membaca maka seseorang akan memiliki cakrawala pengetahuan yang luas, imajinasi tinggi, kreativitas terbuka, pemikiran yang maju dan berkembang serta menjadi cikal bakal pemberdayaan manusia yang cerdas dan berintelektual. Membaca adalah wujud dari sifat pembelajar. Agar membaca menjadi suatu hobi, perlu pembiasaan sedini mungkin dan menjadikan kegiatan membaca sebagai hal yang menyenangkan. Gerakan Peningkatan Minat Baca akan lebih efektif jika disasarkan kepada anak-anak.
Membaca menjadi kunci untuk mempelajari segala macam ilmu pengetahuan, termasuk informasi dan petunjuk sehari-hari yang berdampak besar bagi kehidupan. “Kami yakin bahwa untuk mendukung anak hebat berliterasi, perlu menanamkan kecintaan terhadap literasi membaca pada anak sejak dini. Kami mengajak para orang tua agar membiasakan anak membaca dan berbuat kebaikan dengan memanfaatkan momen Ramadan," kata Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin.
Agar anak suka membaca perlu dukungan dari aspek gizi, kesehatan, psikologi dan sosialnya.
"Sebab, selain memerlukan asupan gizi seimbang untuk mengoptimalkan imunitas dan tumbuh kembangnya, anak memerlukan dorongan berupa stimulasi agar daya pikir dan kemampuan sosial emosionalnya berkembang,” imbuhnya.
Danone Indonesia berkolaborasi dengan "Tentang Anak" menghadirkan buku serial “Sikap Baik” untuk mengedukasi anak-anak dengan cara yang menarik dan menyenangkan. Buku serial ini berupa buku anak dengan kalimat sederhana yang mengena dan dipenuhu gambar berwarna.
Seri Buku "Sikap Baik" dikerjakan bersama oleh Mesty Ariotedjo (Dokter Spesialis Anak), Gianti Amanda (Praktisi Anak Usia Dini dan Montessorian), Resa Gaudiamo (Penulis buku anak) dam Bellansori (Ilustrator). Buku ini terdiri dari 3 judul yaitu "Terimakasih", "Maaf" dan "Berbagi".
Dokter Spesialis Anak, Mesty Ariotedjo menyampaikan bahwa keluarga adalah bagian dari trisentra pendidikan sebagai tempat pendidikan yang pertama dan utama. "Orang tua dapat memanfaatkan momen Ramadan di masa pandemi ini untuk mengajarkan kebaikan kepada anak. Untuk itu, selain nutrisi tubuh, anak perlu dibekali kemampuan berpikir dan keseimbangan emosi.
Psikolog anak Fathya Artha Utami memaparkan bahwa Ramadan di situasi pandemi memiliki tantangan tersendiri bagi anak. “Ruang gerak yang terbatas, pilihan kegiatan yang cenderung monoton, ditambah kurangnya interaksi dengan teman bisa menjadi faktor anak merasakan stres. Stres anak bisa berpengaruh pada emosi sehungga perilaku anak menjadi sulit diajak bekerja sama," katanya. Untuk mengatasi situasi tersebut, Fathya menyarankan agar anak diberikan kegiatan yang beragam dan seimbang antara kegiatan yang menggunakan gadget dengan kegiatan offline. Sebagai alternatif, anak dapat dikenalkan dengan aktivitas membaca yang menyenangkan. Melalui program BACA.
Danone Indonesia melalui Tentang Anak menyumbangkan buku serial “Sikap Baik” sebanyak 1.000 buku untuk didistribusikan pada bulan Ramadan ini.
Selain itu, Danone Indonesia menyumbangkan buku “Sampahku Tanggung Jawabku” untuk mengajarkan anak-anak mencintai lingkungan dan modul serta flipchart “Isi Piringku” yang juga disebarkan untuk memperkenalkan anak tentang menu gizi seimbang. Kedua buku yang merupakan bagian dari program berkelanjutan unggulan oleh Danone Indonesia tersebut akan disebarkan kepada pasien anak-anak yang terkena COVID-19 atau penyakit lain di beberapa rumah sakit dan Wisma Atlet yang sedang dalam perawatan. Selain itu, buku juga akan diberikan kepada anak-anak di sejumlah panti asuhan, PAUD, dan taman posyandu lainnya.
Sebagai puncak dari program BACA, Danone Indonesia dan Tentang Anak akan menggalang Donasi 5.000 Buku Serial “Sikap Baik” untuk anak-anak Indonesia yang akan didistribusikan melalui Wecare.id. Bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi dapat menyalurkan donasinya melalui Wecare.id.
Informasi :
Tentang Anak adalah wadah edukasi tumbuh kembang dan kesehatan anak dari sumber kompeten dan terpercaya. Instagram :
Wecare.id: Pionir platform dalam penggalangan dana medis, menuju Indonesia sehat, merata.
Komentar
Posting Komentar