Jadi ceritanya, Mas Joko ini menjadi Pembimbing Praktik pada program Guru Penggerak Batch 4 yang diselenggarakan oleh Kemdikbud Ristek. Mas Joko bertugas membimbing satu kelompok Guru Penggerak yang terdiri dari 6 orang guru-guru SD-SMK di Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan.
Mentang-mentang Adiknya suka menulis, lantas dikenalin deh ketua kelompoknya dengan sayaðŸ¤
Keenam guru penggerak ini ingin membuat buku antologi tentang perjalanan mereka mengikuti pelatihan selama 235 hari yang sudah berjalan dari totalnya sekitar 9 bulan. Mereka meminta pembimbingan saya, gitu awal mula akadnya.
Dan berhubung dikasih tempo 1.5 bulan buku ini terbit, saya juga tidak punya pilihan lain selain IPB Press agar prosesnya cepat.
Nb. Saya sudah pernah menerbitkan buku melalui Bhuana Ilmu Populer (anak perusahaan Gramedia Pustaka Utama) dan prosesnya tidak sebentar dari awal pengajuan naskah, editing dan penerbitan. Sebuah kebanggaan ini dapat dibaca di link berikut: https://asacinta.blogspot.com/2015/01/catatan-penulisan-mommylicious-dari.html
Menjadi editor itu belajar memahami buah pikiran orang lain.
Ini saya rasakan ketika draft buku dari para guru penggerak ini jadi. Di luar dugaan saya, draftnya terdiri dari 300 halaman. Wow.
Pada awal bimbingan saya sebenarnya sudah meminta mereka menuliskan "kisah pribadi" atau "pengalaman berkesan' yang ditemui selama pelatihan dan di sekolah dengan murid-muridnya.
Saya kira, akan seperti buku Laskar Pelangi sebegitu menariknya menulis tentang kisah sekolah anak-anak Belitung. Bayangan saya akan seperti itu. Tetapi, ternyata belum. Ke arah sana pun, belum.
Ada 6 guru = 6 penulis. Masing-masing menceritakan pelatihan yang sama yang diikutinya, dalam waktu yang sama dan materi yang sama. Saya seperti membaca sebanyak 6 kali materi pelatihan.
Saya pun melakukan komunikasi-komunikasi by WA dengan ketua tim penulis. Saya berusaha mencari pemahaman dari satu tulisan ke tulisan lainnya.
Pada penulis pertama saya masih meraba-raba ke arah mana tulisan ini. Apalagi penulis pertama tidak memperkenalkan diri, dan minim prolog tentang apa, siapa dan bagaimana guru penggerak ini. Sampai-sampai saya searching nama penulis, barangkali beliau adalah seleb atau orang terkenal yang sudah banyak infonya di internet, ternyata tidak ada info tentangnya. Akhirnya saya minta penulis menambahkan prolog tentang dirinya. Namun sayang, penulis pertama ini tidak memberikan keterangan yang saya harapkan ada. Baiklah, sebagai editor saya juga tidak bisa memaksa.
Penulis kedua, ketiga, keempat lebih bisa saya pahami. Tulisannya sederhana. Banyak memindahkan materi ke dalam buku. Walaupun tulisan antara mereka serupa, karena memang membahan yang sama. Saya seperti mengulang-ulang materi pelatihan selama berkali-kali. adi seperti mengulang materi pelatihan saja. Minim cerita pribadi. Saya sudah minta revisi (melalui ketua tim) dan dijawab bahwa mereka sudah maksimal dengan tulisan yang ada. Oke, saya tidak bisa memaksakan juga. Lagi pula waktunya juga mepet, sehingga saya juga tidak bisa menunggu lama.
Baru pada penulis terakhir, saya menemukan tulisan yang menarik dan bernyawa. Penulis terakhir ini menceritakan secara natural tentang kronologi karirnya sebagai guru dan bagaimana akhirnya menjadi guru penggerak. Penulis terakhir ini saya anggap yang paling bagus tulisannya. Untuk mendongkrak buku, akhirnya saya geser posisi penulis terakhir ini ke urutan kedua setelah ketua penulis.
Semua tulisan yang sudah saya edit saya kembalikan ke ketua penulis untuk direview kembali barangkali masih ada salah nama, tanggal, keterangan dan hal lainnya.
Jadi gimana hasil akhirnya?
Dari 300 halaman dibuat efektif menjadi 101 halaman, lebih ringan, dan nyaman dibaca. Mudah-mudahan setelah diedit kalimatnya, jadi lebih bisa dipahami tentang kisah mereka sebagai calon Guru Penggerak. Kegiatan ini sendiri masih berlangsung (sekarang sudah sampai Guru Penggerak batch 7), sehingga buku ini akan sangat bermanfaat bagi yang sedang dan akan mengikuti program tersebut.
Testimoni saya tentang buku ini:
Di kalangan penulis buku, tentunya tak asing dengan istilah penerbit mayor atau penerbit minor. Penerbit mayor adalah penerbit yang sudah besar dan buku-bukunya banyak beredar di toko-toko buku. Sedangkan penerbit minor atau indie adalah penerbit yang baru merangkak, dan menerbitkan bukunya secara mandiri, dipasarkan sendiri, dan kalaupun ada yang banyak peminatnya akan mampu menembus toko buku.
Nah, IPB Press termasuk yang mana?
Di sini kita tidak bicara mayor minor lagi. IPB Press membawa nama IPB yang sesuai namanya buku-buku yang diterbitkan sarat dengan ilmu-ilmu yang berkorelasi dengan penulisnya yang kebanyakan adalah dosen dan peneliti IPB University. Apakah melulu tentang pertanian? Tentu tidak, karena IPB sekarang sudah luas cakupan bidangnya, ada MIPA, Ekonomi manajemen, Ekologi manusia, Teknik Sipil dll. Intip sini untuk tahu koleksi bukunya : https://ipbpress.com/
Antologi Contestmania yuuk ðŸ¤
BalasHapus